••• Happy Reading •••
London, Inggris
3 bulan kemudian...
Alvaro menghela napas dalam-dalam karena semenjak Dewinta membawa serta Arabella ke Jakarta, Dewangga jadi mudah marah hanya karena masalah sepele. Tak terhitung berapa kali sudah ia dimarahi karena masalah sepele dan masalah itu bukan sepenuhnya salahnya.
Alvaro tidak marah dan tidak dendam. Ia hanya sangat menyayangkan sikap Dewangga yang berubah 180 derajat. Dewangga berbeda dengan Dewangga yang dikenalnya sebelumnya. Entah apa yang menjadikan Dewangga bersikap seperti ini. Tak hanya itu saja, sering kali Dewangga tidak bisa fokus pada apa yang ia kerjakan.
Tubuhnya memang berada di kantor tapi tidak dengan jiwa dan pikirannya.
"Ada lagi yang harus aku tanda tangani, Alvaro?"
"Tidak ada Mr. Maxwell. Setelah ini anda bebas."
"Kau bisa keluar." Dewangga mengusir Alvaro dari ruangannya setelah dirasa ia tak membutuhkannya lagi.
"Mr. Maxwell, selagi ada waktu luang jika anda ingin saya jadwalkan ke salon untuk memangkas rambut anda yang sudah mulai panjang dan janggut anda yang juga sudah..." Alvaro menjeda ucapannya kala Dewangga merentangkan kelima jarinya agar Alvaro berhenti berbicara.
"Keluar sekarang juga. Aku sedang tidak membutuhkan pendapatmu," geram Dewangga. Hanya Alvaro sialan yang berani mendikte-nya untuk melakukan ini dan itu di luar pekerjaan. Tanpa Alvaro memberikan saran pun, ia tahu apa yang harus ia lakukan. Lagi pula kini ia tak lagi peduli pada penampilan luarnya.
Sepeninggal Alvaro, Dewangga memutar kursinya, memperhatikan view kota London di sore hari. Hal yang dulu tak pernah dilakukannya —melamun, merenungi nasibnya sendiri yang sudah mulai bosan dengan keadaan ini.
Perdebatannya malam itu bersama Dewinta terus terngiang-ngiang di telinganya.
Dewangga diabaikan oleh Dewinta bahkan Dewinta memblokir nomornya. Dewinta melarang siapa pun memberikan informasi apa pun pada Dewangga soal Arabella. Dewinta benar-benar protektif pada Arabella sampai-sampai tak ada celah bagi Dewangga untuk mendapatkan informasi sekecil apa pun perihal Arabella.
Dewangga tak menyangka Neneknya akan benar-benar marah padanya dan mengabaikannya separah ini karena insiden malam itu.
Dewinta benar-benar menganggap dirinya tiada.
Dewangga sedih? Tentu. Selama ini apa pun yang ia lakukan selalu mendapatkan dukungan dalam bentuk apa pun dari Dewinta. Perusahaan yang kini berada di bawah naungannya ada karena berkat Dewinta. Semua yang ia miliki adalah karena campur tangan Dewinta. Ia tidak menampik fakta tersebut. Namun saat Dewinta tak peduli dan mengabaikannya, Dewangga merasa semua yang ia miliki tak ada gunanya lagi terlebih kini Arabella bersama Dewinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
I MEET THE DEVIL [COMPLETED]
Romance📢 CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKTIF BELAKA YANG DITULIS BERDASARKAN IMAJINASI PENULIS SEMATA!!! *** Cherry Aldann Emanuele, tak menyangka kepergiannya ke kota London untuk menapakkan karir modelling nya di kancah internasional akan berujung pada "MA...