Joana berlari kecil saat ia berhasil keluar dari hotel itu. Napasnya memburu, ia lagi-lagi menatap ke arah gedung pencakar langit itu sambil menggelengkan kepala.
"Akhirnya, aku bisa melarikan diri."
Sungguh. Alexander benar-benar mengerikan. Setiap kali Joana bertemu dan berada di sisinya, auranya sangat tidak mengenakkan.
Joana bergidik, buku kuduknya masih meremang hingga cepat-cepat ia melangkahkan kaki lalu melambaikan tangan pada ojek online yang sudah ia pesan ketika melihat plat nomor yang terlihat."Pak, cepat ya pak."
Lalu mereka kemudian menembus jalanan kota, sedangkan Alexander yang masih mampu memandang ke arah Joana lewat jendela kaca, mengernyit lalu menggelengkan kepala.
***
"Tiana ... Tiana ... Tiana ...!"
Sampai di kafe tempat ia bekerja pun, Joana masih ngos-ngosan.
"Hai, kenapa kau ini?!"
"Untung aku tidak terlambat."
Joana menatap ke arah jam yang ada di dinding ruang. Jam dua kurang tiga menit hingga Joana langsung mengambil celemek atas nama dirinya dan nangkring di kasir.
"Maaf, Tiana."
"Iya, tidak apa-apa. Oh ya ini. Uang modal dan pendapatan hari ini pas ya." Tiana kemudian menyerahkan kunci loker dan menyerahkan itu kepada Joana.
"Kalau begitu aku pulang dulu."
Joana menyerahkan jempolnya kepada Tiana.
"Hari ini apa kau tidak kuliah? Bukan kah seharusnya ada ujian tapi kenapa malah sift pagi?"
Tiana menggeleng. "Hari ini aku tidak ujian. Aku libur. Hanya ujian remidi yang kemarin ketahuan mencontek." Tiana terkekeh.
"Ah, enak sekali jurusan management. Aku iri padamu karena terlalu banyak libur."
"Hey, semua jurusan sama saja. Lagi pula, saat kau lulus kau akan menjadi dokter yang disegani. Aku iri dengan jurusanmu."
Joana mendengus. "Masih terlalu lama untuk memikirkan itu."
"Kau tahu, aku pikir kau sudah resign dari sini."
"Eh? Kenapa harus resign?"
"Ya ampun. Kau itu akan menjadi istri seorang milyarder. Bagaimana mungkin kau masih bekerja seperti ini?"
Lalu, disaat mereka berbincang seperti ini. Mereka tidak sadar bahwa ada sebuah lonceng berbunyi. Seorang perempuan paruh baya, dengan gaya pakaian dari atas sampai bawah terlihat begitu elegan masuk ke dalam kafe.
"Em, Alexander maksudmu?"
Tiana mengangguk. Ia sebenarnya juga merasa penasaran dengan hubungan Joana dan Tuan Alexander.
"Ah, dia." Dahi Joana sedikit mengerut. "Aku juga harus bisa menghidupi diriku sendiri kan meski aku nanti menikah dengannya."
Tiana tampak tertegun, wanita paruh baya itu pun juga langsung menurunkan kaca mata hitamnya kala mendengar nama Alexander disebut-sebut.
Tiba-tiba saja wanita itu duduk di ujung kafe. Memerhatikan dua wanita muda yang tampak asyik bergosip lalu melihatnya dari bawah sampai atas.
"Kau bercanda ...? Dia laki-laki kaya di negeri ini? Kau bisa tinggal tunjuk barang apa pun yang kau suka tanpa harus kerja keras seperti ini."
"Lalu, bagaimana kalau tiba-tiba aku bercerai dengannya?"
Mendengar hal itu wanita yang duduk di sudut ruang hanya terbatuk-batuk. Ia menutupi wajahnya menggunakan menu yang baru disodorkan oleh pelayan lain di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFE
RomantikALEXANDER HORRANS, adalah laki-laki yang kejam dan penuh dengan tipu daya. Pebisnis handal tetapi dibenci oleh semua orang. Pertemuannya dengan Joana adalah suatu kebetulan. Perempuan yang membuat dunia gempar akan kedatangannya di sisi Alexander. M...