Di sana, Frans berlutut. Darah mengalir di bawah bibirnya dan Frans tidak bergeming sedikit pun ketika lagi-lagi Alexander memukul wajahnya.
"Kau...! Berani-beraninya kau!" Bahkan Cornellia langsung keluar begitu saja meninggalkan mereka berdua. Cornellia ketakutan, ia tidak akan pernah siap menerima kemarahan dari orang seperti Alexander.
"Dulu, sepuluh tahun yang lalu. Anda yang menyuruh saya berjanji untuk melindungi Arias grup sampai akhir."
Dan lagi-lagi, Alexander memukul wajah Frans untuk yang ke sekian kalinya tapi Frans masih tidak bergeming sama sekali."Perempuan itu hanya lah sebuah permainan. Dia hanya umpan agar media berhenti menyerang anda dan Arias grup. Dan setelah semuanya usai, anda bisa melepaskan perempuan itu begitu saja."
Alexander mengepalkan kedua tangannya. Napasnya naik turun menahan emosi karena terus menerus mendengarkan rencana konyol dari sekretarisnya itu.
"Frans. Tindakanmu sudah di luar batas. Apa kau tahu tindakan semaumu itu sangat kurang ajar?! Bagaimana mungkin kau melakukan sesuatu tanpa persetujuanku dan melanggar semua perintahku?!!!"
Dan Mamanya...?
Frans tahu di mana titik kelemahannya.
Frans mengangguk. "Ya, Tuan. Untuk itu saya minta maaf. Tapi hanya ini satu-satunya cara yang saya bisa untuk melindungi Arias grup sampai akhir."
Alexander masih menggelengkan kepala, mengepalkan kedua tangannya untuk menahan agar dirinya tidak menggampar lagi wajah Frans yang sudah babak belur itu.
Lalu berikutnya, hanya keheningan yang tercipta. Tiga puluh menit berlalu dan situasinya masih tetap sama. Frans masih berlutut, menahan sakit dan terus duduk bersimpuh di sana dan tidak bergeming sama sekali. Sedangkan Alexander, masih berdiri menatap Frans dengan tatapan paling tajam.
Lalu, menit berikutnya terdengar ponsel milik Alexander berbunyi. Nama Mama muncul di depan layar tapi Alexander sengaja untuk tidak mengangkatnya. Teringat bahwa tadi Frans sudah mengatakan hal yang tidak-tidak kepada Mamanya.
Satu menit, dua menit dan hingga sepuluh menit meninggalkan dua belas panggilan tidak terjawab. Hingga sepertinya, Mamanya menyerah, ponsel itu tidak berkedip lagi namun membuat Alexander semakin frustrasi.
"Saya janji akan membereskan masalah secepat mungkin."
Alexander masih menyedekapkan tangannya.
"Kita hanya mempermainkan media. Anggap saja pernikahan itu sebuah game dan setelah semuanya usai, anda bisa menyingkirkan perempuan itu sesuka anda."
Alexander memicingkan mata sebentar sebelum dia berjalan ke arah jendela. Memijat kepalanya dan menatap ke arah luar pada jendela kaca yang ada di sana.
Lama Alexander termenung, menarik napas panjang seperti tampak berpikir hingga waktu terasa begitu lama.
Dan sepertinya, kaki Frans sudah nyaris patah karena berlutut sekian lama.
"Perempuan itu ada di gedung ini. Hampir dua belas jam saya mengurungnya di sana."
Alexander tercekat. Frans ternyata memang menyuliknya. Dan apa yang dia bilang tadi? Dua belas jam? Apa Frans ingin membuat perempuan itu mati kelaparan?
Alexander di sana masih diam. Sementara ponselnya berdering lagi dan nama Mama kembali muncul, semakin membuat kepala Alexander pening luar biasa.
Dan kali ini, ia terpaksa mengangkat telefon itu.
"Halo Alexander. Astaga, anakku. Akhirnya kau mengangkat telefon Mama. Apa kau sibuk? Apa kau sedang ada meeting. Ah, ya ampun maaf Mama menganggumu." Dan ketika telefon itu diangkat, Belinda langsung berbicara tanpa menggunakan spasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFE
RomansaALEXANDER HORRANS, adalah laki-laki yang kejam dan penuh dengan tipu daya. Pebisnis handal tetapi dibenci oleh semua orang. Pertemuannya dengan Joana adalah suatu kebetulan. Perempuan yang membuat dunia gempar akan kedatangannya di sisi Alexander. M...