Hingga pada akhirnya, Joana sudah diperbolehkan untuk pulang. Tubuhnya masih lemas, luka akibat tembakan itu juga masih terasa hingga Alexander harus membantu Joana membaringkannya ke atas tempat tidur.
"Terima kasih, Al."
"Ada yang bisa aku bantu lagi?"
Joana terkekeh. "Kau bertindak seperti suami siaga betulan."
"Astaga. Jadi semua perhatianku selama ini menurutmu hanya pura-pura?"
"Kau berubah menjadi orang yang tidak aku kenal. Mustahil kalau aku tidak berpikiran buruk."
"Singkirkan otak tercelamu sekarang juga."
"Ha ha ha. Aduh." Baru saja Joana tertawa namun tiba-tiba perutnya kembali sakit karena tertekan dengan tawanya sendiri.
"Lihat lah. Kau kualat."
Joana mencibir. Ia malah berusaha bangun dan berjalan keluar dari kamar.
"Kau mau ke mana? Kau harus banyak istirahat."
"Aku gerah. Aku ingin keluar."
"Jangan keras kepala."
Bukan Joana namanya kalau dia tipe istri yang penurut. Ia masih menjadi pembangkang dan kini ia malah duduk di balkon sambil menghirup udara dalam-dalam padahal hari sudah malam.
"Lihat lah. Udara di sini tidak menyesakkan seperti di dalam kamar."
"Udara malam juga tidak baik, kan?"
Tapi Joana tetap keras kepala. Ia duduk sambil menatap ke arah luar. Tetap tidak mengindahkan suaminya, ia malah tertawa cekikikan melihat raut muka khawatir dari Alexander.
"Kau tahu ...? Aku selalu menyukai raut muka khawatirmu seperti ini. Aku merasa benar-benar diperhatikan."
"Jangan asal bicara. Aku suamimu, wajar saja jika aku mencemaskanmu."
"Terima kasih Alex. Karena dulu kau memilihku menjadi istri pura-puramu. Karena kalau tidak, aku mana mungkin bisa sebahagia ini?"
Melihat mata Joana yang tampak berbinar membuat Alexander mendekat kemudian duduk di samping Joana. Menatap wajah itu yang sekarang malah tersenyum lebar ketika menatapnya.
"Bicara apa kau ini?"
"Dan terima kasih sudah membalas perasaanku." Kini Joana meringis. Memperlihatkan giginya yang putih ke arah Alexander. "Aku tidak jadi patah hati dan menjadi orang yang menyedihkan karena cintaku bertepuk sebelah tangan."
"Kau ini sedang melantur atau apa."
"Aku hanya sangat bahagia."
Alexander menepuk-nepuk kepala Joana. Hingga pada akhirnya Alexander memeluk Joana erat-erat kemudian menyium keningnya.
"Aku juga bersyukur kau menerima tawaranku waktu itu. Karena kalau tidak, aku juga tidak mungkin sebahagia ini."
"Aku mencintaimu, Alex."
"Aku jauh mencintaimu."
Mereka menatap satu sama lain. Hening dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga pada akhirnya Joana yang berinisiatif untuk mencium Alexander terlebih dahulu. Hanya satu detik tapi mampu membuat Alexander syok.
"Astaga. Kau masih menjadi istri yang agresif."
"Aku suka."
"Aku pikir kau akan mempunyai harga diri setinggi langit."
"Merepotkan. Aku lebih bahagia jika aku mengutarakan perasaanku padamu lebih dulu."
Untuk yang kedua kalinya Joana mencium Alexander. Kini tiga detik hingga Alexander kembali syok.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFE
RomanceALEXANDER HORRANS, adalah laki-laki yang kejam dan penuh dengan tipu daya. Pebisnis handal tetapi dibenci oleh semua orang. Pertemuannya dengan Joana adalah suatu kebetulan. Perempuan yang membuat dunia gempar akan kedatangannya di sisi Alexander. M...