BAB 7 - SEBUAH RENCANA DUA BELAS JAM YANG LALU

6.4K 356 21
                                    

Malam telah larut, sementara Alexander masih di sini, berada di kantornya sambil terus memijat kepalanya sendiri. Menatap pada perempuan yang menggampar keras pipinya di depan layar televisi.

Siapa perempuan itu? Kekuatan apa yang ia miliki hingga berani seperti itu kepada dirinya?

Satu-satunya hal yang mungkin adalah, dia dibayar oleh keluarga Arkana. Karena hanya dia, satu-satunya musuh bebuyutannya selama ini.

"Joana Nathana." Lalu sedetik kemudian, terdengar pintu dibuka. Frans datang dengan sejumlah berkas yang ia bawa sambil mengucapkan nama itu.

Alis Alexander terangkat, menoleh ke arah berkas yang dibawa Frans dan membuka lembar demi lembar kertas itu.

"Joana?"

"Ya, tuan. Saya sudah memeriksa seluruh latar belakangnya, dan saya sudah pastikan, bahwa seratus persen dia tidak ada hubungannya dengan keluarga Arkana."

Alexander sedikit terhenyak. "Kau yakin?"

Frans mengangguk cepat. Sementara dahi Alexander semakin mengerut.

Dan sepertinya, Frans mampu membaca pikiran Alexander. Dia pasti masih bertanya-tanya kenapa perempuan itu berani menamparnya sampai seperti itu?

"Satu-satunya motivasi dia mendatangi anda adalah, karena Leah. Dia adalah sahabat dekatnya sekaligus anak dari Bapak Bobi."

"Bobi?" Sekali lagi Alexander mengernyit. Ia ingat sekarang, saat itu Joana memang mengatakan bahwa dia datang ke sana untuk meminta tolong padanya untuk menyabut seluruh hukuman yang sudah diberikan oleh keluarga Bobi.

"Ya, tuan. Joana Nathana, sepertinya ia mempunyai hutang budi yang sangat banyak oleh keluarga itu. Dia anak yatim piatu, dan sebelum orang tuanya meninggal, keluarga Leah sering membantunya. Menampung keluarga Joana di sebuah rumah susun disaat mereka tidak mempunyai tempat untuk berteduh."

"..."

"Bapak Bobi tidak sepenuhnya jahat. Untuk urusan korupsi, dia terhimpit oleh biaya kemoterapi anaknya dan berencana melakukan pengobatan di luar negeri."

Alexander mendengus. Baginya, tidak ada alasan untuk menolerir sikapnya yang sudah melakukan kecurangan.

Lalu, Alexander beralih lagi pada foto yang ada di dalam berkas itu. Joana Nathana, ia butuh informasi mengenai perempuan ini sesegera mungkin.

Sekali lagi, Frans menangkap akan sorot mata Alexander ketika menatapi foto Joana yang tengah tersenyum lebar di sana.

"Umurnya baru dua puluh tahun, dia bersekolah di Universitas Cendana, salah satu kampus milik Tuan Alexander. Jurusan kedokteran sama hal nya dengan Leah. Salah satu orang paling cerdas seangkatannya setelah Leah. Entah disengaja atau tidak, tapi semenjak sekolah, dia selalu mendapatkan urutan nomor dua dan yang pertama selalu Leah, anak dari Bapak Bobi."

Alis Alexander sedikit terangkat, ia sedikit tertarik akan hal itu.

"Kalau dia memang bersekolah di sana, kenapa dia bisa seberani itu? Apa dia benar-benar tidak tahu aku?"

"Dia memang tidak tahu siapa anda."

Dan pernyataan itu semakin membuat Alexander tercengang. "Omong kosong."

Tapi Frans menggeleng. "Kehidupannya sangat lah rumit. Dia tidak mempunyai waktu sedetik pun untuk beristirahat. Di dunianya hanya ada dua kata. Sekolah dan bekerja. Bahkan, sesibuk apa pun dia kuliah, dia masih menyempatkan bekerja paruh waktu di sebuah kafe yang melayani pembeli dari malam sampai pagi hari. Dan juga, dia pasti tidak akan pernah mempunyai waktu untuk mencari tahu siapa anda, dan tidak pernah mau tahu siapa pemilik kampus yang bahkan selama ini dia bersekolah."

ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang