BAB 3 - PERTEMUAN

8.2K 397 9
                                    

Joana menahan napas ketika pada akhirnya ia sampai pada sebuah gedung menjulang tinggi. Ditatapnya lagi sebuah foto yang tadi diberikan oleh Tante Mayang, Mama dari Leah di layar ponselnya. Sosok Alexander, yang sedari tadi dibicarakan oleh Tante Mayang.

Hari ini, Joana harus melakukan semua cara untuk menyelamatkan Leah agar bisa melanjutkan studinya. Demi apa pun yang ada di dunia ini, Tante Mayang menuntut Joana untuk bisa melakukan itu meski pun Joana tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Mungkin dia akan meminta Alexander, memohon ampunannya untuk bisa memberi kelonggaran pada Leah, atau mungkin Joana menawarkan untuk bekerja paruh waktu di perusahaan ini dengan tidak dibayar, atau pada akhirnya Joana harus berlutut di depan Alexander demi menebus seluruh hutang budi Joana terhadap keluarga Leah.

Sungguh. Joana masih tidak tahu apa yang harus ia lakukan nanti. Ia meremas tangannya kuat, menarik napas panjang ketika ia sampai di depan ruang resepsionis.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Begitu ucap resepsionis itu ketika melihat Joana, sedang berdiri dan seperti kebingungan berada di dalam gedung yang luas nan megah ini.

"Saya ingin bertemu dengan... emm sebentar." Buru-buru Joana memberikan ponselnya pada resepsionis itu, membuka foto Alexander dan menanyakan tentang keberadaannya. "Saya ingin bertemu dengan Alexander, Alexander Horrans. Bisa kah saya bertemu dengannya?"

Ada kerutan di dahi resepsionis itu ketika Joana mengatakan tentang niatannya menemui owner dari perusahaan ini. Sedikit memandang ke arah Joana dengan tatapan aneh sekaligus tidak percaya dari bawah sampai atas.

"Maaf, apakah anda sudah ada janji temu? Tuan Alexander tidak bisa bertemu dengan seseorang yang belum membuat janji sebelumnya."

"Emm eh?" Joana gelagapan. Ia memandang ke arah perempuan itu sambil menggigiti kukunya. "Belum, ah maksudku... Saya hanya ingin bertemu dengannya karena ada sesuatu yang penting yang harus saya sampaikan padanya."

"Kalau begitu maaf nona. Ada begitu banyak prosedur ketika anda ingin bertemu dengan tuan Alexander."

"Tidak, saya mohon. Ini sangat penting."

"Tapi nona."

"Saya mohon. Ini menyangkut hidup mati saya dan hidup mati seseorang. Bisa kah saya bertemu dengannya? Hanya beberapa menit saja dan..."

Mendengar Joana yang terus memaksa, akhirnya resepsionis itu luluh juga meski pun sebenarnya, ia masih merasa ragu.

"Baik lah, bisa isi data di buku ini?"

Buru-buru Joana menuliskan nama dan data dirinya, kemudian resepsionis itu mengangkat gagang telefon untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Pak Frans. Ada yang ingin bertemu dengan Tuan Alexander. Mohon maaf, tetapi perempuan ini setengah memaksa dan saya hanya ingin memastikan."

***

Di tempat lain, Frans tiba-tiba datang terburu-buru masuk ke dalam ruangan Alexander. Raut di wajahnya mengerut dan wajahnya memerah, pertanda bahwa ada masalah yang sedang ia hadapi kali ini.

Satu detik kemudian Frans menyerahkan sebuah artikel di depan tablet miliknya ke hadapan Alexander.

Alexander Horrans, dalang di balik kematian keluarga Arkana.

Adalah judul dari artikel itu, membuat dahi Alexander ikut berkerut ketika membaca artikel oleh banyaknya wartawan yang selama ini terus mengusik hidupnya.

Alexander kemudian menarik napas panjang, dengan tatapan dingin ia kemudian membuang dengan melemparkan tablet itu ke hadapan Frans.

"Jangan terlalu menggubrisnya."

ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang