BAB 41 - SUARA TEMBAKAN

3.1K 155 3
                                    

Alexander keluar dari dalam mobil sambil menyipitkan mata. Di sini lah tempat di mana Ryan menyuruhnya untuk datang. Di sebuah tempat yang harus ia tempuh selama beberapa jam, yaitu arah masuk menuju sebuah hutan di waktu yang sudah memasuki dini hari.

Semuanya berjalan dengan sangat cepat. Alexander menarik napas panjang sebelum akhirnya ia melangkah untuk masuk.

"Ikuti pita merah agar kau bisa sampai ke sini."

Itu lah petunjuk terakhir yang diberikan Ryan kepadanya. Mau tidak mau, ia mengikuti seluruh perintah itu karena Alexander tahu, nyawa Joana sedang dalam bahaya.

Ia ingat di mana dulu dia bertemu dengan Joana. Ketika Joana berlarian di tengah hutan yang sama dan hampir tertabrak oleh mobilnya karena diburu oleh Ryan Arkana. Alexander menoleh pada mobil yang ia parkir. Di sana, di jalanan itu, ketika waktu itu Joana pingsan, Alexander yang memutuskan sendiri kalau dirinya sendiri lah yang harus melindungi perempuan itu.

Alexander kemudian melihat pita merah yang ada di salah satu pohon. Tangannya tiba-tiba mengepal kuat. Entah kenapa ia merasa marah besar. Marah kepada Ryan karena telah melakukan hal mengerikan semacam ini. Kalau nyawanya yang sedang ia incar, kenapa ia sering mengancam orang-orang di sekitarnya?!

Alexander kemudian menyusuri jembatan dengan pita merah yang ada di salah satu pinggiran sesuai instruksi yang telah diberikan. Membuatnya semakin masuk ke dalam hutan dan hanya ditemani satu buah senter kecil.

Awalnya beberapa puluh meter saja hingga sampai satu kilometer lamanya, Alexander masih tetap menemukan pita merah.

Alexander mulai kelelahan. Tapi ketika ia sudah mencapai hampir dua kilometer, Alexander berhasil menemukan sebuah gubuk kecil hingga membuat matanya terbelalak hebat.

"Joana ..."

Alexander seperti diberi kekuatan begitu saja. Di dalam sana terdengar rintihan dan tangisan hingga Alexander segera masuk ke dalam ruang. Menggebrak pintu hingga pintu itu runtuh ke atas tanah.

"Joana!!!"

Dan benar saja, ketika pintu terbuka lebar. Satu-satunya hal yang Alexander lihat adalah,

Joana yang sudah jatuh tersungkur ke atas tanah.

***

"Joana, Joana!"

Alexander langsung menghamburkan dirinya ke arah Joana. Mengguncangkan sedikit tubuhnya agar Joana terbangun karena syok melihat tubuh Joana sudah penuh luka seperti ini.

"Alex ..."

Suara rintihan itu membuat hati Alexander semakin sakit. Joana sudah lemas tidak berdaya, matanya mengerjap-erjap. Joana pada akhirnya meledak ketika melihat Alexander berada di sini. Menangis terisak-isak karena sedari tadi ia ketakutan setengah mati.

"Tenang lah, aku ada di sini."

Alexander berusaha melepas semua ikatan yang ada. Kemudian memeluk Joana dengan sangat erat seperti mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Namun tiba-tiba, terdengar tawa yang sangat keras. Sosok orang yang sedari tadi duduk, kini berdiri dan bertepuk tangan dengan sangat keras.

"Waaaah!!! Kalian terlalu memerankan drama dengan sangat baik sampai-sampai kalian tidak tahu kalau sedari tadi aku di sini."

Alexander menatap tajam ke arah Ryan yang berada di sana. Tangan Ryan juga masih bermain-main dengan pistol yang ia pegang.

"Bebaskan Joana sekarang!"

Sudut bibir Ryan terangkat. Ia melihat Alexander seperti mencibir.

"Tidak semudah itu."

"Aku sudah datang ke sini. Orang yang sebenarnya ingin kau cari adalah aku. Jadi, jangan libatkan orang lain lagi."

ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang