BAB 40 - SITUASI GENTING

3K 144 6
                                    

Seluruh keluarga Alexander semakin cemas kala menyadari akan semua hal ini. Kedua adiknya telah di ambang pasrah, mereka melihat Mamanya masih koma tidak berdaya, sedangkan kini, kakak iparnya diculik oleh orang yang sudah tidak asing lagi.

"Ryan Arkana?"

Mereka terus menangis di ruang ICU. Sampai suatu ketika Alexander datang, berlari terengah-engah masuk ke dalam ruang dengan baju yang basah terkena hujan saat ia berlari ke arah sini.

"Kakak ...?"

Alexander langsung menggenggam erat tangan Ibunya. Menangis di dalam dekapannya sambil mencoba meminta restu.

Setengah jam yang lalu, ia baru saja mendapatkan sebuah pesan,

"Kau harus datang ke sini seorang diri, Alex. Karena kalau tidak aku akan benar-benar membunuh istrimu. Aku sudah memasang cctv di beberapa tempat. Sekali aku melihat pergerakan bahwa kau membawa orang lain, aku akan benar-benar langsung menebas leher istrimu. Kau tahu kalau aku tidak pernah main-main."

Itu lah hal yang dikatakan Ryan Arkana. Membuat Alexander semakin ketakutan jika sampai terjadi apa-apa dengan Joana.

Dari foto yang Alexander lihat, Joana sudah ambruk, darah ada di mana-mana. Bekas sayatan ada di beberapa bagian tubuh Joana hingga Alexander semakin sesak ketika membayangkan betapa sakitnya Joana saat ini.

Alexander menggenggam erat tangan Mamanya erat. Ia datang meminta restu, meminta pertolongan kepada Mamanya karena Alexander kebingungan dengan apa yang seharusnya ia perbuat.

"Mama ..."

Baru saja Alexander menyebut itu saja, Alexander sudah menangis terisak-isak. Ia tahu tentang apa yang membuat Mamanya bisa pingsan seperti ini. Ketika baru beberapa jam yang lalu ia mendapatkan telefon dari Joana.

"Alex! Ternyata Leah telah mengatakan semuanya tentang kau dan aku. Dia sudah mengatakan kepada Mama kalau pernikahan kita hanya pura-pura."

Begitu ucap Joana tadi hingga membuat Alexander langsung syok seketika. Sekarang, ia telah mengunduh hasil kebohongannya hingga Mamanya kritis seperti ini.

"Maafkan aku. Aku tahu bahwa apa yang sudah aku lakukan adalah salah. Tapi aku mohon, jangan salahkan Joana. Aku sendiri yang memaksanya untuk menikah denganku. Dan mungkin hubungan kami adalah sebuah kesalahan pada awalnya, tapi percaya lah ... setelah itu kami benar-benar belajar saling mencintai."

Alexander menghapus air matanya saat ini. Ketika ia menyadari bahwa kehilangan Joana sangat menyakitkan, ia segera tahu bahwa ia juga memendam perasaan yang sama.

"Aku mencintai Joana, Ma. Sama seperti Joana juga mencintaiku pada akhirnya. Tapi, aku takut ini semua sudah terlambat. Mama pasti sudah tahu siapa Ryan Arkana, dia sudah menculik Joana."

Tangis Alexander kembali pecah. Tangannya kembali bergetar ketika menyadari sesuatu hal yang sangat mengerikan ketika ia tidak segera pergi.

"Untuk itu, aku meminta izinmu, Ma. Doakan aku. Aku ingin menjemput Joana, istriku sebelum semuanya terlambat."

Lalu, Alexander mengecup kening Mamanya. Menghapus air mata itu kemudian berdiri. Sekali lagi, ia melihat wajah Mamanya yang masih terpejam itu sambil memandang nanar alat-alat pemompa kehidupan yang semakin membuat hatinya ngilu.

Alexander keluar dari ruang, sedangkan di depan sana sudah ada Frans.

"Tuan, apa anda yakin?"

"Aku yang harus menghadapi dia sendirian. Joana sedang berada dalam bahaya."

"Tapi Tuan."

Alexander sudah melengang pergi. Ia meninggalkan ponselnya. Berjalan keluar membuat kedua mata Frans melebar melihat kenekatan itu.

Frans tahu siapa sosok Ryan Arkana. Jika dia tahu ada pergerakan sedikit saja dan Alexander tidak datang ke sana tepat waktu atau pun Ryan tahu kalau Alexander melanggar ucapannya untuk membawa orang lain, dia pasti akan langsung mencelakai Joana. Ryan Arkana bahkan tidak perduli dengan hidupnya sendiri, dia pasti juga tidak peduli jika dia harus nekat untuk menghabisi orang lain.

Itu lah hal yang pasti dipikirkan oleh Tuannya itu. Untuk itu, Alexander pasti tidak mau mengambil resiko. Ia nekat untuk pergi sendiri.

"Tapi Tuan ..."

"Aku tidak mau bermain-main dengan nyawa istriku. Aku yang harus menghadapinya sendiri."

Tangan Frans mengepal. Tapi, dia juga tidak bisa membiarkan Tuannya untuk pergi seorang diri, bukan?

***

Di sudut yang gelap, seluruh tubuh Joana benar-benar terasa sangat menyakitkan. Luka-luka sayatan itu masih terasa sangat perih bahkan ketika ia sudah jatuh ambruk ke atas tanah.

Kaki dan tangan Joana masih terikat. Ia tidak pernah menyangka bahwa orang yang selama ini ia kira baik mampu membuatnya sedemikian rupa. Separuh kepalanya juga penuh dengan luka karena beberapa waktu yang lalu ia ditendang membabi buta.

Joana terbatuk. Kini dia kehausan. Sampai sekarang pun, dia tidak diberikan makanan mau pun minuman hanya untuk mengalirkan kerongkongannya.

"Kau masih bertahan rupanya,"

Tiba-tiba terdengar langkahan kaki, Ryan Arkana kembali datang dan tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

"Ha ha ha. Dengan kondisimu yang seperti itu, seharusnya kau sudah mati. Tapi ternyata kau masih bisa bernapas."

"Kau sudah puas?"

Mendengar jawaban itu, Ryan Arkana semakin tertawa. "Kau masih bisa melawan rupanya."

Joana sudah babak belur tapi dia masih bisa menyahut, sesuatu hal yang kembali membuat emosi Ryan semakin meninggi.

"Asal kau tahu? Sepertinya Alexander juga menyukaimu. Aku memberinya tantangan dan ternyata dia menerima tantanganku. Dia pikir, dia akan datang ke sini untuk menjemputmu, tapi dia lupa kalau dia akan mengantarkan nyawanya sendiri padaku."

Tangan Joana mengepal di dalam ikatan.

"Sekarang, akan aku berikan pilihan Joana. Kau bisa memilih hidup atau kau memilih mati."

Tiba-tiba Ryan melemparkan satu buah pisau ke arah Joana.

"Jika kau memilih hidup, kau harus menghabisi Alexander dengan tanganmu sendiri. Jika nanti kuberi aba-aba satu sampai tiga kau tidak melakukannya, aku akan ..." tiba-tiba Ryan mengeluarkan satu buah pistol dari saku celananya.

"Lihat lah kursi itu. Aku akan duduk di sana dan langsung menembak kepalamu jika satu sampai tiga kau tidak melakukan perintah yang aku suruh."

Mendengar kata-kata itu mata Joana melebar. Ia kemudian menangis terisak-isak mendengar semua pilihan kejam yang tadi diberikan oleh Ryan kepadanya.

"Kau gila! Kau GILA!"

Ha ha ha. Lalu tawa kembali menggelegar. Ia menginjak tangan dan kaki Joana terlebih dahulu pada sayatan luka yang tadi dia buat.

"Aaaaa!!!"

Teriakan dari Joana malah membuat Ryan semakin menginjaknya dengan sangat kuat. Lalu kemudian, seperti tidak mempunyai rasa bersalah, Ryan berbalik dan duduk di sana. Melihat pada detikan jam kemudian menatap pada semua cctv yang ada di belakang punggungnya.

Tangannya waspada. Ia bermain-main dengan pistolnya karena sudah tidak sabar dengan permainan yang sudah ia buat.

***

Jangan lupa mampir di karyakarsa ya gais... UdH update Sampek bab 44.....😊

ALEXANDER'S REBELLIOUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang