~Menjadi lebih baik~~Selamat Membaca~
"Non Zora, Kita sudah sampai di rumah Non."
Zora mengedipkan matanya, melihat supirnya keluar dari mobil dan menghampirinya untuk membuka pintu mobil untuknya.
"Silahkan Non!"
Zora masih terdiam. Menatap Pak Doni yang masih setia memegang pintu mobil dan menunggunya keluar.
'Ini nyata. Ini bukan mimpi'
Gumamnya dalam hati. Dia masih ragu dengan semua ini. Tapi sepertinya ini benar-benar bukan mimpi. Ini kenyataan yang harus dia jalani. Takdir Tuhan benar-benar diluar dugaan.
Mengambil napas dan menghembuskannya secara perlahan. Zora akhirnya keluar dari mobil. Ia tertegun dengan bangunan didepannya sekarang. Apa ini rumahnya? Sangat besar dan luas. Tidak seperti rumahnya di kehidupannya sebagai Kiana. Tapi rumah sebelumnya juga tidak kalah bagus cuman yang sekarang lebih besar.
Ia melangkahkan kakinya dengan kaku karena memang dia belum terlalu terbiasa. Zora menunduk dan melihat kedua kakinya yang bergerak. Dia tersenyum haru, rasanya seperti mimpi. Akhirnya dia bisa berjalan normal. Tidak ada lagi kursi roda atau infus yang selalu bersamanya. Tidak ada lagi kesakitan karena penyakit kankernya. Dia merasa sudah menjadi manusia normal, rasanya sangat sangat membahagiakan.
-----
Zora berdiri kaku didepan tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Dia tau seperti apa kamar Zora yang asli karena ada bayangan dikepalanya untuk hal itu. Tapi dia juga tidak tau arah yang jelas dimana letaknya.
Cuman yang terpenting sekarang bagaimana dia akan menaiki tangga ini. Jalannya saja masih kaku dan dia takut jatuh. Zora menggigit bibir bawahnya memikirkan sesuatu. Sedangkan dua orang pembantu yang sedang bersih-bersih sesekali melirik Zora heran. Ada apa dengan Nona mereka yang bertingkah aneh dengan terus menatap tangga dan tidak kunjung melangkah naik.
"Bi!"
Kedua pembantu itu tersentak bukan main. Mereka seakan tertangkap basah karena tiba-tiba saja Nona mereka menoleh pada saat sedang memperhatikannya.
"I-iya Non?" Sahut salah satu dari mereka dengan hati-hati.
"Kepalaku agak pusing. Aku kayaknya nggak bisa naik ke atas sendiri, takut jatuh. Bibi bisa anterin aku ke kamar??" Cara bicara Zora agak kikuk. Dia menatap dua pembantu yang kini saling menatap.
"T-tentu saja Non. Mari Non, Bibi antar sampai kekamar."
Meski sempat bingung, akhirnya salah satu pembantu itu menjawab. Mereka menyadari ada yang berbeda dari Nona mereka. Biasanya gadis itu akan langsung memerintah dan tidak perlu bertanya seperti tadi. Nada dan cara bicaranya juga terlihat berbeda. Entah apa yang terjadi sekarang.
"Udah Bi! Sampai sini aja,"
"Non mau diambilin obat sakit kepala?"
"Tidak, ini cuman sakit kepala biasa aja, aku masuk dulu, terima kasih Bi."
Setelah mengucapkan itu, Zora langsung masuk kedalam kamarnya. Tanpa melihat ekspresi terkejut dari sang bibi yang kini tengah menutup mulutnya yang menganga. Bahkan dia hampir linglung kebelakang saking tidak percayanya dengan apa yang dia dengar barusan.
-----
"Kamu menyembunyikan lebam diwajahmu dengan memakai make up tebal? Zora?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive || Claazora Transmigrasi (END)
Novela Juvenil(LENGKAP) Kiana putri Mahardika, seorang gadis berusia 18 tahun yang lumpuh sejak kecil dan memiliki penyakit kanker yang sulit disembuhkan. Gadis yang sangat berbakat ketika memainkan alat musik piano, suka membaca novel dan memiliki keinginan unt...