~ 22 ~

575 100 21
                                    


   suasana hening melanda dua kakak beradik yang tengah berada di dalam mobil, hajime fokus menyetir mobil namun sesekali melirik ke kaca spion di dalam mobil melihat tobio yang diam mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil. 

" kau bisa menumpahkan tangis mu, tobio ". ujar hajime dengan nada sendu yang bercampur lembut. 

" untuk apa gw nangis kak, gak guna kali ". kata tobio tanpa menatap ke hajime. 

" huff, aku cukup mengerti perasaan mu sekarang tobio. aku kakak mu "

" ya kali gw nangis cuman karna tuh orang, huh... gak bakal "

itu hanya ucapan semata

     hanya sebuah kalimat pengalihan saja, sebab air mata telah turun dengan derasnya melewati pipi bahkan pangkal hidung tobio. isakan memang tak terdengar namun emosi yang tercampur di benaknya telah keluar dengan air mata yang turun. 

   sesekali kedua tangan tobio mengusap kasar air matanya yang turun, ia tak menyukai dirinya yang menangis dengan mudahnya. namun apa daya luka lama yang telah ditutup begitu rapat oleh tobio dan dibantu dengan kakak kakaknya dengan gampangnya terbuka hanya karena kehadiran mantan istri ayahnya dan ibu kandung nya. 

   benci mengakui bahwa wanita yang baru saja datang ke kediaman nishito bersaudara itu adalah ibu kandungnya namun kenyataan nya memang begitu. 

   tobio yang menangis tak bersuara, tak luput dari pandangan hajime. kedua tangannya yang memegang setir mobil menguatkan pegangannya menyalurkan sedikit rasa kesalnya. rahangnya mengeras. 

   hajime juga tidak menyukai jika si bungsu itu tersakiti, ingin sekali hajime mengusir paksa wanita yang notebet nya ibu kandung mereka itu dari kediaman mereka tadi. namun hajime masih menghormati daichi sebagai anak pertama dan ia yakin daichi dapat menyelesaikan nya. meski butuh waktu. 

ckiit

    mobil yang dikemudikan hajime berhenti di depan salah satu perumahan, hajime melirik sejenak ke arah adiknya yang kini menundukkan kepalanya. ia menghela nafas sejenak lalu membuka sabuk pengamannya dan keluar mobil. 

   kemudian melangkah ke depan pintu salah satu perumahan yang berwarna merah maroon, diketuknya tiga kali dan pintu terbuka dari dalam oleh seorang wanita paruh baya bersurai merah muda pudar. 

" malam tante ". sapa hajime sopan.

" oh, hajime. kenapa? mau jemput toruu ya "

" iya tan, toruu nya masih di sini kan? "

" hu um, masuk aja. dia di kamar nya takahiro kok "

" permisi tan "

    setelah itu, hajime berjalan ke kamar yang letaknya paling belakang. di ketuknya pintu kamar sejenak dan menampakkan oikawa dengan baju kaos hijau toska dan celana tidur berbintang bintang. tak lupa wajahnya dilapisi masker berwarna merah muda.

   biasalah ciwi ciwi kalo nginap di rumah bestay bestay nya pasti pake acara yang begituan, apalagi yang ciwi ciwinya feminim kebangetan. 

" eh, hejime. duh ketemu [nemu] nyu? ". kata oikawa kesusahan agar maskernya gak rusak. 

" lu ngomong apa an dah, gw gak paham ". ujar hajime datar.

" eh, iyu. ntur yu! ". 

    oikawa kembali menutup pintu kamar hanamaki takahiro, dan 3 menit setelahnya kembali lagi membuka pintu dengan wajah yang sudah bersih nan putih kinclong karena habis maskeran. 

" nah, udah jumpa [name] nya? makanya kamu disini ". kata oikawa.

    mendengar itu hajime jadi tepuk jidat, ia lupa kalo [name] si adik perempuan belum ketemu. namun nanti ia tanyakan ke keiji, sang kembaran. 

Five BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang