~ 44 ~

444 86 4
                                    


" seger banget udaranya~ "

      angin berhembus dengan lembut, membuat kesan sejuk disekitarnya. [name] melangkah pelan menuju tempat duduk taman yang sempat ia duduki tadi pagi buta. sedangkan dibelakangnya yuu dan hisashi berbincang ria. 

      awalnya hisashi pengen [name] gabung cerita juga, tapi tanggapan [name] hanya singkat dan tak minat sama sekali. bahkan beberapa percakapan hanya ditanggapi dengan anggukan kepala atau bahkan diam. 

" ah iya, terushima nitip salam sama lo [name]. katanya cepet sembuh biar bisa ngajarin dia main gitar ". celetuk hisashi. 

" mana bisa! [name] kan masih sakit weh! ". kata yuu

" ohh, bilang makasih. ". tanggap [name]. 

" [name], lo gak betulan kan ngajarin si terong? tangan lo kan masih sakit ". ujar yuu khawatir. 

" ngak sakit amat perasaan ". ujar [name] menatap lengannya yang dipenuhi perban, melihatnya ia jadi teringat dazai si tukang bunuh diri. tangannya sekarang tampak sama seperti dazai. 

' kok gw takut lo jadi mati rasa ya [name] sama luka '_batin hisashi menatap kondisi sahabatnya itu. 

" oh! gw jadi teringat, tangan lo kan pernah kena luka bakar ". ujar hisashi mengingat pernah waktu yuu pulkam, dan saat itu [name] datang ke sekolah dengan tangan yang melepuh. 

" bukan luka bakar, cuman kena air sama panci panas doang ". balas [name] juga mengingat hal itu. 

' dan itu gara gara di kiami lonte '_sambung nya dalam hati. 

' doang? katanya doang? '_ pikir yuu dan hisashi terkaget batin. 

     sungguh mereka takut sahabat mereka ini jadi mati rasa. saraf yang ada di tubuhnya jadi tidak merespon rasa sakit sedikit pun. jadi seperti benda mati. bahkan nada bicara [name] tadi, berkata seolah luka yang di dapatnya itu cuman luka kecil seperti di tusuk jarum secuil semut. 

" itu udah sembuh? tangan kanan atau kiri waktu itu yang kena? ". tanya yuu. 

" tangan kanan ". jawab [name] mengangkat tangan kanannya yang diperban. 

      ternyata tempat luka melepuh ulah kiami dan tembakan waktu itu, keduanya berada di tangan kanan. seluruh tangan kanan [name] dibaluti dengan perban putih, hanya telapak tangan saja yang tidak di perban. 

" lo makan gimana dong? tangan kanan lo luka gitu, ya kali lo make tangan kiri ". ujar hisashi. 

" ya disuapin lah ". timpal yuu. 

" ngak, gw makan pake tangan kanan ". ujar [name]. 

" emang gak sakit? "

" yang sakit lengannya, bukan telapak tangan. emang nya lo makan pake lengan? ". ujar [name] menatap datar ke hisashi. 

" y-ya kan lengan itu membantu pergerakan telapak tangan sayangku. astaga, gak sakit? ". kata hisashi sedikit tergagap. 

" ngak sama sekali "

      dari jauh samiko memperhatikan mereka bertiga. kata dokter yang menangani putrinya, [name] boleh saja pulang tapi harus dirawat total di rumah supaya lukanya sembuh dengan baik. samiko juga mengatakan alasan kenapa [name] ingin cepat pulang, ia tidak menceritakan masa lalu [name] semua. 

    samiko hanya menceritakan bahwa [name] punya sedikit masalah dengan hal hal yang berbau rumah sakit, dan trauma nya. sang dokter tentu memberi izin, memang jarang rumah sakit mendapat pasien seperti ini. tapi bagaimana pun, kenyamanan pasien harus di utamakan juga. 

Five BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang