~ 68 ~

312 62 8
                                    


" gw bakal ngelakuin apapun demi lo, [name]. apapun itu ". tutur terushima. 

" yakin? lu bakal ngelakuin apapun? ". 

" iya, gw yakin! ". ucap terushima tegas. 

     sedetik kemudian terushima terkejut lantaran [name] berusaha untuk bangkit dari posisi berbaringnya. dengan sigap ia membantu gadis itu, meski lirih terushima dapat mendengar rintihan sakit dari sang gadis. 

" gak usah maksain diri lo dulu [name] ". ujar terushima sendu. 

" berisik, gak usah urus. untuk sementara lu jadi babu gw ". tutur [name] membuat terushima mengerjapkan kedua matanya tidak mengerti. 

" he? maksud nya? ". 

" hari ini, pergi ke rumah nishito bersaudara lalu ambil ke kamarku semua kotak-kotak yang ada di bawah tempat tidur dan surat-surat di dalam laci lemari baju ku ". jelas [name].

" hah? maksud mu lemari b-baju? ". kedua pipi terushima bersemu merah tipis, ntah kenapa otaknya malah memikirkan hal lain. 

" tenang saja, kau tidak akan melihat pakaian dalam atau sejenisnya hanya baju saja. lalu ambil kunci laci di dalam gitar kesayanganku, aku yakin kau tau ". lanjut [name] dan terushima mengangguk meski gadis itu tak bisa melihatnya.

" kusarankan kau membawa masker dan sarung tangan medis, lalu bawa semua itu ke bangunan cafe ku yang terbakar dan letakkan di ruang kerja ku di lantai dua ". 

" baiklah.... lalu? ". ntah kenapa terushima setelah mendengar semua itu jadi was-was sendiri tapi ia berusaha menepis itu. 

" setelahnya jumpai william ray, aku yakin kau sudah pernah bertemu dengannya. bilang padanya aku meminta semua data yang sudah ku suruh lalu simpan didalam satu flashdisk dan simpan untuk sementara ". jelas [name]. 

" william ray? siapa itu? ". bingung terushima. 

" rekan kerja cafe ku yang laki-laki, kau tidak ingat? saat kau pulang dari tongkrongan dan berpapasan dengan ku di rumah salah satu cowok yang berambut abu-abu dengan tampang malas ". ujar [name].

    sejenak terushima berpikir kemudian teringat kejadian itu, spontan bibir nya berubah bentuk bulat sambil mengangguk paham. tapi sedetik kemudian dahinya sedikit mengerut lantaran ia harus bertemu saingan, ia tentu saja tau william ray itu mempunyai perasaan yang sama sepertinya terhadap [name]. 

' tapi ini demi [name], harus sabar! '. batin terushima teguh. 

" aku ingat ". kata terushima lalu [name] mengangguk singkat. 

" oke, kau bisa pergi sekarang-"

" tapi [name], jika aku ke rumah mu dan para kakak mu bertanya nanti... apa aku harus memberitahu mereka? ". ujar terushima ragu. 

" itu terserah mu mau memberi tau atau bagaimana, toh sebentar lagi mereka akan tau jadi untuk apa di tutupi ". balas [name] tidak peduli. 

" lalu... gimana jika bunda mu bertanya? ". tanya terushima membuat [name] terdiam sejenak. 

" jawab saja semulus yang kau bisa, terserah memberi tau atau apa ". jawab [name] dengan suara lirih. 

     terushima sejenak diam, ia memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah berkali-kali. kemudian melangkah mendekat dengan satu tangannya terangkat ke atas kepala [name]. 

    awalnya ia ragu namun [name] menangkap tangannya lalu meletakkannya di atas surai lembutnya. 

" elus saja jika kau mau, aku tak masalah ". ujar [name] membuat terushima sejenak terkejut lalu mengelus surainya dengan sangat lembut, bagaikan ia mengelus sebuah benang laba-laba yang jika disentuh sudah bisa rusak. 

Five BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang