~ 66 ~

316 60 4
                                    


      lorong darurat rumah sakit tengah dilanda kepanikan pasca menerima tiga orang gadis SMA yang babak belur dan tak sadarkan diri. baik para suster maupun dokter berjalan tergesa-gesa menuju ruang UGD letak dimana ketiga gadis itu dimasukkan. 

     Hajime yang mengantar kini duduk terdiam di ruang tunggu, kedua tangannya ia tautkan guna mengurangi berbagai perasaan yang melanda dalam dirinya. kedua bahunya gemetar, matanya terpejam diiringi dengan helaan nafas berat. 

' bagaimana sekarang... bunda.. papa... '. batin hajime berkata. 

     ia benar benar takut menanti kabar yang akan dikatakan oleh dokter mengenai ketiga gadis itu, terutama adik perempuan nya nishito [name]. sesaat setelah ia menyuntikkan obat bius pada [name], gadis itu muntah darah sangat banyak bahkan mimisan setelahnya. 

     para guru dan beberapa pekerja di sekolah kosaka langsung menghubungi para pihak berwajib dan juga ambulans. tangis kedua sahabat [name] tumpah seketika, tak sanggup melihat kondisi sahabat mereka kala itu. 

    hajime tak dapat berbuat banyak selagi menunggu ambulans datang, ia memangku tubuh adik perempuan nya sambil berusaha menghentikan darah yang mengalir dari hidung [name]. 

     tobio yang melihat [name] muntah darah seketika membeku ditempat dan tak lama ambruk jatuh terduduk. nafasnya mulai tak beraturan, keringat dingin yang bercucuran begitu banyak, tubuhnya yang gemetar takut. semua itu menandakan trauma nya akan masa lalu mulai menyerang. 

    shoyou yang berada di samping nya langsung membantu tobio untuk menjauh dari lokasi, ia membopong tobio sekuat tenaga dibantu dengan terushima yang tak jauh dari mereka. hajime melempar pandangan sedih kala tobio dibawa ke ruang kesehatan sekolah. 

     ingin rasanya ia menangis saat itu tapi ia tahan sekuat tenaga, pandangan nya kini berfokus pada [name]. deru nafas [name] yang tadinya sedikit menggebu-gebu kini terasa begitu lemah, kulitnya perlahan memucat, dan tubuhnya juga terasa sedikit dingin. 

" Hajime!! ". 

    seruan itu membuyarkan bayangan hajime pada kejadian tadi, ia mengalihkan pandangannya ke asal suara. kedua matanya membola terkejut melihat oikawa, gadis terkasihnya datang menghampirinya disusul dengan daichi dibelakang. 

" toru, kenapa kau-". ucapan hajime terhenti kala mendapat pelukan hangat dari gadis bersurai coklat itu. 

Grepp... 

     pelukan lemah lembut diberikan oikawa dan perlahan semakin erat, tangan lentik oikawa juga mengelus kepala hajime dan sesekali menepuk-nepuk punggung tegarnya dengan lembut. hajime tak dapat menahan perasaan nya jika berada di dalam pelukan begini namun ia tidak ingin di lihat siapapun. 

    ia membalas pelukan oikawa diselingi helaan nafas panjang, wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher sang gadis bersurai coklat. 

" semua akan baik-baik saja hajime... ". ujar oikawa menenangkan kekasihnya. 

    daichi yang melihat keadaan hajime saat ini mengepal kedua tangannya erat lalu beralih menatap pintu ruang UGD yang lampunya masih menyala. yang bisa mereka lakukan hanya menunggu disana. 


.


.


.


klik! 

      melihat lampu ruang UGD redup membuat daichi mengangkat kepalanya dan menatap pintu tersebut yang kemudian dibuka dari dalam oleh seorang dokter diikuti suster dengan sebuah papan catatan di tangannya. 

Five BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang