01 : Na

13.7K 600 91
                                    

Liburan akhir semester telah berakhir. Lelaki tampan dengan seragam sekolah putih bersih memasukkan buku-bukunya dengan malas. Setelah memilih arloji mana yang ingin ia pakai, ia segera menggendong tasnya.

Kemudian ia bercermin sejenak lalu keluar dari kamarnya.
Tepat setelah mengunci pintu, matanya bersitatap dengan lelaki jangkung yang berpakaian lebih rapi darinya. Sama, dia juga baru keluar kamar. Lebih tepatnya kamar mereka bersebelahan.

Keduanya memutus pandangan, melangkahkan kaki turun ke lantai dua untuk sarapan pagi bersama orang tuanya seperti biasa.

"Good morning." sapa Mamanya.

Hening.

Tak ada balasan.

Keduanya duduk berdampingan. Meja makan sepanjang ini hanya diisi oleh empat orang anggota keluarga. Mama, Papa, dan mereka berdua.

"Jeno, kenapa cuma makan sedikit? Makan yang banyak sayang. Papa sangat tau kamu butuh banyak energi." ucap Suho menatap Jeno.

Dengan malas, Jeno menyendok lagi lauk dan nasi. Jujur, Jeno lebih suka sarapan sandwich dan susu, bukan sarapan berat seperti ini.

"Papa udah tanya-tanya sama ahli gizi. Kataya kalo makan banyak protein dan serat itu bagus. Mulai besok Papa pastiin kamu makan empat sehat lima sempurna." ucap Suho.

"Pagi ini jujur Papa senang sekali. Akhirnya kamu bisa juga dapetin medali emas itu. Papa bangga banget sama kamu Jen. Papa dari awal tau kamu berpotensi di Fisika." ucap Suho.

"Iya Pa." balas Jeno.

"Kamu mau hadiah apa? Papa belikan apapun yang kamu mau." tanya Suho tersenyum.

Jeno menatap Papa dan Mamanya bergantian.

"Mau apa Jen?" tanya Mama.

Jeno diam sejenak. Terlihat sedang menimbang-nimbang.

"Motor." jawab Jeno pelan.

"Motor?" ulang Suho.

"Iya." balas Jeno.

"Gak. Yang lain. Mobil aja ya? Papa ngga mau kamu ngebut-ngebutan nanti malah jadi badung kaya orang disebelah kamu." ucap Suho.

Jaemin menoleh sesaat.

"Iya Jen. Mobil aja ya? Ferari juga boleh." ucap Irene.

"Ga jadi minta." ucap Jeno.

"Yahh jangan gitu. Anak Papa harus diberi hadiah setelah menang lomba. Papa mau beliin apapun. Tapi motor pengecualian." ucap Suho.

"Udahlah Pa kita beliin motor aja." ucap Irene.

"Ngga. Aku takut Jeno kenapa-napa di jalan. Jaman sekarang orang naik motor kadang ngga waras." ucap Suho.

Jaemin meneguk susu coklatnya hingga tandas.

"Jeno. Kalo kamu pengen motor karena iri sama Jaemin lebih baik jangan. Naik mobil lebih aman, ngga panas juga. Ya?" bujuk Irene.

"Jeno bilang ngga jadi minta." ucap Jeno datar.

Suho menghela nafas berat.

"Kamu pengaruhi Jeno supaya dia ikut naik motor? Kamu ngga tau itu bisa membahayakan Kakak kamu?!" tanya Suho pada Jaemin.

Jaemin mengangkat bahunya acuh.

"Udah udah, ngga ada minta motor lagi. Naik mobil aja seperti biasa Jen." ucap Irene.

"Iya, benar kata Mama kamu." ucap Suho setuju.

Jeno mengunyah makanan dengan malas. Begitu pula Jaemin.

RIVAL | Jeno Jaemin ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang