Suho menyeruput kopinya lalu melihat lagi arlojinya. Setelah waktunya pas, Suho segera menarik selimut Jaemin dengan kasar.
“Bangun!” ucap Suho.
Jaemin menggeliat, mencoba membuka mata.
Suho menghidupkan semua lampu di kamar anak keduanya hingga terang benderang. Baru setelah itu Jaemin membuka mata dan menatapnya.
Suho menarik kerah piyama Jaemin. Membuat Jaemin berdiri masih belum sadar di depannya. Suho mengusap rambut Jaemin yang menutupi wajah.
PLAKKKKK
PLAKK
PLAAAK
Jaemin diam saja merasakan pipinya perih meski masih pagi.
“Kamu sudah buat malu Papa semalam. Sebenarnya sampai kapan kamu mau buat Papa malu. Sampe seumur hidup Papa, iya?!” tanya Suho marah.
“Keluarga Zhong itu tamu penting! Penting Jaem!!!” ucap Suho menunjuk-nunjuk dahi Jaemin.
“Punya otak itu yang waras!” ucap Suho marah.
Nafas Jaemin naik turun.
Kemudian, Suho membuka tas sekolah Jaemin. Mengeluarkan semua buku-buku Jaemin, lalu mendudukkan Jaemin di kursi meja belajar.
“Belajar, sekarang! Ganti waktu kamu yang terbuang sia-sia karena kebodohan kamu semalam.” ucap Suho tegas.
Jaemin melihat jam dinding menunjukkan pukul 04.01, masih pagi buta.
“Cepet! Papa bakal tungguin kamu.” ucap Suho kembali duduk ditemani kopinya di sofa yang ada di kamar Jaemin.
Mau tak mau Jaemin belajar. Papanya amat sangat gila.
“Bangun citra yang bagus didepan Chenle saat kalian sudah berteman. Awas kalau sampai kamu jelek dimata keluarga konglomerat lain.” ucap Suho.
“Ikuti saja cara Kakak kamu. Jeno selalu beri hadiah barang branded setiap bertemu teman konglomerat. Bilang saja kalau kamu mau beli sesuatu.” ucap Suho.
“Oiya, teman lama kamu, buang saja mereka. Kamu ngga butuh orang-orang kecil seperti mereka.” ucap Suho.
Jaemin mengeratkan jarinya ke pulpen.
“Jangan rendahin temen Jaemin.” ucap Jaemin.
“Kenapa? Papa ngga rendahin, mereka emang rendah. Orang hidup itu punya level Jaem!” ucap Suho.
“Pertemanan itu bukan sekedar berteman. Kamu harus membuat koneksi. Contoh Kakak kamu, sekarang dia disegani dimana-mana, apalagi di pertemuan konglomerat.” ucap Suho.
“Papa ngga berhak atur hidup Jaemin.” ucap Jaemin.
Suho meletakkan cangkirnya dengan suara kencang.
“Papa berhak. Papa yang mengurus dan membesarkan kamu. Hidup kamu sepenuhnya dibawah kendali Papa.” ucap Suho.
“Cih, itu berarti Papa gila.” ucap Jaemin.
PRANG Suho melempar cangkir kopinya.
Jaemin memejamkan mata.
“Kamu tinggal hidup, segalanya Papa yang atur, tapi kamu masih juga komentar? Kamu merasa hebat karena mulai dewasa?! Kamu itu bukan apa-apa tanpa Papa!” ucap Suho marah.
Suho melangkah mendekati Jaemin, lalu memutar kursi Jaemin agar menghadapnya.
“Papa selalu bertanya-tanya, kamu itu darah daging Papa atau bukan. Kamu benar-benar produk gagal.” ucap Suho menunjuk Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL | Jeno Jaemin ✔ end
Fanfiction#1 AU 6 Apr - 9 Mei 2022 Jaemin tidak sesempurna Jeno-Kakaknya. Jaemin selalu berada dibawahnya. Sedangkan Jeno selalu diatas dengan segala kasih sayang berlebihan dari Papa dan Mama. Tentu saja Jaemin iri. Papa selalu menjadikan Jeno dan Jaemin Ri...