65 : Papa Sayang Kalian

2.7K 260 12
                                    

Suho menatap rumahnya yang terlihat dingin.

Dari gerbang depan sampai pintu utama, banyak sekali karangan bunga cantik yang bertuliskan selamat jalan untuknya.

Keluarganya ada disini semua.

Irene, Jeno, Jaemin, Ayah, Sehun. Semuanya ada disini, menangisinya.

Suho melangkah masuk ke rumah dengan tubuhnya yang sudah seringan kapas.

Dia ingin melihat Jeno, dan juga Jaemin.

Saat masuk, Suho tak kuasa membendung air matanya lagi ketika Suho melihat kedua anaknya menatap peti matinya dengan pandangan kosong.

“Jen. Ini Papa Jen.” ucap Suho.

Namun jelas, Jeno tak bisa mendengarnya.

“Jaem. Jaemin, ini Papa.” ucap Suho.

Suho berpegangan pada pilar yang ada di ruang tengah. Tubuhnya lemas saat tau dia benar-benar sudah tiada di dunia ini.

“Jaem.. hikss, Papa lagi mimpi kan Jaem?” ucap Suho sambil memegang tangan Jaemin.

“Tolong bangunin Papa Jaem..” ucap Suho.

“Papa belum peluk kamu...” ucap Suho.

Suho menangis. Jaemin tidak menoleh sedikitpun padanya.

“Na Jaemin hiks hiks...” tangis Suho.

“Kamu harus denger ini Jaem. Dengerin Papa hiksss...” ucap Suho.

“Papa menyesal Jaem..” ucap Suho.

“Papa berhak dihukum... Papa menyesal Jaem...hikss hikss..” ucap Suho.

“Kamu adalah anak yang baik... Anak yang kuat, Papa bangga sama kamu Jaem..” ucap Suho sambil menggenggam tangan Jaemin.

“Papa pengen peluk kamu Jaem.. Tapi Papa ngga bisa..” ucap Suho.

Suho menangis, meski Jaemin tidak bisa merasakannya tapi dia tetap memeluk Jaemin.

“Hiksss hiksss Jaem..” isak Suho.

“Jangan pernah maafin Papa...” ucap Suho.

“Jangan pernah Jaem...” ucap Suho.

“Hiksss hiksss biar Papa dapat hukuman dari Tuhan... Biar Papa rasakan semua rasa sakit yang Papa berikan ke kamu... Hikss jangan pernah maafin Papa Jaem, jangan..” ucap Suho.

Jaemin merinding tiba-tiba.

“Papa sayang kamu Jaem.. selamanya kamu tetaplah anak Papa..” ucap Suho.

“Hiksss hiksss Jaem.. Papa sayang sama kamu..” ucap Suho.

Jaemin menggerakkan badannya yang terasa aneh.

Ada apa dengannya?

“Jen.. Jeno?” panggil Suho beralih ke Jeno.

Suho menatap tangan Jeno yang diperban.

“Kamu kenapa Jen? Hiksss kamu kenapa?” tanya Suho.

“Papa nyakitin kamu ya Jen? Hikss Papa ngerusak kamu ya Jen? Hiksss..” ucap Suho.

“Mental kamu hiksss, mental kamu rusak karena  Papaaa ya Jen hikss hikss...” isak Suho.

Suho memeluk Jeno erat.

“Jangan belajar lagi Jen..Papa minta maaf Jen... Hikss hiks...Papa minta maaf...” isak Suho.

“Kamu sudah cukup membanggakan Papa... Hiksss tidak perlu lagi Jenn, Papa tidak perlu lagi nilai 100 mu... Yang penting kamu sehat Jen...” ucap Suho.

Suho terduduk di lantai.

Dia tidak kuat.

Hatinya sakit seperti dicabik-cabik.

Suho menyesal.

“Irene....hiksss Irene..” isak Suho.

“Aku berjanji akan menebusnya disana... Hiksss aku akan mempertanggung jawabkan dosa-dosaku.. Hikss hiks...” isak Suho.

“Aku menyayangi kalian, keluarga kecilku...” ucap Suho.

Suho mencoba berdiri.

Matanya menatap sekeliling. Suho belum siap mati. Suho ingin meminta maaf pada anak dan istrinya. Tapi Suho terlambat.

Suho menunduk dan berjalan keluar rumahnya.

Aku menyianyiakan hal yang paling berharga dalam hidupku.” batin Suho.

“Anakku, istriku, keluargaku...” batin Suho.

“Aku tidak pernah bersyukur, pada anak-anakku yang membanggakan, Jeno dan Jaemin.” batin Suho.

“Pada istriku yang sabar, Bae Irene.” batin Suho.

“Aku juga tidak sempat menyayangi anak-anakku yang lain. Jungwoo dan Jaehyun.. Aku telah menyia-nyiakan semuanya.” batin Suho.

“Keegoisanku, ketamakkanku, aku adalah orang yang gagal dan tidak pantas dipanggil Papa oleh anak-anakku.” batin Suho.

“Rasanya, ingin sekali aku meminta kesempatan lagi pada Tuhan untuk memperbaiki semuanya.” batin Suho.

“Semua yang rusak, semua yang kuhancurkan. Ingin sekali aku membahagiakan orang-orang yang berharga dihidupku.” batin Suho.

“Aku juga belum meminta maaf pada Adiku, Sehun. Pada Ayah, pada Wendy, pada Rose. Aku membenci diriku sendiri yang pergi tanpa menyelesaikan semua ini.” batin Suho.

“Kenapa, kenapa Tuhan tidak mempersulitku dulu?! Kenapa Tuhan mengambil nyawaku dulu? Aku ingin merasakan sakitnya orang-orang yang kusakiti.” batin Suho.

“Aku ingin mengganti rasa sakit mereka dengan kebahagiaan yang pelan-pelan akan aku berikan.” batin Suho.

Suho menatap rumahnya sekali lagi.

“Tapi, waktuku mungkin memang sampai disini. Tuhan membenciku dan mengusirku pergi dari dunia ini.” batin Suho.

“Mungkin itu keputusan terbaik Tuhan. Membuatku mati dengan penyesalan paling menyakitkan.” batin Suho.

“Aku harap, kepergianku pun bisa membawa pergi rasa sakit mereka.” batin Suho.

“Aku tidak mau menciptakan sakit yang baru.” batin Suho.

“Aku harap, anak-anakku baik-baik saja. Mereka tidak perlu menangisiku karena aku tidak pantas ditangisi.” batin Suho.

“Mereka tidak perlu sakit karena aku pergi. Sungguh, aku tidak ingin mereka sakit lagi.” batin Suho.

“Tuhan, aku titip anak-anakku.” batin Suho.

Suho menatap cahaya terang yang datang menjemputnya.

“Papa pergi ya, Jeno, Jaemin, Jungwoo, Jaehyun... Papa menyayangi kalian. Selalu.” ucap Suho.

✏✏✏✏✏

Cerita ini hanya karangan belaka. Jangan dibawa ke dunia nyata.

Thank you.

RIVAL | Jeno Jaemin ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang