39 : Isi Hati Jeno

3.2K 328 1
                                    

“Iya benar Bu. Lingkungan remaja seusia Jeno memang rentan mempengaruhi psikologis. Sebagai orang tua, bagus jika anda memilih teman untuk Na Jeno seperti yang anda bilang tadi. Namun-” ucap Dokter Hendery.

“Na Jeno juga harus memilih temannya sendiri. Teman yang bisa dipercaya olehnya dan membuat Jeno merasa punya orang lain. Saya teliti lagi setelah bicara dengan Na Jeno dia terlihat kurang bersosialisasi.” ucap Dokter Hendery.

Irene dan Boa mendengarkan dengan serius. Suho? Dia bersidekap dada, menatap Dokter Hendery malas.

Setelah berdebat tadi, Irene dan Suho memutuskan masuk ke ruang konseling Dokter Hendery bersama Boa.

“Saat ini kondisi Na Jeno seperti orang linglung. Dia seperti menyembunyikan jawabah setiap saya tanya. Hal ini bisa dipicu oleh kebiasaaan terdoktrin.” ucap Dokter Hendery.

“Apakah Bapak atau Ibu mendoktrin Na Jeno dengan tegas? Seperti Jeno harus ini Jeno harus itu.” ucap Dokter Hendery.

Irene mengangguk.

“Itu bukan mendoktrin! Kami hanya membimbing Jeno.” ucap Suho.

Dokter Hendery menghela nafas.

“Begini saja Pak, Bu. Saya akan menangani Jeno dengan baik. Selama Jeno dirawat disini saya tidak akan memperbolehkan keluarga mengunjungi sebelum saya memberi izin. Hal ini untuk menyeimbangkan emosi Na Jeno.” ucap Dokter Hendery.

“Izin? Saya ingin bertemu anak saya harus minta izin darimu?! Begitu?!” ucap Suho tak suka.

“Iya Pak. Saya membuat aturan ini pun berdasar alasan. Bapak bisa cek di panduan buku psikiater.” ucap Dokter Hendery.

Suho mendengus kesal.

“Baiklah Dok. Tolong titip Jeno dan sembuhkan Jeno.” ucap Irene.

“Baik Bu.” ucap Dokter Hendery.

“Kalau begitu kami permisi Dok.” ucap Irene.

“Iya, mari saya antar keluar.” ucap Dokter Hendery.

~

Jaemin, Haechan, Renjun dan Jisung sedang duduk di kantin rumah sakit.
Jaemin terus melamun membuat temannya ikut bingung.

“Jaem. Pasti Kak Jeno sembuh kok.” ucap Haechan menghibur.

“Iya Jaem. Kak Jeno kan kuat banget.” ucap Renjun.

Jaemin masih melamun.

“Kemana aja gue selama ini...” ucap Jaemin.

“Kamar gue disebelahnya, kenapa gue ngga tau apa-apa...” ucap Jaemin.

“Jaem.” panggil Haechan.

Jaemin mengusap wajahnya kasar.

“Seharusnya gue ngga ngeremehin obat anti depresan itu.” ucap Jaemin.

“Seharusnya gue tanya kenapa Jeno ngerokok dan mabuk.” ucap Jaemin.

Jisung mengusap-ngusap punggung Jaemin.

“Kita percaya sama Tuhan, pasti Kak Jeno bakal sembuh Jaem.” ucap Jisung.

“Iya.” ucap Jaemin.

“Maaf ya Jaem, dulu gue sering bilang jadi anak konglomerat itu enak. Tinggal bersantai berselimut uang. Padahal gue ngga tau dibaliknya seperti apa.” ucap Haechan.

“Lo sama Kak Jeno keliatan bahagia. Punya bokap dan nyokap yang diimpi-impikan semua anak. Tapi, setelah gue tau gue jadi ngga pengen dan bersyukur sama hidup gue sendiri.” ucap Haechan.

RIVAL | Jeno Jaemin ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang