Happy reading
Gimna puasa nya lancar?
Jangan lupa vote+ komen tiap paragraf nya.Mereka melihat ku seolah orang yang tak memiliki luka sedikitpun. namun nyatanya aku berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja.
****
Seorang gadis berjalan entah tiada tujuan. di malam yang sunyi, ia hanya ingin menenangkan pikirannya.
angin malam menerpa permukaan kulitnya, ia berjalan dengan posisi memeluk dirinya sendiri.
" tuhan, kapan ayah dan bunda bisa sayang sama aku. apa kesalahananku begitu fatal hingga semesta tak mengijinkanku untuk bahagia,"
tanpa sadar lelehan air mata itu lolos begitu saja dari mata indahnya. tiada orang yang bisa ia jadikan sandaran, ia pun tak ingin bergantung pada seseorang karena pada akhirnya, semua akan pergi.
Aurora, menyipitkan matanya. ia merasa mengenali laki-laki yang tengah berada di jembatan itu.
laki-laki naik ke jembata itu seolah ia ingin mengakhiri hidupnya. Aurora yang melihat itu sontak langsung panik. berlari dan langsung menarik tangan laki-laki itu.
hingga kini kedua jatuh tersungkur.
"Aurora."
"Daniel."
"HARUSNYA LO BIARIN GUE MATI! BUKAN MALAH NARIK GUE KAYA GINI BANGSAT!!" teriak Daniel dengan wajah padam menahan amarah.
"maaf, tapi bunuh diri itu dosa! mungkin kamu cape sama kehidupan kamu. tapi ngga gini caranya Dan! aku tau kamu pasti bisa lewatin ini semua,"
"tau apa lo, tentang kehidupan gue hah!" bentak Daniel.
Aurora memeluk Daniel menenangkan laki-laki itu dalam pelukannya. "aku bakal selalu ada buat kamu Dan," bisik Aurora.
ia berusaha menguatkan Daniel. padahal dirinya sendiri pun sedang tidak baik-baik saja.
Daniel membalas pelukan Aurora. entah lah gadis itu selalu punya cara untuk menenangkannya.
"Mereka jahat Ra, mereka ngga bisa ngertiin gue. gue cape Ra." adunya. kepalanya ia sembunyikan di ceruk leher gadis itu.
gadis iu merasa ceruk lehernya basah, tenyata Daniel lelaki itu menangis. baru kali ini ia melihat Daniel serapuh ini.
Aurora pun sama ia lelah dengan kehidupanya, tetapi jika ia juga memperlihatkannya siapa yang akan menguatkan Daniel? ia harus tetap tegar di hadapan Daniel. meski ia sendiri pun ingin melarikan diri dari kehidupannya.
tuhan, apakah kami akan memperoleh kebahagiaan? atau justu sebaliknya.
apakah semua rasa sakit dan pahit yang sekarang kami alami akan di gantikan dengan kebahagian?
Aurora menguraikan pelukannya. kedua tangannya memegang pundak Daniel. "kamu ngga boleh nyreah ya, tuhan pasti punya rencana yang indah setelah ni."
"apa gue pantas mendapatkan kebahagian itu?" Tanya Daniel dengan tatapan kosong.
Aurora mengangguk, sembari tersenyum. "semua orang pantas untuk bahagia termasuk kamu,"
***
ARRRRHHH
gadis itu melempar semua benda yang berada di meja. "gue nyuruh lo, buat ngancurin dia bukan buat di bahagia.lo liat aja, apa yang bakal gue lakuin setelah ini!!" Gadis itu tertawa layaknya seorang phyco.
gadis itu mengambil pisau lipatnya, setelah itu menancapkan pisau itu pada seekor kelinci. hingga darah terus mengalir. tak sampai di situ ia mencingcang kelinci itu hidup-hidup.
"menyenangkan. apalagi kalau mereka yang ku cincang. ah membayangkannya saja sudah membuatku sangat senang," Ucap gadis itu sembari memainkan usus kelinci yang berlumuran darah.
****
Meisya, gadis itu pagi-pagi seperti ini sudah heboh membicarakan tokoh fiksi favoritnya pada Aurora.
sedangkan Aurora hanya mengangguk-angguk saja mendengrkan sahabatnya meuja-muja tokoh fiksinya.
"lo, ngerti ngga sih Ra. sama yang gue omongin!" desis Meisya kesal melihat respon Aurora yang hanya mengangguk-angguk saja.
"ngerti Mey, hari ini ada ulangan matematika kesukaan kamu. kamu ngga mau belajar Mey?"
'WHAT MATEMATIKA KESUKAAN GUE! MENDING GUE MAKAN CABE SEBASKON DEH RA!!"
"Astaghfirullah Mey, gendang telinga aku mau pecah. udah mah teriaknya pas di teling Aku." Cibir Aurora.sembari. mengusap-usap telinganya.
gadis itu beranjak dari duduknya dengan tali sepatu yang terlepas.
"Ra, gue ke Kantin dulu laper, belajar mah gampang. kalo ulangan gue ngga bisa, gue nyontek le lo ya."
Aurora, membuka mulutnya. ingin memberi tahu bahwa tali sepatunya terlepas. gadis itu malah sudah pergi dari hadapannya.
Aurora, hanya bisa mengelus dada melihat tingkah sahabatnya itu.
"Raka!!" gadis itu melambaikan tangannya pada kekasihnya itu.
Raka yang merasa di panggil pun. menengok ke arah sumber suara. ia tersenyum simpul melihat Meisya dengan jarak satu meter dari hadapannya.
Meisya ia ingin berjalan ke arah kekasihnya itu. namun tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri hingga ,gadis itu terjatuh dengan tidak estetik di depan Raka.
seisi Kantin yang melihat itu ada yang terang-terangan tertawa, ada juga yang menahan tawa.
sial kenapa ia harus terjatuh di kantin terlebih di depan kekasihnya mau taro di mana wajah cantiknya ini.
malu? tentu saja kini wajah gadis itu memerah menahan malu. Raka yang melihat itu bukan menolongnya malah ikut menertawakan nya.
laknat memang, lihat saja ia akan mendiamkan laki-laki itu seharian.ia menalikan tali sepatunya. setelah itu langsung beranjak pergi dari Kantin.
Devon menepuk pundak Raka. "marah tuh pacar lo kejar sana."
"lagian lo, cewe nya jatuh bukan malah di tolongin malah di ketawain. siap-siap di diemin nene lampir. " Arsa mengompori
Raka memukul punggung Arsa. seenak nya saja memanggil kekasihnya dengan sebutan nene lampir.
ia pun. berlari mengejar Meisya.
tiga gadis berpakaian berpakaian ketat ia mendekat ke Arah mereka.
salah satu gadis itu berjalan medekat ke rah Daniel. sementara keduanya diam di tempat.
"Dan, rambut baru aku bagus ngga" ucap Ratna sembari memamerkan rambutnya yag baru saja di pirang.
"cantik ngga, kaya, jaran iya." jawab Daniel acuh.
Ratna mencebikan bibirnya kesal. "ko kamu gitu sih Dan!"
"terus gue harus gimana, mau rambut lo kaya pelangi pun gue ngga perduli!" ketus Daniel lalu beranjak meninggalkan mereka.
Gimana part ini?
20 vote+ 30 komen langsung up part selanjutnyaSpam #kisah yang kelam di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Kelam[ TAMAT]
Teen FictionSepasang luka, yang di pertemukan semesta untuk saling menyakiti. - kisah yang kelam "Maafin gue Ra, seharusnya lo nggak kenal cowo brengsek kaya gue." _Daniel Mahendra "Aku nggak pernah nyesel kenal kamu Niel, bagiku pertemuan kita itu takdir yan...