Kisah yang kelam| 32

4.9K 151 2
                                    

Apakah aku masih pantas untuk mendapatkan kebahagiaan itu?

****

  Gadis itu membuka matanya perlahan yang pertama kali  ia lihat adalah Reynal. Laki-laki itu tampak begitu khawatir padanya.

Ternyata kamu seperduli itu sama aku Nal, maafin aku nggak bisa balas perasaan kamu.

"Aku dimana?" Tanya Aurora yang tampak asing dengan  Rumah ini.

"Di Rumah gue, Lo tadi pingsan jadi gue bawa kesini."

"Aku mau pulang Nal."

"Ini udah malem, tuh jam 12 malem." ucap Reynal menunjuk jam dinding.

"Lo nginep aja di sini, Lo tidur di kamar gue."

Aurora membulatkan matanya.

"Lo nggak usah  mikir aneh-aneh, gue tidur di sofa. Gue juga udah minta ijin sama mamah,"

"Tapi aku nggak enak sama kamu, Nal. Aku pulang aja ya," 

"Gue bakalan marah kalo Lo pulang. ini usah malam Ra, bahaya. Lo bisa tenangin diri Lo disini. Lo suka bintang kan?"

Aurora mengangguk. Tahu dari mana  Reynal bahwa ia menyukai bintang.

"Nggak usah di pikirin, gue tau semua tentang Lo. Lo nggak perlu tahu gue tahu semua ini dari mana, tujuan gue cuma satu yaitu buat Lo bahagia."

  Gadis itu terdiam dengan mulut mengangga tanpak berfikir keras tentang ucapan yang baru saja Reynal ucapan.

Reynal menarik tangan Aurora, membuat gadis itu membuyarkan lamunannya.

  Laki-laki itu membawa Aurora pada balkon kamarnya, serta ada teropong disitu.

"Lo mau liat bintang, lewat teropong ini nggak?"  Tanya Reynal pada Aurora. Gadis itu terlihat tersenyum lebar.

Gadis itu terlihat begitu bahagia, ia mengangguk ngeiyakan ucapan Reynal.

Reynal menarik tangan Aurora untuk mendekat ke arah  teropong itu.

Aurora menyentuh teropong itu mendekatkan pada matanya terlihat begitu jelas gemerlap bintang. Gadis. Itu tersenyum sumringah.

"Kamu juga suka liat bintang Nal?" Tanya Aurora tanpa melepas  pandangannya pada teropong itu.

Laki-laki itu menggeleng, "Gue nggak terlalu suka, tapi gue tau Lo suka banget mangkanya gue siapin ini semua buat Lo," jawab Reynal.

Tatapan laki-laki itu begitu dalam menatap Aurora.

****

"Papa  mau ngomong sesuatu sama kamu Daniel, Duduk!"

Daniel yang hendak keluar langkahnya terhenti mendengar ucapan Papanya. Ia menghembuskan nafasnya kasar, malas sekali harus berkomunikasi dengan papanya. Laki-laki paru baya itu pasti akan membicarakan tentang perusahaan muak sekali ia mendengarnya.

"Apa?"

"Papa sudah bilang sakiti perempuan itu, sesuai dengan perjanjian kita dengan perempuan yang menolong perusahaan kita. Tapi kenapa kamu sekarang  malah bucin sama dia, jangan bilang kamu jatuh cinta sama dia."

"Iya! aku jatuh cinta sama Aurora, bohong kalo aku bilang selama tiga tahun ini aku  nggak ada rasa sama dia."

Andra mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Papa nggak mau tahu buat perempuan itu hancur! jika tidak orang yang membantu perusahaan kita akan mencabut sahamnya, sebelum semuanya terlambat lebih baik kamu hancurkan perempuan itu!"

Wajah lelaki itu memerah menahan amarah, urat-urat di lehernya bercetak jelas. Untung saja yang di depannya ini adalah papanya jika bukan ia sudah menghabisinya.

"Itu nggak akan pernah terjadi!"

"Kamu mau perusahaan kita bangkrut hah! Sadar, cinta nggak buat kamu bisa hidup enak Daniel."

"AKU NGGAK PERDULI! Cukup sekali saya kehilangan Aurora,"

Laki-laki itu keluar dengan membanting pintu begitu keras.

Gue nggak akan biarin siapapun nyakitin Aurora, gue bakal habisin orang itu.

Tujuannya kini menemui gadis itu, ia ingin bertemu dengan gadis itu entah lah tiba-tiba ia sangat rindu dan begitu  takut jika Aurora akan pergi meninggalkannya. Ucapan  Papanya tadi membuat  laki-laki itu overtingking,  takut  papanya akan membocorkan semuanya pada  Aurora dan berujung gadis itu meninggalkannya.

Gadis itu pernah bilang jika Daniel menghancurkan kepercayaannya lagi gadis itu akan bener-benar pergi dari hidupnya. Tidak, ia tidak sanggup jika hal itu terjadi.

Kini ia tengah berada di pekarangan  Rumah Aurora. Rumah itu terlihat sepi seperti tidak ada penghuninya, kemana gadis itu ?

Daniel menanjak balkon rumah gadis itu, memastikan  bahwa gadis itu ada di kamarnya.

Gadis itu tidak ada di kamarnya, ia menelisik sekitar kamar gadis itu dari balik jendela terlihat sepi dan berantakan. Apa yang terjadi pada gadis itu?  Apakah Aurora sekarang dalam kondisi baik-baik saja? Ia harus mencari gadis itu dan memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja, jika tidak ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena gagal menjaga Aurora.

****

"Sekarang Lo udah tenang Ra?"

Gadis itu tersenyum, menatap Reynal yang duduk di sebelahnya.

"Aku boleh nyerah nggak? Aku cape Nal, dunia nggak pernah adil sama aku. Sakit Nal, di tuduh pembunuh ibu kandung sendiri, mereka selalu nyalahin aku atas kepergian bunda. Aku benci sama diri aku sendiri," ungkap gadis itu mengungkapkan semua unek-uneknya.

Mati-matian Aurora menahan air matanya untuk tidak jatuh, tetapi semuanya itu percuma buliran cairan bening itu mengalir begitu saja dari mata indahnya.

Reynal mengelus punggung gadis itu menenangkannya.

"Gue tahu Lo perempuan kuat Ra, Lo pasti bisa  menghadapi ini semua. Gue di sini ada buat Lo, nggak usah selalu  ngerasa sendiri ya." ucap Reynal mengusap air mata yang mengalir dari pipi gadis itu dengan ibu jarinya.

"Nggak Nal, aku lemah. aku cuma pura-pura kuat,




Aku minta maaf banget up nya lama, udah 2 Minggu ini aku gk buka wp Kya gk mood aja gitu

Kisah Yang Kelam[ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang