Aurora menerjapkan matanya, ternyata hari sudah pagi, gadis itu beranjak dari tempat duduknya. Mengetok-ngetok pintu agar ada yang membukakan pintu.
"Ayah, Rora mohon bukain..." lirih gadis itu.
seorang wanita paru baya tengah sibuk mencuci piring, sembari bersenandung lagu jaran goyang.
"Apa salah dan dosa ku sayang, cinta suci ku kau buang-buang." Nyanyi Bi Esih. Dengan mengoyangkan pinggulnya.
"Ayah, bukain. Rora janji nggak bakal bolos lagi, nggak bakal males belajar lagi," teriak Aurora di sebrang sana.
Suara teriakan Aurora, menghentikan pergerakan Bi Esih.
"itu suara non Rora, tapi dimana ya? suaranya dari gudang belakang, dari semalem juga nggak ngeliat non Rora, jangan-jangan Non Rora di kunciin Tuan dib Gudang belakang lagi?" gumaw Bi Esih.
Wanita paru baya itu langsung pergi menuju Gudang belakang.
"Non, Non Rora didalem?" Tanya Bi Esih. dengan tangan mengetok pintu Gudang tersebut.
Mendengar teriakan dari luar pintu itu, Aurora langsung berdiri dan Mengusap sudut matanya yang berair.
"iya BI, Rora di dalem. tolong bukaan pintunya Bi Rora mohon," pinta gadis itu.
"iya Non, Bibi cari kuncinya dulu." kata Bi Esih.
wanita paru baya itu bergegas mencari kunci Gudang di tempat biasa Tuannya itu menyimpan kunci.
"Nah ketemu, Alhamdulillah." Bi Esih. Langsung menyambar kunci itu dan memebukaan pintu untuk Aurora.
Aurora memeluk Bi Esih begitu erat. "Rora takut di dalam gudang Bi, Ayah mukulin Rora lagi, Rora cape kapan ayah bisa sayang sama Rora sama kaya sayang ke kak Lauren." adunya. Disertai isak tangis, Ia sudah menganggap Bi Esih seperti ibunya sendiri, begitupun dengan Bi Esih.
Di rumah ini hanya Bi Esih yang peduli padanya, orang di sebut sebagai keluarga pun tak pernah peduli pada gadis itu, mereka menganggap Aurora seolah benalu, pembawa sial.
Bi Esih mengelus punggung Aurora menenangkan gadis itu. "Non yang sabar ya, Non anak kuat, Non pasti bisa jalanin semua ini. Awan tak selamanya mendung, Bibi yakin suatu saat nanti, Tuan, nyonya sama Non Lauren bisa sayang kek Non Rora."
"Makasih Bi, udah peduli sama Rora," Aurora menguraikan pelukannya.
"Non, makannya pelan-pelan." peringat Bi Esih.
Gadis itu begitu lahap menyantap nasi goreng yang di buat oleh Bi Esih, Aurora belum memakan apapun dari kemarin, Ayahnya tidak memberinya jatah makan. Jadi wajar saja jika Aurora begitu lahap menyantap nasi goreng itu.
Aurora menyengir lebar, mendengar penuturan Bi Esih.
Lauren menyergitkan dahinya melihat Aurora yang tengah menyantap makanan ditemani Bi Esih yang menemaninya dengan tersenyum lebar.
Lauren mengepalkan tangannya.
pasti pembantu sialan itu, yang ngeluarin Aurora dari gudang! harusnya biarin aja biar mati sekalian!
Lauren melempar piring berisi nasi goreng yang tengah di santap oleh Aurora.
Aurora membulatkan matanya terkejut, tiba-tiba kakaknya itu ada di depannya.
"Masa hukuman lo itu belum selesai! harus nya lo masih di kunci gudang, bukan enak-enakan makan kaya gini!" murka Lauren.
ia mengambil gelas berisi air yang hendak di diminum oleh Aurora, kemudian melemparnya ke arah Aurora. dengan cepat Aurora menghindar sehingga dia tak mengenai gelas yang Lauren lempar.
"ARGGH!" Lauren mencekik Aurora hingga gadis itu kesulitan untuk bernafas.
"LO PEMBUNUH AURIORA!!! LO HARUS MATI!"
Aurora menggeleng kuat, ia tak mengerti apa yang di katakan oleh kakaknya itu.
"ka-k, le-pa-sin! Rora ng-nggak bi-sa na-fas!" Lauren seolah menulikan pendengarannya, ia terus mencekik leher adinya seolah ia ingin membunuh adiknya itu.
Bi Esih berusaha melepaskan cekikan Laure pada Aurora, ia mengigit tangan Lauren hingga perempuan itu melepaskan cekikannya itu.
Aurora memegangi lehernya, ia ngatur kembali nafasnya.
"Nggak usah ikut campur lo! lo itu cuma pembantu di sini!" ucap Lauren. Ia mentap Bi Esih dengan tajam.
"dan lo-" Lauren menunjuk Aurora.
"kali ini lo selamat, tapi lain waktu gue bakal habisin lo PEMBUNUH!" setelah mengatkan itu Lauren pergi meninggalkan keduanya.
Membuat banyak pertanyaan di kepala Aurora. Pembunuh? apa yang sebenarnya terjadi ia tak pernah membunuh siapapun tetapi mengapa kakaknya itu menyebutnya sebagai pembunuh.
****
Daniel mencari Reynal di setiap sudut sekolah, ia berjanji akan mengahajar laki-laki itu habis-habisan karena telah menyentuyh apa yang telah menjadi miliknya. Meskipun Aurora meminta putus dengannya, ia tak akan menyetujui hal itu. Aurora akan tetap menjadi milik Daniel Mahendra selamanya.
"Ngapain lo deketin Aurora?" Tanya Daniel. Ia mendekat ke arah Reynal.
Reynal terkekeh pelan. "ck! lo bodoh atau gimana? Aurora sekarang itu mantan lo, bukan pacar lo! inget 'cuma mantan' "
"Gue nggak akan pernah ptus sama Aurora!" Seru Daniel. dengan luapan emosi yang keluar dari tubuhnya.
Reynal tertawa, mendengar jawaban dari lawan bicaranya itu. "Mending lo sama Ratna, biar Aurora sama gue. Dia cantik, pinter, sangat cocok untuk jadi calon istri gue!"
Rahangnya mengeras mendengar ada laki-laki lain yang terang-terangan memuji kekasihnya itu, eh lebih tepatnya mantan.
"Brengsek!"
"ngomongin diri sendiri lo?"
Daniel langsung memberikan bogeman mentah, ia meninju rahang Reynal hingga laki-laki itu jatuh tersungkur. Tak mau kalah Reynal langsung membalas pukulan Daniel ia meninju rahang Daniel tak kalah keras.
"ck! cumaa segini doang kemampuan lo?"
Daniel meninju perut Reynal tak membiarkan lawannya itu mambalas pukulannya. kemudian ia menginjak perut Reynal hingga sang empu terbatuk dan mengeluarkan cairan merah dari mulutnya.
Setelah melihat Reynal tak berdaya, Daniel pergi meninggalkan Reynal yang kini terlihat begitu mengenaskan.
"Gue nggak akan nyerah, buat rebut Aurora dari lo. mungkin dulu gue deketin dia buat balas dendam ke lo, tapi sekarang gue sadar, Aurora perempuan baik. Dia terlalu berharga untuk gue sakiti."
****
Halo gimana kabar kalian?
Maaf ya, aku up lama aku lagi sibuk buat persiapan masuk SMA, tapi tenang aja aku seminggu sekali pasti up ko.Btw kalian yang baca ini umur brpa?
Aku 15 th
Next part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Kelam[ TAMAT]
Teen FictionSepasang luka, yang di pertemukan semesta untuk saling menyakiti. - kisah yang kelam "Maafin gue Ra, seharusnya lo nggak kenal cowo brengsek kaya gue." _Daniel Mahendra "Aku nggak pernah nyesel kenal kamu Niel, bagiku pertemuan kita itu takdir yan...