Aku harus pulang kemana? Ko semuanya rusak.
****
Hancur? tentu saja pantas saja Ranti tidak pernah membelanya apalagi memperlakukannya layaknya seperti seorang ibu kepada anaknya. Ternyata ia bukan anak kandungnya. Hatinya hancur bagai di serang ribuan tombak, ternyata benar hidupnya hanya membawa kesialan pada orang sekitar. Harusnya ia memang tidak pernah di lahirkan, kasihan orang di sekitarnya menjadi korban kesialannya.
Aurora berteriak histeris melampiaskan rasa sakitnya. Gadis itu kini berada di sebuah jembatan gadis itu benar-benar prustasi. Lebih baik ia mengakhiri hidupnya ia sudah tidak kuat menghadapi kerasnya dunia.
tuhan, maaf jika aku melakukan hal yang kau benci. Aku lelah,
"Bunda pergi untuk selamanya gara-gara Lo! Kalo aja Bunda nggak nyelamentin Lo yang hampir di tabrak bunda pasti masih ada sampe sekarang! Dia ngorbanin nyawanya sendiri demi Lo sialan! Gue benci sama Lo! Pembunuh! ""Bu-bunda udah nggak ada gara-gara aku?" tanya gadis itu dengan gemetar.
"iya! gara-gara Lo pembunuh! pembunuh kaya Lo harus mati!"
Gadis itu menutup mulutnya agar suara Isak tangisnya tak terdengar.
"Aku nggak pernah minta untuk di lahirkan kak, kalo aku bisa milih aku lebih baik nggak di lahirkan di dunia ini,"
"Bacot!" ucapnya seraya melempar vas bunga yang berada di sampingnya mengenai kepala adiknya itu. Ia tersenyum puas melihat adiknya merintih kesakitan, darah segar mengalir dari pelipis gadis itu.
"Lo nggak pantes bahagia Aurora! Lo harus mati!"
Bayangan itu terus terngiang-ngiang di fikirannya.
kaki gadis itu menaiki jembatan dengan kedua tangan di rentangkan, ia memejamkan matanya.
Aku tahu ini salah, tapi aku lelah dengan permainan semesta yang seolah tak memberiku sedikit saja kebahagiaan.
Saatkan ia ingin melompat tiba-tiba ada yang menarik tangannya hingga gadis itu terjatuh pada pelukan laki-laki itu.
"Lo udah gila Ra!" Marah Reynal.
Aurora menatap netra hitam laki-laki itu dengan tatapan sendu.
"Hidup aku nggak berguna Nal, cuma buat orang sekitar aku sial." Jawab gadis itu dengan menahan Isak tangis, tubuh gadis itu terlihat begitu bergetar.
"Mana Aurora yang gue kenal kuat, Lo nggak boleh nyerah Ra. Lo yang selalu semangatin gue biar gue tetap semangat."
"Aku cape Nal. Pura-pura kuat di depan semua orang padahal sebenarnya aku Rapuh Nal, aku Rapuh. Aku cewe lemah yang so kuat,"
Gadis itu terlihat begitu rapuh tidak seperti biasanya yang selalu menebar senyum lebar. Hatinya mencelos melihat gadis itu.
Aurora memukul-mukul dada bidang laki-laki itu melampiaskan rasa sakitnya.
Reynal membawa gadis itu kedalam pelukannya. mengelus bahu gadis itu menenangkan dalam pelukannya.
"Ra, Lo itu nggak pembawa sial. Gue beruntung bisa ketemu perempuan kaya Lo, berhenti menganggap kalo hidup Lo itu pembawa sial. karena bagi gue Lo itu berharga Ra,"
Aurora meronta-ronta ingin di lepaskan gadis itu berusaha untuk ke jembatan melompat dari jembatan itu tetapi Reynal memeluknya dengan erat sehingga gadis itu tidak bisa kemana-mana.
"Aku pembunuh Nal, aku nggak pantas untuk hidup. Aku lebih baik mati!"
Reynal membulatkan matanya."Hah pembunuh?"
"Ra, jawab."
Reynal menguraikan pelukannya. tangisan gadis itu tak lagi terdengar.Badan gadis itu terhuyung ke belakang tak sadarkan diri.
Sontak ia pun terkejut melihat itu.
"Ra bangun Ra, " Ucap Reynal menepuk-nepuk pipi gadis itu tetapi gadis itu masih setia memejamkan matanya.
***
Reynal membawa gadis itu kerumahnya. Ia menidurkan gadis itu sofa empuk miliknya, menyelipkan helai rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu. Ia tertegun melihat Aurora yang seperti ini, baru kali ini ia melihat sisi rapuh gadis itu.Pasti sangat berat masalah yang gadis itu alami, karena ia tahu Aurora bukan tipe orang yang gampang menyerah.
Pasti sakit sekali di tuduh menjadi pembunuh ibunya sendiri, padahal hal itu terjadi karena sebuah musibah.
Gue tahu Lo orangnya kuat, Lo pasti bisa buat ngelewatin ini semua. Gue bakal ikut serta dalam hal itu, karena gue nggak suka ngeliat Lo sedih Ra.
Seorang wanita paru baya dengan seorang balita perempuan di gendongannya menghampiri mereka.
"Dia siapa Nal?" Tanya wanita Paru baya itu yang tak lain adalah ibu dari Reynal.
"Pacar kamu?" Tanya Dinda heran. Pasalnya anaknya tidak pernah membawa perempuan kerumah baru kali ini laki-laki itu membawa perempuan kerumah.
Apa gadis itu Aurora? yang selalu Reynal ceritakan padanya?
Reynal menatap manik mata ibunya itu.
"Dia Aurora Mah, Aurora boleh nginep di sini nggak? Aku kasian liat dia Mah, biarin dia nenangin diri dulu."
Perempuan paru baya itu mengangguk.
Gimana part ini? Maaf ya kalo nggak ngefeel
Aku akhir-akhir ini nggak mood nulis
Tembus 10 komen double up mlm
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Kelam[ TAMAT]
Teen FictionSepasang luka, yang di pertemukan semesta untuk saling menyakiti. - kisah yang kelam "Maafin gue Ra, seharusnya lo nggak kenal cowo brengsek kaya gue." _Daniel Mahendra "Aku nggak pernah nyesel kenal kamu Niel, bagiku pertemuan kita itu takdir yan...