"Girls, kalian yakin Rhea akan bersuami dengan pria kaya?" tanya Dila menatap intens kedua temannya.
Saat ini ketiganya tengah berada di rumah Dila, tepatnya di kamar Dila hanya untuk sekadar bermain-main, dan menghabiskan hari libur bersama.
"Tebakan ku sih iya, kalau di lihat dari segi penampilan," sahut Friska.
"Aku juga tidak bisa menyangkal sih," sahut Diva juga. Ketiganya sedang duduk melingkar di ranjang Dila dan ditengahnya terdapat beberapa camilan.
"Tapi beberapa hari yang lalu, Rhea teramat sedih karena harus putus dengan Aris, kan? Rhea bilang, kalo Rhea terpaksa melakukannya hanya untuk menghargai calon suaminya itu," ujar Dila.
"Tapi aku merasa ada yang aneh dengan calon suami Rhea, Maksud ku, kalian pasti kenal Prima, kan? Anak fakultas ekonomi?" ucap Friska membuat serius keadaan.
"I pernah dengar sih, memangnya kenapa?" tanya Dila sambil menaikkan sebuah bantal di pahanya.
"Nah, tepat di mana Rhea bilang sama kita jika dia akan menikah saat di kampus waktu itu, sorenya aku melihat Prima sama calon suami Rhea di sebuah Cafe," ungkap Friska.
"Seriously?"
Dila dan Diva sangat terkejut atas apa yang diucapkan Friska, hingga keduanya masih memandangi Friska tidak percaya.
"Aku serius, aku sangat mengingat wajah pria itu, dan sialnya sama persis seperti calon suami Rhea," timpal Friska.
"Fiks, kita harus kasih tahu Rhea," final Dila.
"Sebentar dulu, jangan gegabah, siapa tahu Prima sama calon suami Rhea itu berteman, dan sedang jalan-jalan atau mengobrolkan sesuatu yang sangat penting, kita tidak bisa mengambil kesimpulan begitu cepat, jika nanti salah bagaimana? Itu sama saja fitnah, tidak baik," peringat Diva.
"Tapi aku lihat keduanya pegangan tangan, dan sangat romantis, apa itu namanya teman?"
"Kok you bisa sih, melihati orang dengan detail tapi tidak ketahuan?" tanya Dila.
"Mata-mata terbaik," ujar Friska memuji dirinya sendiri.
"Kamu menjumpainya saat hari sore kamis? Dan itu sudah lama, mungkin calon suami Rhea menyudahi hubungannya jika memang memiliki hubungan, kan? Toh, dia juga mau menikah, tidak mungkin kan main di belakang Rhea," ujar Diva.
"Mind setnya jangan negatif dulu, kita kan tidak tahu yang sebenarnya itu seperti apa," timpal Diva dan menadapat anggukan dari kedua temannya.
***
"Pria bodoh!!" bentak Rhea lalu keluar dari mobil Arsyah.
Bregh!
Rhea membanting pintu mobil Arsyah dan pergi menjauhi mobil Arsyah, Rhea mendengar teriakan-teriakan kecil dari Arsyah yang menyuruhnya untuk berhenti, namun Rhea abai dan tetap berjalan bahkan berlari kecil semakin menjauhi Arsyah.
"Hiks, aku benci!" ujar Rhea sambil terisak.
Grep!
Rhea seketika berbalik ketika tangannya di tahan dan di tarik paksa dari belakang. Dapat Rhea lihat Arsyah yang berdiri di depannya masih mencengkeram pergelangan tangannya.
"Ternyata benar, kamu sudah menyukai saya, ya?" ucap Arsyah.
"Lepaskan tangan ku!" ujar Rhea sambil mencoba melepaskan genggaman Arsyah, Rhea meringis pelan ketika pergelangannya terasa sakit.
"Dengar! Rheazura Keisha Radhisty, kita harus rukun sampai hari pernikahan, tidak ada pertengkaran atau pun perdebatan yang memicu retaknya hubungan kita. Kita harus saling respect, dan kita juga harus saling mengerti," ujar Arsyah memegang kedua pundak Rhea dan menatap tepat di mata Rhea dengan serius.
"Respect kata mu? Respect?" ulang Rhea sambil tertawa ringan.
Rhea menangkis kedua tangan Arsyah di pundaknya, dan menatap Arsyah nyalang. Rhea semakin mendekat ke Arsyah dan menatap kedua mata berpupil cokelat itu bergantian.
"Jika kamu di posisi ku, apakah mental mu akan sekuat diri ku?" tanya Rhea merendahkan nada bicaranya.
"Tidak, kan. Lihat, Rheazura anak labil yang kamu maksud, anak yang suka menghambur-hamburkan uang, tidak tahu apa-apa, kini beranjak dewasa hanya dalam seminggu mengenal diri mu," imbuh El.
"Aku akan membujuk ayah ku untuk membatalkan acara pernikahan ini, aku tidak mau menikah dengan seorang pria yang masih menaruh hati pada wanita lain," pungkas Rhea lalu pergi meninggalkan Arsyah yang masih terdiam.
***
Rhea baru saja tiba di rumahnya, Rhea pulang dengan taksi yang Rhea hentikan di luar gedung Mall.
Rhea langsung memasuki kamarnya dan menguncinya, hari masih sekitar jam dua siang, Ayah Bundanya juga tidak kunjung pulang.
Rhea melewatkan sarapannya dan juga makan siangnya, tapi Rhea sama sekali tidak merasa lapar.
Rhea merebahkan dirinya di ranjang, membuka ponselnya dan melihat beberapa pesan masuk yang Rhea terima kemarin.
Rhea tersenyum ketika Aris masih mengiriminya pesan, mengingatkannya untuk makan, dan selalu memintanya untuk bertemu. Sejujurnya Rhea masih sedikit takut dengan Aris mengingat kejadian di kampus waktu itu.
Rhea juga mendapat pesan dari ketiga temannya tadi pagi, namun baru di buka sekarang, isi pesan itu tentang ajakan bermain ke rumah Dila. Jika saja Rhea tidak pergi dengan Arsyah mungkin Rhea akan bersenang-senang dengan temannya.
Rhea dan Arsyah belum sama sekali bertukar nomor ponsel, itu lah mengapa jika Arsyah ingin keluar dengan Rhea, maka harus menghubungi Bunda Rhea langsung.
"Belum apa-apa sudah runyam begini, bagaimana kedepannya," gumam Rhea.
Rhea menggulir layar ponselnya tanpa henti membuatnya mengantuk dan tidak lama kemudian tertidur.
***
Rhea terbangun ketika mendengar suara gelotakan di kamarnya.
Rhea membuka matanya dan memutar pandangannya, matanya terhenti ketika melihat di sisi ranjang lainnya terdapat seorang pria yang memunggunginya.
"Argh!" teriak Rhea sontak membuat pria itu seketika berbalik.
"Hey, ada apa? Kenapa berteriak?" tanya pria itu khawatir.
Rhea mengenali suara ini, dan benar saja ketika pria itu berbalik ternyata Arsyah yang kini berada di kamarnya.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Rhea bingung.
"Saya sudah sedari tadi mengetuk pintu kamar mu, tapi tidak kunjung di sahuti, astaga," ujar Arsyah sambil menepuk jidatnya pelan.
"Masuk ke kamar seorang gadis tanpa izin darinya itu tidak boleh, tidak sopan," peringat Rhea.
"Kenapa? Lagian sebentar lagi kita juga akan satu kamar dan satu ranjang, benar begitu, kan, sayang?" goda Arsyah sambil menaik turunkan satu alisnya dan mendekati Rhea.
"Menjauhlah dari ku," titah Rhea sambil memundurkan tubuhnya.
"Kenapa?"
"Kamu sebentar lagi menjadi istri saya, maka kamu harus bisa layani saya dengan baik," ujar Arsyah merendahkan nada bicaranya dan mencolek bibir Rhea.
"Tidak!!!"
Rhea berteriak di atas ranjangnya, oh ternyata hanya mimpi. Mimpi yang sangat aneh dan menyeramkan.
Rhea melihat di luar jendelanya dan nampak sudah menggelap, dan turun hujan, astaga pantas saja hawa menjadi lebih dingin. Rhea dengan segera turun dari ranjang dan segera mandi. Entah kenapa dirinya merasa sangat lapar. Setelah mandi Rhea akan turun untuk makan malam.
"Bunda, Ayah," seru Rhea sambil menuruni anak tangga. Rhea baru saja selesai mandi dan memakai piyamanya, lalu turun untuk makan.
Rhea merasa kebingungan saat di rumah masih kosong, tidak ada siapa-siapa. Apa Bunda dan Ayahnya belum juga pulang? Memangnya selama itu ya membahas tentang penyewaan gedung pernikahan?
Tok! Tok!
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN KONTRAK
ChickLit(End) Rheazura Keisha Radhisty, seorang gadis cantik yang di paksa menikah oleh kedua orangtuanya. Rhea yang masih merasa dirinya belum siap, memberontak untuk menggagalkan pernikahan itu. Namun sayangnya, pernikahan itu tetap terjadi. Rhea resmi me...