PK : Part Ten

5.9K 202 0
                                    

"Kamu cantik, Rhe," gumam Arsyah sontak membuat Rhea terkejut, bahkan kedua matanya membola.

"Jangan mengatakan hal bodoh, aku tahu kamu masih tertarik dengan Prima, lakukan sandiwara mu dengan sebaik mungkin, aku tidak melarang, namun jika kamu ketahuan oleh Ibu mu, maka jangan salahkan aku jika kamu di amuk olehnya," sahut Rhea bergumam juga, namun masih di dengar dengan baik oleh Arsyah.

"Saya menuruti perintah Ayah saya, kenapa harus di amuk?"

"Itu perintah dulu, perintah sekarang itu kamu harus menikahi ku," ujar Rhea.

"Tapi itu berdasarkan bisnis," sahut Arsyah.

Rhea terdiam, mengatupkan bibirnya dengan rapat, tidak mau memperpanjang masalah yang awalnya sepele.

"Anak Ibu, kalian belum sah, astaga!" ujar Ibu Arsyah sambil menarik telinga Arsyah.

"Aduh, Bu, sakit!" adu Arsyah.

"Sesi pemotretan sudah selesai kenapa kalian tetap diam seperti ini, huh? Anak nakal!" ujar Ibu Arsyah.

Rhea tertawa pelan ketika melihat Arsyah yang nampak kesakitan karena tarikan di telinganya.

"Rhea juga sama diamnya, kenapa Ibu tidak menarik telinga Rhea?"

"Rhea itu anak Ibu, Ibu tidak tega melakukannya," sahut Ibu Arsyah sambil melepaskan tangannya.

Arsyah mengusap telinganya yang memerah dan berdenyut sakit, "Arsyah juga anak Ibu."

"Cancel sementara karena kamu anak nakal!"

"Tega sekali," gumam Arsyah.

"Sesi pemotretan sudah selesai, sang fotografer sampai geram melihat kalian yang tidak menyahuti ujarannya untuk menyuruh berhenti, sang fotografer sampai memanggil Ibu untuk menyadarkan kalian, kalian ini!" ujar Ibu Arsyah.

"M-maaf, Bu, kami beneran tidak mendengar ujaran sang fotografer," sela Rhea.

"Sudahlah, cepat ganti baju kalian, Rhea pasti sangat kedinginan dengan pakaian seperti itu. Walaupun di pantai, tapi sekarang masih masuk musim penghujan, anginnya sangat dingin sekali," ujar Ibu Arsyah dan diangguki oleh keduanya.

Setelah mengganti pakaiannya, Rhea dan Arsyah memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, Arsyah akan mengantar Rhea terlebih dahulu.

"Ekhem." Rhea berdehem kencang mencoba membuat Arsyah paham.

"Ekhem." Kali ini deheman Rhea lebih kencang. Dan sesekali melirik ke arah Arsyah.

Rhea merasa kesal karena Arsyah yang nampak acuh, seketika Rhea memukul lengan atas Arsyah, dan berakhir Arsyah yang mengadu sakit.

"Aduh, apa sih? Jangan ganggu, saya lagi nyetir, jika nanti terjadi apa-apa bagaimana?"

"Cerewet! Menyebalkan!" ujar Rhea kesal lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

Ckit!

Dugh!

"Auw!" pekik Rhea ketika Arsyah dengan seenak jidat mengerem menbuat dahi mulusnya terbentur.

"Menyebalkan! Kamu pikir kamu bisa menginjak rem seenaknya begitu?"

"Suruh siapa sabuk pengaman mu tidak di pasang? Saya akan turun, kamu mau minum apa?" tanya Arsyah lalu melepas sabuknya.

"Dasar pria tua bangka menyebalkan!"

"Jangan seperti itu, ingat! Besok kita akan menikah, hargai suami mu yang tampan ini."

Rhea berdecak pelan, "Apa saja yang penting dahaga ku hilang," sahut Rhea malas.

"Baiklah, tunggu di sini sebentar, saya akan kembali," ujar Arsyah lalu keluar dari mobilnya.

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang