PK : Part Thirty Two

3.9K 158 0
                                    

"Aduh Bunda tidak membawa baju ganti, Azzam sudah besar, makannya yang benar ya sayang," ujar Rhea sambil mengelap wajah belepotan Azzam menggunakan tisu.

"Bunda, robot Azzam mana?"

"Ada di rumah."

"Kenapa tidak Bunda bawa?" rengek Azzam sudah mengambil ancang-ancang hendak menangis kencang.

"Kamu sendiri yang menyimpannya di peti mainan mu, nanti sehabis dari sini kita pulang dan bermainlah sepuas mu," ujar Rhea.

"Tapi Azzam mau main sekarang Bunda!"

"Nanti di rumah saja, ya."

"Sekarang!"

"Azzam menurut sama Bunda, ya."

"Bunda jahat!"

"Son, menurut sama Bunda ya, Son tidak mau kan jadi anak pembangkang, durhaka sama orang tua?" Kini giliran sang Ayah yang turun tangan untuk membantu Rhea menenangkan Azzam yang merengek.

"Nanti masuk api?" tanya Azzam dengan wajah polosnya.

"Iya, nanti masuk ke api, Son tidak mau kan?"

Azzam menggeleng ribut di kursinya dan segera meminta maaf pada Bunda.

"Anak pintar!" puji Arsyah sambil mengusap lembut rambut halus milik Azzam.

"Mas, katanya akhir-akhir ini Mas jadi genit sama sekretaris Mas yang baru itu, siapa namanya? Oh Raya, iya Raya," ujar Rhea dengan nada tidak suka.

"Raya? Oh--saya baru ingat. Kami hanya rekan saja, Rhea. Lagian dia itu sekretaris saya, saya juga tidak merasa menjadi genit," jelas Arsyah.

"Serius nih? Bukannya Raya selalu memakai pakaian kurang bahan? Apa Mas tidak pernah ada niatan untuk ...."

"Sama sekali tidak, Rhea. Kamu saja sudah cukup untuk saya," sela Arsyah.

"Tapi katanya Mas selalu pergi makan siang bersama, kalau meeting penting juga Raya selalu memperhatikan Mas, itu--itu tidak wajar!"

"Dari mana kamu tahu?"

"Ya ada, jangan di kira teman Rhea cuman orang sekantor doang?"

"Posesif, huh?"

"Tidak, tuh!" sangkal Rhea sambil memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Arsyah tersenyum sejenak, "Kami tidak terlalu sering keluar untuk sekadar makan siang semata, kami juga membahas tentang pekerjaan juga."

"Azzam sudah selesai, sayang?"

"Sudah Bunda!"

"Kita pulang."

***

Rhea menidurkan Azzam dengan hati-hati di kamarnya, mengusap pucuk rambutnya sayang.

"Bunda menyayangi mu jagoan," gumam Rhea lalu beranjak keluar dari kamar putranya.

Rhea berjalan menuruni anak tangga, ketika hendak memasuki dapur, ekor matanya menemukan Arsyah yang tengah berdiri tidak jauh darinya sambil berbicara dengan seseorang yang menghubunginya.

"Pasti sekretarisnya itu," gumam Rhea pelan.

Rhea mengambil baju kotor dan memisahkan baju dan celana yang berwarna putih. Rhea juga memisahkan beberapa baju putranya yang terdapat sablon untuk di cuci menggunakan tangan, karena jika di masukan ke mesin cuci, sablonannya akan menjadi rusak.

Setelah semuanya sudah terpisah, Rhea membiarkan mesin cucinya bekerja, selagi menunggu itu, Rhea mencuci pakaian putranya terlebih dahulu.

Rhea menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, omong-omong Rhea lupa belum mengikat rambutnya dan membuatnya sedikit kesusahan, ketika hendak mengikatnya, Rhea melupakan letak ikat rambutnya.

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang