PK : Part Eleven

5.4K 201 2
                                    

Rhea tengah duduk di depan cermin sambil memandangi dirinya, hari ini adalah hari yang sejujurnya ingin sekali Rhea hindari, Namun nyatanya, itu adalah angan semata, kini Rhea sudah didandani dengan cantik, Gaun yang kemarin Rhea pilih sudah di kenakan, rambut Rhea sudah di tata dengan rapih, kedua tangannya sudah berbalut dengan sarung tangan putih, kaki jenjangnya juga berbalut heels tinggi untuk membantu dirinya agar terlihat lebih tinggi, wajahnya sudah dipolesi banyak sekali jenis produk kecantikan, namun ketika melihat hasil dari torehan tangan para MUA, Rhea tidak merasa bahagia sedikit pun. Rhea juga bahkan tidak tersenyum sedikit pun, Rhea tidak ingin berada di keadaan seperti ini.

Tok! Tok!

"Rhea sayang," seru Bunda Rhea yang baru saja memasuki ruangan.

"Acara akan di mulai, Rhea sudah siap?"

Rhea mengangguk sebagai jawaban, dan bangkit dari duduknya lalu berbalik dan tersenyum menatap Bundanya yang sudah siap untuk mengantarnya ke depan.

"Jangan gugup," ujar Bunda Rhea sambil menggandeng lengan kanan Rhea dan menuntunnya keluar ruangan.

Rhea memasuki ruangan dimana dirinya akan di resmikan menjadi istri seseorang, walaupun sudah diingatkan oleh Bundanya agar tidak gugup, Rhea tetap merasa gugup saat di mana dirinya menjadi pusat perhatian seisi ruangan.

Rhea berjalan anggun ke arah meja akad di papah kedua orang tuanya yang setia menggandengnya di lengan kanan kirinya, di belakang Rhea terdapat beberapa bridemaid yang tidak lain adalah para temannya, Dila, Friska, dan Diva yang membantu membawa ekor Gaun Rhea, agar Rhea tidak kesulitan berjalan.

Rhea melihat Arsyah yang sudah duduk di kursinya, menunggunya datang. Dapat Rhea lihat, Arsyah yang juga ikut terkejutnya atas penampilan Rhea saat ini. Rhea duduk di kursinya dan acara ijab qabul akan di mulai.

"Sah!" Semua orang meneriakkan kata sah, hingga ada beberapa yang menjerit, membuat ada sedikit kelucuan di acara sakral ini.

Setelah dikatakan sah, Rhea melirik ke arah Arsyah yang juga menatapnya sedari tadi, Rhea menjabat tangan Arsyah dan menciumnya, begitu juga dengan Arsyah yang mencium kening Rhea.

Setelah acara itu selesai, Rhea dan Arsyah di arahkan untuk pemotretan sungkem pada kedua orang tua. Setelah hal itu juga selesai barulah keduanya duduk di kursi pelaminan dan bersalaman bersama tamu serta berfoto ria dengan para tamu undangan, sejujurnya ini pernikahan mewah namun tamu undangannya terbatas, ini di karenakan Rhea yang memintanya, mengingat Arsyah adalah seorang pemilik perusahaan, Bukannya Rhea ingin di kenal sebagai istri seorang presdir, Rhea hanya tidak ingin orang sekitarnya memperlakukannya dengan berbeda, dan hal itu pasti akan membuatnya tidak nyaman.

Di kampus Rhea, Rhea hanya mengundang ketiga temannya dan beberapa teman lainnya. Untuk Arsyah, hanya mengundang beberapa kolega bisnisnya beserta jajaran manager dan sekertarisnya saja yang Arsyah undang, selebihnya tamu undangan para kedua orang tua pengantin.

"Happy Wedding, Rheazura, astaga, i tidak nyangka ternyata di duluin sama you," ujar Dila sambil memeluk Rhea.

"Makanya cepet kasih tau pacar mu itu, minta di halalin segera," sahut Rhea sambil tertawa pelan.

"Gantian dong, Dila! Aku juga mau ngucapin selamat buat Rhea," ujar Friska jengkel.

Dila mencibir pelan dan melepas pelukannya, setelah mendengar hal.itu Rhea langsung memeluk ketiga temannya.

"Selamat Rhea, samawah, dan cepet kasih Om dedek bayi!" ujar Friska main-main.

"Kamu ini, kita baru saja sah, mana mungkin langsung jadi," sahut Rhea.

"Sudah-sudah, kalian ini mengobrolkan hal apa? Ayo kita ambil foto yang banyak untuk kenang-kenangan," ujar Diva mencoba melerai.

Arsyah sedari tadi diam duduk di kursi memerhatikan keempat sejoli ini, terlihat sangat rempong seperti ibu-ibu anak empat.

"Sekarang ayo kita ambil foto bersama suami mu juga," ujar Friska.

"Kalian saja."

"Ayolah, sekali saja," bujuk Dila.

Rhea menarik lengan Arsyah dan membuat Arsyah berdecak pelan. Bukan tanpa sebab Arsyah malas melakukannya, Arsyah hanya sedikit merasa lelah saja, dan butuh sedikit istirahat.

Arsyah berdiri di samping Rhea dan di samping Rhea terdapat Diva dan juga Friska, sedangkan di samping Arsyah terdapat Dila.

"Aduh, anak manis sudah sah milik orang lain, samawah ya sayang."

"Terima kasih Tante, om, dan terima kasih juga sudah datang," sahut Rhea lalu tersenyum.

Setelah menyalami tante dan omnya Rhea, keduanya duduk dan terdiam beberapa saat, Rhea sejujurnya masih canggung walau sudah sah.

"M-mau sesuatu?" tawar Arsyah pada Rhea, dan langsung di berikan gelengan pelan.

"Baiklah, saya ke belakang dulu sebentar."
Arsyah kebelakang sebentar entah untuk apa, Rhea menyetujui saja dan kini Rhea sendiri yang akan menyambut tamu.

Rhea duduk di kursi pelaminannya, melihati sekeliling yang nampak sangat ramai, semuanya terlihat sangat menikmati hidangan yang telah di sediakan.

Rhea merasa kerongkongannya sangat kering, Rhea haus sekali namun Arsyah tidak kunjung kembali. Sangat tidak mungkin jika Rhea berjalan sendiri ke arah sana untuk mengambil minum.

Ketika Rhea terlalu fokus menatapi tamunya, Rhea melihat seorang gadis yang datang tiba-tiba dan berdiri angkuh di depannya dengan kedua tangannya di silangkan di dada. Rhea mengenal gadis ini.

"Selamat, ya," ujar Prima dengan nada tidak suka.

"Terima kasih," sahut Rhea.

Prima tiba-tiba memeluk Rhea dan mengusap perlahan punggung belakang Rhea, "Berdoa selalu agar rumah tangga mu baik-baik saja," ujar Prima sontak membuat membolakan matanya terkejut.

"Apa maksud mu?"

"Jangan sok lugu, hari ini aku merelakan kekasih ku menikah dengan mu, namun aku tidak menjamin keberlangsungan rumah tangga mu akan berjalan lama," gumam Prima tepat di samping telinga Rhea.

"Sebenci itukah kamu dengan ku?" tanya Rhea ikut bergumam juga.

Prima melepas pelukannya dan memegang kedua pundak Rhea, mencolek hidung mancung Rhea main-main dan tertawa sinis.

"Iya, aku sangat membenci mu," sahut Prima tanpa ragu.

"Bisakah kamu membiarkan ku bahagia?"

"Tentu saja bisa kalau tidak ada sangkut pautnya dengan Arsyah," sahut Prima.

Rhea membuang wajahnya untuk menghindari tatapan Prima, dan juga untuk menghindari air matanya untuk jatuh, tepat di hari pernikahannya pun, Prima berani datang dan membuatnya terluka.

"Jika saja aku di suruh memilih antara melajang atau menikah, maka aku lebih baik memilih melajang seumur hidup ku dari pada dinikahkan dengan orang asing seperti Arsyah, yang bahkan sudah memiliki pasangan!" ujar Rhea.

"Prima," ujar Arsyah yang baru saja kembali sambil membawa satu cangkir teh hangat di tangan kanannya.

"Hey, astaga, kekasih ku ini tampan sekali, aku merindukan mu," ujar Prima lalu bergelayut manja di lengan kiri Arsyah.

"Prima, jangan begini saya mohon," ucap Arsyah mencoba melepas Prima.

"Kenapa? Aku ini kekasih mu, kenapa aku tidak boleh melakukannya?"

"Apakah mata mu sudah buta?"


















Tbc

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang