PK : Part Six

7.6K 253 1
                                        

Rhea berdecak kesal dan dengan malas berjalan ke arah pintu. Rhea membuka pintunya perlahan dan terkejut ketika mendapati Arsyah yang berdiri tepat di depan rumahnya sambil menenteng tas laptopnya, wajahnya basah, rambutnya juga basah, bahkan tubuhnya basah kuyup. Bisa Rhea tebak Arsyah kehujanan saat perjalanan kerumahnya.

"Astaga, bagaimana bisa basah? Masuklah," ujar Rhea lalu memberi ruang untuk Arsyah agar bisa memasuki rumahnya.

Setelah menutup pintu, Rhea melihat Arsyah yang memunggunginya sambil memeluk dirinya sendiri, tubuhnya bergetar hebat, pasti dia sangat kedinginan.

"Jangan terus berdiri di situ, ayo ganti baju mu, aku akan meminjamkan baju Ayah ku, masuk saja ke kamar mandi kamar ku, letaknya dua pintu setelah kamu menaiki tangga. Selagi kamu mandi, aku akan mengambilkan baju ganti mu, dan akan aku letakan di ranjang ku," ujar Rhea panjang lebar lalu mengambil alih tas laptop milik Arsyah.

Pria jangkung itu mengangguk paham dan segera menaiki tangga, sedangkan Rhea mulai mengambilkan baju ganti calon suaminya itu.

Arsyah keluar dari kamar Rhea dengan keadaan segar, Arsyah menjumpai Rhea di ruang tv dan mendudukan dirinya di sofa tepat di samping Rhea duduk.

Rhea melihat Arsyah yang baru saja tiba memakai baju pemberiannya. Kaos hitam milik Ayahnya terlihat sangat pas di tubuh Arsyah, bahkan celana bahan abu-abu itu juga nampak sempurna membaluti kaki jenjang milik Arsyah.

Rhea mendengus pelan ketika melihat rambut Arsyah yang nampak masih meneteskan air.

Arsyah mengusak belakang telinganya dan melihat Rhea yang beranjak dari sofa. Arsyah abai dan mulai menikmati siaran televisi.

Rhea kembali dengan handuk di genggamannya, dan secangkir teh, sangat tidak mungkin mengeringkan menggunakan hair dryer. Rhea menaruh cangkir teh itu di depan Arsyah tepat di samping tas laptop milik Arsyah dan kembali pergi.

Arsyah merasakan sentuhan lembut di kepalanya, dan Arsyah yakini itu adalah tangan Rhea. Rhea tengah membantunya mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"Selepas keramas itu rambut di keringkan, jika kamu demam bagaimana? Apa lagi kamu tadi habis di guyur hujan," ucap Rhea dengan nada datar.

Pria itu masih menutup rapat mulutnya, tidak berniat menanggapi celotehan Rhea. Bahkan kedua matanya terpejam untuk semakin merasakan lembutnya usapan Rhea pada rambut basahnya.

Rhea tidak bisa menyangkal atau pun menolak kehadiran Arsyah di kehidupannya, walaupun Arsyah memiliki sifat yang menyebalkan, Rhea mulai terbiasa dan menghargai Arsyah. Bagaimanapun, terima tidak terima Rhea harus tetap menerima Arsyah sebagai suaminya beberapa hari kedepan.

Arsyah menarik lengan Rhea lembut dan mendudukannya di sampingnya. Menatap si manis itu dengan tatapan yang bahkan Rhea saja tidak bisa mengerti maknanya.

"Maaf," ucap Arsyah dengan nada serendah mungkin.

"Sudahlah, lagian tiada guna kita bermusuhan," sahut Rhea malas sambil melepas genggaman Arsyah pada pergelangannya.

"Tapi kamu terlihat marah sekali tadi sore."

"Lupakan saja, aku sudah memaafkan mu," ucap Rhea membuat seuntas senyum tipis terlihat di bibir Arsyah.

"Terima kasih," ujar Arsyah dan dibalas deheman pelan dari Rhea.

"Rheazura," panggil Arsyah dan deheman pelan kembali terdengar kedua kalinya.

"Bunda meminta tolong pada saya, katanya Bunda pulang larut, jadi Bunda meminta saya untuk mengantarkan mu makan malam," jelas Arsyah.

"Aku tidak lapar," sergah Rhea lalu menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa.

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang