PK : Part Seven

5.8K 214 0
                                    

Drrt drrt

Arsyah merogoh saku celananya guna mengambil ponselnya, dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Arsyah menghela napasnya dan menarik ikon hijau itu ke samping lalu menempelkan speaker ponselnya di telinga kirinya.

"Selamat malam juga," sahut Arsyah sambil beranjak dari sofa dan duduk di bawah sofa.

Rhea menatap Arsyah yang sedang menerima telepon, Rhea memasang wajah masamnya dan segera mematikan tvnya.

"Baiklah," sahut Arsyah lalu mematikan sambungannya dan menaruh ponselnya di atas meja tepat di samping laptopnya.

"Dari Prima?" tanya Rhea tiba-tiba membuat Arsyah sontak memutar pandangannya menatap dirinya. Karena saat ini Rhea masih duduk di sofa dan Arsyah yang duduk di bawah sambil membelakanginya.

"Memangnya kenapa? Bukankah wajar karena kita sepasang kekasih?" ujar Arsyah.

"Om, aku meminta sesuatu boleh tidak?" tanya Rhea ragu-ragu, bahkan dirinya sangat gugup sekarang, Rhea memilin ujung piyamanya. Arsyah bergumam pelan pertanda setuju.

"Bisa tidak, kalau om sudahi hubungan om dengan Prima?"

Tak!

Arsyah menekan papan ketik dengan keras, dan terdiam cukup lama.

"Atas dasar apa kamu meminta saya untuk menyudahi hubungan saya dengan wanita yang teramat sangat saya cintai?" tanya Arsyah dengan nada bicara oktaf rendah tanpa melihat Rhea.

"Sebagai calon i-istri mu, aku punya hak untuk melarang mu," sahut Rhea merasa salah tingkah.

Arsyah menghiraukan Rhea dan kembali menyelesaikan kerjaanya untuk besok.

"Pernikahan bukanlah candaan!" ujar Rhea sedikit meninggikan nada bicaranya. Namun, Arsyah masih saja menghiraukannya.

Satu tetes, dua tetes, air mata kembali membanjiri wajah Rhea, "Baiklah, kalau begitu yakinkan aku untuk benar-benar membatalkan pernikahan ini," ujar Rhea dengan nada bergetar.

"Tetapi maaf, saya menolak membatalkan pernikahan ini," sahut Arsyah.

Rhea tertawa sinis, "Apakah kamu teramat sangat membenci ku? Membuat ku terikat dengan mu dan menyiksa ku, aku seolah dibunuh secara perlahan!" ujar Rhea, "dari pada itu terjadi, lebih baik kita batalkan saja dan hiduplah dengan tenang dengan wanita pilihan mu itu," imbuh Rhea.

Arsyah berdiri dan menatap Rhea intens, wajah cantik itu sudah basah, tatapannya sangat menusuk, kedua alisnya menukik tajam menandakan jika wanita manis itu tengah di kendalikan oleh emosi yang meluap-luap.

Rhea mengusap kasar wajahnya, dan segera beranjak dari sofa, "Aku tidur, jika kerjaan mu sudah selesai maka pulanglah saja," ujar Rhea lalu hendak segera pergi.

Grep!

Arsyah menahan pergelangan tangan Rhea, seketika membuat Rhea terhenti, "Lepaskan, aku mengantuk, besok ada kelas yang harus aku hadiri," ujar Rhea tanpa menatap Arsyah.

"Kamu benar-benar menyukai saya, ya, astaga," ujar Arsyah sambil menepuk pelan dahinya.

Setelah mendengar hal itu, amarah Rhea semakin memuncak, Rhea menepis kasar tangan Arsyah, dan benar-benar menatap Arsyah dengan penuh kebencian.

"Ya! Aku mengakuinya, kamu puas?! Aku menyukai mu, aku menuruti permintaan kedua orang tua ku untuk menerima mu sebagai calon suami ku, menyudahi hubungan ku dengan kekasih ku demi diri mu!" ujar Rhea sambil mendorong marah kedua pundak Arsyah.

"Otak mu dimana sialan! Aku membenci mu, sangat membenci mu! Hiks."

Arsyah menarik Rhea ke dalam dekapannya dan mengusap rambut itu dengan lembut, "Apa lagi ini? Mencoba membuat ku semakin jatuh? Lepas! Aku tidak mau! Lepas sialan!" teriak Rhea memberontak mencoba untuk lepas sambil mengumpat.

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang