PK : Part Thirty One

4.3K 163 0
                                    

"Hey! Kamu pikir aku setua itu!" ujar Rhea sewot sambil menggeplak lengan atas Daffa.

Beberapa pekan terakhir, Rhea menjadi super sibuk dengan kantornya, ralat, kantor Ayahnya yang di percayakan padanya. Hal itu membuat Rhea merasa sedikit tertekan karena baru menyelami namun sudah di hantam oleh kerjaan yang menumpuk.

Rhea menjadi sering mengambil lemburan dan menyebabkan dirinya sering pulang larut dan jarang sekali berkomunikasi dengan anak maupun suaminya ketika di rumah.

Ketika Rhea dan Arsyah kebetulan pulang larut, Azzam akan terpaksa menginap di rumah sang nenek dan akan di jemput oleh sang ayah esok hari menjelang petang. Rhea merasa beruntung sekali karena Azzam yang menurut sekali padanya. Azzam selalu melakukan apa pun yang di katakan sang Bunda tanpa berniat menentang.

"Kantung mata mu terlihat jelas, itu sudah menjelaskan kamu yang terlalu fokus pada kerjaan mu hingga lupa cara merawat diri."

"Aku tersinggung!"

"Maaf kalau begitu, aku hanya berniat bercanda."

Selama ini juga Rhea menjadi dekat dengan Daffa, sang manager keuangan di kantornya.

Terkadang, Arsyah juga merasa terlihat cemburu karena Rhea yang suka bertelepon ria dengan Daffa, padahal Daffa sudah tahu jika Rhea sudah bersuami dan memiliki seorang putra.

Dekat karena bisnis, hal itu yang selalu menjadi alasan utama seorang Rhea ketika Arsyah selalu bertanya mengenai hubungannya dengan Daffa.

"Bunda, Azzam pengen pipis!"

"Pipis? Mau Bunda antar?"

"Tidak usah, Bun. Azzam bisa sendiri," tolak Azzam lalu beranjak dari kursi.

"Hati-hati ya sayang," seru Rhea dan di balas gumaman pelan oleh Azzam.

"Anak mu tumbuh dengan baik, usianya masih lima tahun kurang namun sudah bisa mandiri, hebat!" puji Daffa.

Rhea tersenyum sebentar, dan menyanggah dagunya dengan kedua tangannya yang bertumpu di meja.

"Dia mewarisi sikap Ayahnya, dingin, monoton, dan perfeksionis," ujar Rhea.

"Kamu tahu sendiri, tadi saat dia bilang ingin pipis, dia berkata begitu dingin walau dengan ku. Dia juga kalau melakukan apa-apa ya harus sempurna, sama kaya Ayahnya, bagaimana pun caranya apa yang dikerjakannya harus selesai dengan sempurna, begitu," timpal Rhea sambil menegakkan posisi duduknya.

"Lalu bagaimana tanggapan suami mu mengenai hal ini?"

"Maksud mu mengenai Azzam?" tanya Rhea dan mendapatkan anggukan pelan dari Daffa.

"Dia malah meninggi, dia selalu bilang, benih saya memang benih unggul, tidak salah jika putra saya mewarisi apa pun tentang saya," ujar Rhea sambil terkekeh.

"Ternyata Pak Presdir bisa bercanda juga, ya," sergah Daffa sambil tertawa pelan.

"Bunda!"

"Iya sayang?"

"Tadi, saat Azzam keluar dari toilet tidak sengaja menyenggol seorang wanita dan membuat kopinya tumpah lalu mengenai bajunya, jadi Azzam meminta maaf, namun wanita itu tidak terima dan berakhir Azzam memberikannya kartu debit milik Bunda," ujar Azzam polos.

Rhea terdiam sesaat, memang dompetnya di simpan di tas kecil milik Azzam.

"Azzam, astaga! Bagaimana bisa kamu memberikannya begitu saja? Lalu, kamu beri tahu pinnya? Tunggu, memangnya kamu tahu?" tanya Rhea sambil mengambil dompetnya di tas Azzam, mengecek beberapa kartunya dan ternyata benar, satu kartu debitnya tidak ada satu.

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang