PK : Part Fourteen

5.2K 180 0
                                    

Rhea berdecak pelan, dirinya bingung untuk memilih di antara dua produk kecap manis di kedua tangannya.

Rhea sudah membaca berkali-kali tulisan yang tertera di sana dan keduanya sama-sama produk bagus, itu yang membuat Rhea bingung.

"Kalau bingung, ambil saja dua-duanya," ujar Arsyah.

Iya, kini keduanya sedang ke supermarket untuk memenuhi kebutuhan dapur, bisa di bilang belanja bulanan, namun ini lebih dari belanja bulanan.

"T-tapi ...."

"Apa masih ada hal lain yang ingin kamu beli?" sela Arsyah bertanya.

"Sayur-sayuran dan buah-buahan sudah di troli pertama, kacang-kacangan dan biji-bijian beserta kebutuhan kamar mandi juga sudah di troli kedua, sekarang bumbu dapur juga sudah, bahkan memenuhi troli ketiga," gumam Rhea sambil mengusap dagunya pelan.

"Ini sudah terlalu banyak, om. Nanti kita bisa ke sini lagi lain waktu," ujar Rhea.

"Sekalian saja, kedepannya mungkin saya sibuk, sinikan trolinya, akan saya berikan ke kasir dan berganti troli ke empat," sahut Arsyah.

Rhea menurut saja dan memberikan troli belanjaanya.

Beberapa saat kemudian troli keempat Rhea sudah penuh kembali berisi beberapa camilan dan minuman untuk memenuhi kulkas.

Setelah di rasa cukup, Rhea dan Arsyah memutuskan pergi ke kasir untuk membayar, setelah semuanya di scan, Rhea dibuat tercengang karena nominal belanjaannya yang tidak main-main. Rhea melirik ke Arsyah yang masih nampak santai, suaminya itu tengah membuka dompetnya untuk mengambil salah satu kartunya.

"Om," panggil Rhea sambil menghentikan kegiatan Arsyah. Arsyah seketika melirik ke arah Rhea dengan menaikkan satu alisnya.

"Biar Rhea saja yang bayar," ujar Rhea.

Arsyah menghela napasnya pelan dan mengambil satu kartunya lalu menyodorkannya ke kasir.

"Simpan saja," ujar Arsyah.

***

Hari hampir petang, keduanya sudah pulang ke mansion. Keduanya kini tengah duduk di sofa tv sambil mengecek belanjaannya. Rhea mendengus kesal ketika matanya menangkap struk belanjaan yang panjangnya luar biasa, bahkan papper bag hasil kelananya di mall juga banyak sekali.

"Om, maaf Rhea tidak bermaksud untuk menyusahkan mu, Rhea juga tidak bermaksud untuk membelanjakan uang mu, Rhea masih punya uang sendiri, Om tidak perlu sampai seperti ini," ujar Rhea sambil menatap Arsyah yang masih sibuk bermain ponsel.

"Kamu tidak menyusahkan saya, ini sudah sewajarnya, saya juga tidak keberatan. Jadi berhentilah mengatakan hal yang aneh," sahut Arsyah lalu mendudukan dirinya di samping Rhea.

"Tapi ini sedikit berlebihan, Rhea menjadi merasa bersalah sekali sama om."

"Ini bukan apa-apa, Rhea. Kamu terima saja, ya."

"Baiklah, terima kasih," pungkas Rhea dengan lesu.

"Om mau makan malam dengan apa?" tanya Rhea

"Apa saja," sahut Arsyah.

"Om," seru Rhea lagi.

"Saya bukan paman kamu, Rhea," protes Arsyah menatap Rhea tidak terima.

"Jadi apa, papah? Sayang? Suami? Honey? Mas?"

"Semuanya terdengar menggelikan, namun yang terakhir, itu lebih baik," ujar Arsyah.

"Mas?"

"Itu lebih baik."

"Ya sudah."

Tok! Tok!

"Biar aku saja yang buka," ujar Rhea lalu bangkit dari duduknya dan pergi mendekati pintu.

"Selamat malam, sayang. Bagaimana kabar mu, nak?" ujar Regina sambil tersenyum.

Rhea sedikit terkejut atas kedatangan kedua orang tuanya dan mertuanya di hari yang hampir gelap ini.

"Wah, kalian datang berkunjung, ayo masuk," ujar Rhea lalu mempersilahkan kedua orang tuanya dan mertuanya untuk masuk.

***

Rhea membereskan sisa makan malam tadi, kedua orang tuanya bahkan mertuanya sudah pulang, Arsyah juga ke kamar dulu untuk memeriksa kerjaanya sebentar.

Rhea sudah selesai mencuci piring kotor, dirinya bingung karena Arsyah yang tidak kunjung keluar dari kamarnya.

Rhea mendengus kesal dan membuat satu cangkir teh hangat untuk suami menyebalkannya itu, Rhea mengetuk pintu besar itu pelan, dan setelah mendapat sahutan dari dalam, Rhea memasuki kamar itu.

Rhea melihat Arsyah yang duduk di ranjang sambil memangku laptopnya, Rhea mendekati Arsyah dan menaruh cangkir tehnya di meja nakas.

"Aku bawakan teh untuk mu, sekarang hawanya sangat dingin, ku pikir itu sedikit membantu," ujar Rhea.

"Terima kasih," sahut Arsyah masih fokus pada laptopnya.

"Kamu masih tersinggung dengan ucapan Ibu mu tadi pas makan malam?"

"Tidak, itu memang kenyataanya begitu, untuk apa saya tersinggung?"

"Baguslah," gumam Rhea.

"Dengar, ini ada berkas yang perlu kamu tanda tangani, cek dan baca jika setuju tanda tangani segera," ujar Arsyah menyodorkan satu map dan kembali fokus pada kerjaanya.

Rhea membuka map itu dan membaca setiap baris kata yang tertera, seketika matanya membulat sempurna tidak percaya apa yang barusan dia baca.

"Pernikahan kontrak?" gumam Rhea sambil menatap Arsyah menuntut penjelasan.

***

"Dila, tolongin aku, tolong buat Rhea bertemu dengan ku, kumohon."

"Ck! Tolong lepaskan tangan I, I tidak mau ikut campur dalam masalah kalian, lepaskan tangan I dan biarkan I pergi!" ujar Dila sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Aris pada pergelangannya.

"Kali ini saja, cuman kamu yang bisa melakukannya."

"I tidak mau! Lepas!" teriak Dila lalu menghentakan tangannya, genggaman Aris terlepas.dan meninggalkan bekas merah yang melingkari pergelangan tangan Dila.

"Aku meminta tolong pada mu dengan baik," ujar Aris.

"Baik? Lihat pergelangan I memerah karena you, dan you bilang you meminta dengan baik?" tanya Dila sewot.

Saat ini keduanya tengah berada di parkiran, Dila hendak mengambil mobilnya di parkiran sendiri, kedua temannya memilih menunggu di luar, namun tanpa sengaja bertemu dengan Aris dan Aris mencoba menghentikannya.

"Kamu tidak bisa begini dengan ku, aku bahkan menjaga teman kalian, memperlakukannya dengan baik, membuatnya selalu tersenyum setiap saat, mencintainya dengan setulus hati, dan ini balasannya?"

"Apakah you mencoba mengungkit hal yang tidak kami tahu sebelumnya? You pacaran dengan Rhea sejak di sekolah menengah, I dan Friska, bahkan Diva juga tidak tahu menahu, mengapa mencoba meminta balasan kepada I?"

"Aku tidak mencoba meminta balasan, aku hanya ingin tolong kamu bujuk Rhea untuk bertemu dengan ku, sebentar saja, aku ingin mengobrolkan sesuatu yang penting dengannya," ujar Aris.

"Itu hal yang mustahil, Rhea sudah bersuami dan pasti suaminya memberikan beberapa larangan untuknya termasuk bertemu dengan exnya," ujar Dila sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Kali ini sebentar saja, aku tidak akan emosi padanya karena meninggalkan aku, aku juga tidak akan membentaknya, atau pun memarahinya."

"Untuk hal itu, Sorry I tidak bisa," ujar Dila lalu masuk ke mobilnya meninggalkan Aris yang terdiam di samping mobilnya.

"Teman Rhea itu bukan I seorang, ada Diva dan Friska, kenapa you hanya menghentikan I? But I juga bisa tebak sih, Friska dan Diva juga bakal melakukan hal sama yang seperti I lakukan, so hiduplah dengan damai," pungkas Dila lalu menjalankan mobilnya.











Tbc

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang