PK : Part Nineteen

6.3K 205 2
                                    

"Rhe, sepertinya saya mulai menyukai mu," ujar Arsyah terus terang.

Rhea tersentak, keduanya seketika saling beradu tatap. Rhea tengah mencari kebohongan di mata Arsyah, namun Rhea tidak menemukannya. Apa Arsyah baru saja mengatakan kejujuran?

Rhea mendorong tubuh Arsyah untuk membuat jarak, pandangan sengaja Rhea buang untuk menghindari tatapan minta penjelasan dari Arsyah.

"A-ayo pulang," ajak Rhea lalu hendak pergi, namun ketika hendak melangkah sebelah lengannya di tarik oleh Arsyah membuatnya kembali berada di dekapan Arsyah.

Kedua tangan Rhea yang bertumpu di dada Arsyah, mulai meremat kemeja Arsyah.

"Tatap saya, Rhea," pinta Arsyah dengan nada rendahnya.

"L-lepaskan aku," titah Rhea gugup, bahkan Rhea tidak menatap Arsyah, pandangannya sengaja diturunkan.

"Apakah kamu tidak mempercayai saya?"

"I-itu hal yang mustahil, hati mu masih seutuhnya untuk Prima. Jadi, alasan ku sangat kuat untuk meragukan ucapan mu," sangkal Rhea.

Rhea merasa ada benda putih yang mulai berjatuhan, Rhea mendongakkan kepalanya untuk menatap langit.

"Turun salju," gumam Rhea sambil menengadahkan tangannya.

"Salju pertama dengan orang yang disukai adalah dambaan setiap orang, bukan?"

Rhea menjauhkan dirinya kembali dari Arsyah dan segera pergi dari sana. Dirinya tidak mau jika nanti di tanyai yang tidak-tidak.

***

Plak!

"Kamu pikir bisa berkata mengenai Rhea seenaknya begitu?" tanya Friska setelah menampar pria di depannya. Kedua teman pria itu hanya melongo tidak percaya melihat keberanian Friska.

Pria itu tertawa sinis, "Tamparan mu kuat juga," gumam pria itu sambil memasukan kedua tangannya di saku celananya.

"Friska, ayo pulang, tidak ada guna berlama-lama di sini," ajak Diva.

"Apakah kamu masih tidak percaya pada ucapan ku jika teman kalian Rheazura, menjadi simpanan seorang presdir kaya?"

"Tutup mulut sialan mu itu!" bentak Friska yang sudah terpancing emosi.

"Entah Rhea mau menikah atau belum itu urusannya, jangan sok tahu menahu tentang Rhea, kenal saja tidak!" ujar Diva sewot.

"Kenapa marah? Jika memang aku mengatakan omong kosong seharusnya kalian tidak marah, kan?"

"Yang sedang kamu bicarakan itu teman kami, jadi wajar jika kami merasa marah karena celotehan tanpa adab mu itu," ujar Diva.

Pria itu tertawa renyah, bahkan kedua temannya juga.

"Akan ku sebar berita bahwa Rheazura adalah seorang simpanan presdir," ancam pria itu sambil bersmirk.

Dila yang sudah merasa jengah dengan kelakuaan bocah pria itu, berdecak pelan lalu mendekati pria itu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, "Lakukan! Lakukan apa pun sesuka you!" sahut Dila.

Dila semakin mendekat ke pria itu dan menyentil nametag yang bertengger di dada kanan pria itu.

"Pierre Galih Febrian, anak fakultas sebelah yang tersohor karena pesonannya, begitu menurut beberapa anak kampus. Ayahnya bekerja sebagai manager divisi personalia di perusahaan yang di pimpin oleh Pak Nino. Betul apa betul?"

"Jika you masih menginginkan your father kerja, jangan macam-macam dengan Rhea, tapi jika you menginginkan your father jadi pengangguran silahkan lakukan hal yang menurut you benar! Karena pada intinya Pak Nino adalah Ayah Rhea dan pemimpin bisa melakukan apa pun pada karyawannya sesuai dengan keinginannya," ujar Dila sambil menaikkan satu alisnya.

PERNIKAHAN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang