"Jadi Muichirou keluhan apa yang ingin kau sampaikan kepada y/n."ucap Kagaya kepada Muichirou.
"Saya ingin melaporkan anggota OSIS yang ikut campur dalam pekerjaan Komite Kedisiplinan."sengit Muichirou sementara aku menyesal teh yang disajikan oleh kepala sekolah.
"Hmmm....apa kau ada penyangkalan y/n?."tanya lembut kepala sekolah. "Saya tidak menyangkalnya tapi anggotanya sendiri yang meminta bantuan kepada OSIS,sebagai organisasi yang sama-sama membantu keamanan dan juga stabilitas sekolah tentu saja OSIS membantunya."jawabku santai membuat Muichirou melirikku tajam.
"Apa kau kekurangan anggota Muichirou hingga anggotamu meminta bantuan kepada OSIS?."tanya direktur dan menaikkan sebelah alisnya.
"T-tidak,ini murni kesalahan saya."
"Memang ini murni kesalahanmu kemarin kau juga berciuman dipinggir jalan dengan memakai seragam sekolah dan kemarin malamnya aku memergokimu dan kekasihmu itu berada disekolah saat larut malam. Apa yang kalian berdua lakukan?apa kalian sedang mempraktekkan sesuatu seperti dikomik mes*m."ucapku membuat Muichirou emosi dan hampir menamparku lagi jika saja tidak dicekal oleh Zura yang berada dibelakangku. "Awhhh...pipiku juga masih sakit karena tamparanmu kemarin."ringisku sambil memegangi pipiku yang sedikit bengkak.
Mendengar itu Zura menghempaskan tangan Muichirou kasar dan menatapnya jijik. Aku yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis.
Tak
"Kau itu Ketua Komite Kedisiplinan harusnya bisa menjadi contoh yang baik untuk yang lainnya. Lihat kakakmu Yuichirou selama kakakmu menjabat dia memiliki banyak prestasi."ucap pedas Muzan membuat wajah Muichirou merah padam.
"Pfft."aku tidak tahan melihat ini. "Maafkan saya. Kau seperti anak kecil yang mengadu kepada ibunya jika mengalami hal buruk."ucapku melirik Muichirou yang berada disebelahku.
'dasar kekanakan.'batinku sambil menyesap teh santai dan mendengarkan wejangan dari Muzan dan Kagaya sama.
Setelah 45 menit mendengar kalimat-kalimat suci dari Muzan+Kagaya akhirnya kami diperbolehkan untuk meninggalkan ruangan. Disaat aku membuka pintu ruang kepala sekolah dan berniat keluar tiba-tiba Muzan memanggilku.
"Ada ap pak direktur?."tanyaku memiringkan kepalaku sedikit. "Jika nanti kursi Ketua Kedisiplinan kosong kuharap kau mau mengisinya." mendengar hal itu aku hanya mendengus pelan dan terpaksa mengangguk setuju.
Aku keluar menyusul Zura yang berjalan bersama Muichirou dan juga Rui. Aku berusaha menyamakan langkahku dengan langkah Muichirou yang cepat.
"Sepertinya kepala sekolah dan pak direktur berbelas kasih padamu."ucapku tersenyum pada Muichirou. Sementara Muichirou hanya bisa melirikku tajam. "Hei....apa kau marah padaku?jika iya sebaiknya kau simpan amarahmu itu karena kita akan bekerja sama dikelas untuk membahas Festival Olahraga."ucapku dingin menatap kedepan.
Saat aku memasuki kelas ternyata didalam sudah ada Kanae sensei yang membagi siapa saja yang akan ikut dalam pertandingan olahraga.
"Ah...kalian pasti dari ruang kepala sekolah sihlahkan duduk biar sensei saja yang melakukannya."ucap Kanae sensei dengan senyum secerah lampu 5000 watt.
"Ah...biar kami saja sensei ini memang sudah menjadi tugas kami."ucapku dan mengambil alih kapur yang dipegang Kanae sensei sementara Muichirou berdiri disebelahku dengan wajah sedikit ditekuk.
"Ara-ara sensei lupa kalau ada rapat. Maafkan sensei ya anak-anak tidak bisa menemani kalian saat ini."
"Iya sensei tidak papa."
"Tidak papa kok sensei."
Kanae sensei pamit dan menutup pintu kelas. Entah kenapa saat Kanae sensei keluar dari kelas aku merasa lega karena tidak perlu berpura-pura untuk tersenyum.
"Baiklah siapa yang akan ikut lomba bola voli."ucapku dan menuliskan nama-nama yang mengikuti pertandingan olahraga selama festival olahraga.
Dan begitulah seterusnya hingga aku selesai menuliskan semua nama-nama yang akan berpartisipasi dalam Festival Olahraga. Aku,Rui,Nezuko,Makomo,dan juga Muichirou ikut lari estafet. Aku juga mengikuti permainan bola voli bersama Yuma dan Yumi.
Bel pulang pun berbunyi semua anak-anak berhamburan keluar kelas untuk pulang. Aku melihat Muichirou yang segera mengambil tasnya dan keluar dari kelas.
'sepertinya udah nggak ada harapan lagi.'gumamku menatap punggung Muichirou yang perlahan menjauh.
"Ah.. aku juga harus segera pulang."gumamku dan mengambil tasku. Aku berjalan sendirian dan terkadang ada juga yang menyapaku aku membalas sapaan mereka dengan tersenyum. Netraku menatap seorang pria dengan bekas luka dibibirnya tengah tersenyum bersama seorang gadis berambut pendek hitam. Siapa lagi kalau bukan Sabito dan juga Makomo.
'ah...enaknya memiliki seorang kekasih.'batinku dan berbelok menuju taman kanak-kanak untuk menenangkan diri.
Aku mendudukkan diri disebuah ayunan. Menatap sekeliling taman membuatku mengingat hari dimana Takao dan Takeo hampir diculik serta Ayumi yang ditindas sama teman-temannya waktu SD. Tanpa kusadari bibirku tersenyum lebar sambil mengingat kejadian itu.
"Haisshh...kuharap Takao dan Takeo memenangkan pertandingan dan juga pelatihan untuk main film Ayumi lancar."gumamku dan menggerakkan ayunan.
Saat diriku tengah asik dan hanyut dalam pikiranku tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh pipiku aku segera menolehkan kepalaku "MUI...chirou."ucapku antusias tetapi itu bukan Muichirou melainkan Kaigaku.
"Oh...kau."ucapku sedikit kecewa. Kaigaku duduk diayunan sebelahku yang kosong lalu mengayunkannya dengan kencang setelah memberikanku sekaleng minuman dingin.
"Kudengar kau berusia enam belas tahun."ucapku membuka percakapan. "Yah...kau benar dan kudengar usiamu baru saja empat belas tahun."balas Kaigaku menatapku.
"Kau benar. Kurasa kita memiliki kesamaan yaitu dewasa sebelum waktunya. Kau enam belas tahun tapi sudah kuliah semester tiga dan juga kau Mahasiswa Univ Tokyo sedangkan aku empat belas tahun tapi sudah kelas 2 SMA."
"Hehehe...kau benar kita dewasa sebelum waktunya."
Aku membuka minuman kaleng yang diberikan oleh Kaigaku lalu meminumnya. Entah kenapa saat terkena angin silir-silir seperti ini membuatku mengantuk.
"Kalau kau mengantuk seharusnya segera pulang."ujar Kaigaku.
"Aku masih ingin disini."
"Kalau begitu aku akan menemanimu."
"Kenapa??."
"Aku hanya gabut saja."
"Oh."
Untuk beberapa saat terjadi keheningan diantara kami. Entah kenapa rasanya sedikit canggung jika berdekatan dengan orang yang pintar rasanya hatiku berdebar.
"Ngomong-ngomong apa kau merindukan Zenitsu senpai?."
"Zenzen?."beo Kaigaku menatapku.
"Hmmm."
Kaigaku menatap minuman kaleng yang ia pegang dikedua tangannya. "Aku merindukannya tapi mungkin aku akan menemuinya.saat Festival Budaya nanti."
"Kau akan kesekolah saat Festival Budaya nanti!?."tanyaku antusias dan Kaigaku mengangguk sebagai jawabannya.
"Ngomong-ngomong aku tidak tau ingin memanggilmu apa? Apakah aku harus memanggilmu senpai?."
"Terserah,senyamanmu aja."
"Aku lihat dirimu ada kekorea-korean dikit. Bagaimana dengan oppa?."tanyaku menatap Kaigaku. "Ya... lumayan juga."jawab Kaigaku.
"Haa....aku ingin pulang dulu masih banyak yang harus dipersiapkan untuk Festival Olahraga nanti."ucapku berdiri dan mengambil tasku. "Aku akan mengantarmu."tawar Kaigaku berdiri. "Terimakasih."ucapku dan kami berdua mengobrol bersama. Aku merasa jika mengobrol dengan Kaigaku rasanya nyaman dan lagi kami memiliki kesamaan yaitu sama-sama tertarik dengan kebudayaan Korea terlebih dramanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Muichirou x readers] musim dan memori 2 (END)
NonfiksiKelanjutan dari yang pertama baca yang pertama dulu ya gaess makasih ^^