Bagian 4

2.9K 161 11
                                    

Ada yang nungguin Pak Indra? Vote and comment, yaa.

=====

Layaknya sebuah keluarga utuh, mereka berjalan menyusuri kebun binatang. Tawa Michael mengembang tatkala ia berhasil memberi makan gajah dengan wortel yang ada di tangannya.

"Gajahnya suka wortel, Mis."

"Iya, Mic. Itulah sebabnya di alam liar mereka selalu bisa waspada terhadap predator." Mayang memberi penjelasan pada Mic yang sekiranya masuk di akal.

Sejujurnya Mayang sendiri tidak tahu apakah di alam liar, sang gajah memang pemakan wortel atau bukan. Apalagi soal predator. Mana Mayang tahu?

"Wow, keren. Tapi Papa nggak suka wortel."

"Oh, pantesan nggak pernah bisa liat gue," gumam Mayang.

"Kenapa, Mis?"

Sial!
Ternyata indra dengar Indra masih berfungsi dengan sempurna.

***

"Maaf, sudah merepotkan," ucap Indra datar dengan masih konsentrasi dengan kemudinya.

"Tidak, Pak. Saya justru senang bisa menuruti permintaan Michael."

"Kalau permintaan dia yang lain?"

"Maksud Pak Indra?" Mayang menjawab pertanyaan Indra dengan pertanyaan balik.

"Ah, tidak! Lupakan."

Kembali suasana hening menyergap. Mayang kelihatan canggung, sedangkan Indra lebih ke tidak peduli.

Bagaimana dengan Michael? Anak itu sudah tertidur pulas di jok belakang Indra. Hanya dengkuran halus yang ia suarakan.

Entah untuk beberapa menit, mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti sempurna di garasi rumah Indra.

Dipandangi wajah lelah Mayang, tak tahu bagaimana cara sopan untuk membangunkan guru dari anaknya tersebut. Bahkan Indra sampai tidak sempat menanyakan alamat rumah Mayang untuk mengantarnya pulang.

"Cantik," gumam Indra.

Hanya lelaki yang tidak normal yang tidak terpesona dengan kecantikan dan kecerdasan Mayang.

"Pergi! Jangan datang lagi di kehidupan gue. Gue nggak mau lihat lu lagi."

Mayang merancau dalam tidurnya. Indra menyimpulkan jika ada yang tidak baik-baik saja di kehidupan Mayang. Dengan keadaan yang seperti ini, apa pantas ia melamarnya?

Kembali ia pandangi wajah Mayang. Wajah teduh itu berubah menjadi raut tegang dan sedih.

"Perempuan seceria kamu ternyata punya masalah juga," ucap Indra pelan.

Indra menemukan air mata jatuh di pelupuk mata Mayang yang masih dalam keadaan terlelap. Isakan kecil juga terdengar oleh telinganya.

"Sudah cukup kau menyelami mimpimu," ucap Indra dalam hati.

Perlahan Indra membangunkan Mayang. Ia goyang-goyangkan pelan pundak Mayang.

"Mis, bangun."

Mayang belum bangun juga.

"Mis Mayang." Kembali ia gunjangkan pundak Mayang. Kali ini sedikit lebih keras.

"Aaaa ...."

Mayang teriak. Refleks Indra menghentikan teriakannya dengan membungkam mulut mayang.

"Jangan keras-keras. Michael masih tidur."

Tersadar dengan keadaan, Mayang langsung mengelus dadanya.

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang