Mohon maaf banget, badan nggak bisa diajak kompromi. Jadi yaa gini. Mangkrak.
***
Hari Minggu. Mayang masih berada di rumah Indra dan Intan. Michael sekolahnya tentu saja libur. Namun, Indra tetap mengunjungi kantor.
"Mic dimana, Kak?" tanya Mayang ke Intan.
"Itu. Bermain di halaman belakang."
Mereka sudah kembali akur. Jika dipikir, buat apa mereka saling ribut? Takdir ini pun tidak ada yang harus dipersalahkan.
Soal hati, wajar jika masih ada beberapa tititk cemburu, karena Intan dan Mayang juga masih berwujud manusia.
"Sama Bu Lastri?"
"Iya. Sama Mama. Keadaan kamu gimana? Semalam bisa tidur nyenyak, Kan?"
"Alhamdulillah. Meski Mas Indra milih tidur sama Kak Intan, kamarku tetap hangat, kok."
"Ya udah, biar lebih hangat, ntar malam Mas Indra tidur sama kamu aja."
"Ngomong apa, sih? Ini kan, rumah Kak Intan. Aku cuma tamu. Kayanya ntar sore aku juga udah balik."
Intan membenarkan duduknya.
"Kenapa? Kamu nggak nyaman di sini? Ada sikap aku yang bikin kamu tersinggung?"
"Enggak, Kak. Aku yang nggak enak sendiri. Kita bisa rukun kalau Mas Indra di luar. Lihat aja kalau suamimu itu datang, kita udah kayak musuh beneran."
Meski tidak lucu, keduanya kompak tertawa.
"Aku ke dapur dulu, ya. Mau bikin susu."
Intan mengangguk. "Bisa sekalian buatin aku?" pinta Intan sambil mengelus perutnya.
"Okey."
Di dapur, Mayang mengaduk dua susu hamil dengan rasa yang sama. Di tengah keseriusannya, tiba-tiba Lastri datang.
"Bikin susu buat siapa?"
"Saya dan Kak Intan."
"Biar punya Intan, saya yang bikin," ucap Lastri dengan nada yang tidak enak. "Saya tidak percaya sama kamu," imbuhnya.
Mayang hanya diam. Malas untuk berdebat.
"Berapa usia kandunganmu?"
Jelas saja. Kalimat pertanyaan ini mampu membuat Mayang terlonjak kaget. Ia langsung menatap mata mertua dari suaminya itu.
"Sekalipun kamu punya anak dari Indra, tidak ada yang bisa menggeser Michael dan adiknya nanti dari hati papanya."
"Kenapa Anda berbicara seperti itu? Saya juga tidak ingin masuk dari rumah tangga ini. Anda lupa, jika Anda yang membawa saya ke sini?"
"Karena saya tidak tahu jika Intan akan kembali hidup."
"Dan saya pun sudah berusaha minta cerai ke Mas Indra. Tapi dia tidak mau menceraikan saya."
"Omong kosong! Buktinya kamu sengaja hamil untuk menjebak Indra agar tidak bisa meninggalkanmu."
Napas Mayang naik turun. Tak habis pikir dengan pikian perempuan paruh baya yang sedang ia hadapi ini.
"Jangan lupa, mug kuning untuk Intan." Setelah mengucapkan itu, ia langsung pergi.
Dada Mayang belum bisa ditenangkan. Ia mengatur napasnya sambil berafirmasi, "Tenang, May. Dia bukan siapa-siapa. Kamu tidak salah di sini."
Mayang segera meminum susu yang ia buat. Nahasnya, susu yang dalam mug kuning yang ia minum, karena konsentrasinya sedang menurun.
"Ah, nggak apa. Sama-sama susu hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Istri Siri
General FictionMayang, seorang guru TK yang hatinya sudah menyatu dengan anak didiknya, Michael. "Miss Mayang, Miss mau, kan, jadi mamaku? Menikahlah dengan Papa, Mis!" Tanpa anak itu minta pun, Mayang sudah menganggap Michael sebagai anaknya. Hanya saja, jika unt...