Bagian 10

3.2K 184 26
                                    

"Kenapa menangis? Bukankah ini sudah biasa buatmu?"

Mayang tidak menjawab. Hanya air mata yang mewakili jeritan hatinya.

"Saya benci perempuan yang sok suci. Tunjukkan saja bagaimana biasanya kamu melayani client-client-mu."

"Tolong, lepaskan saya," ucap Mayang dengan suara yang sangat lirih.

Bukan kasihan, Indra malah kembali melayangkan cambukan di tubuh Mayang dengan sabuknya. Otomatis Mayang pun menjerit dengan tangisannya.

"Kau pikir air matamu bisa menipu saya? Sudah saya bilang, kan, saya benci wanita yang sok suci."

Tubuh yang nyaris tel*njang itu pun sekarang sudah terbuka sempurnya. Indra mulai menyerang bibir Mayang membabi buta. Bahkan ia meninggalkan jejak gigitan di sana.

Perih, tapi tak seperih hatinya karena harga diri yang sudah diinjak-injak. Terlebih oleh orang yang berstatus suami yang seharusnya menjadi penjaga hatinya.

"Mana ciuman liarmu kemarin? Ayo tunjukkan lagi! Bukankah sekarang saya adalah suamimu?"

Mayang mulai memejamkan mata kala serangan liar Indra mulai berjalan-jalan ke tubuh bawahnya. Menikmatinya? Ya! Menikmati sebuah hancurnya harga diri.

"Lepaskan aku ... lepaskan aku ...."

Ia meratap lirih. Mulutnya bergetar selalu memohon Indra untuk mengakhirinya. Tubuhnya penuh luka, tapi suaminya itu tak juga mengabulkan permohonannya.

Sudah puas menjelajahi tubuh indah Mayang, Indra pun bergegas untuk menikmati hidangan inti.

Dengan kasar dan tanpa permisi, ia membelah inti kewanitaan Mayang.

"Aaaarrrkkhhh ....." Mayang menjerit tak terkendali. Ini sakit, sangat sakit. Lebih sakit ke semua penyiksaan yang Indra lakukan tadi. Tapi lagi-lagi ... hatinya jauh lebih sakit.

Deg ....
Indra spontan menghentikan gerakannya. Ia menenggelamkan kejantanannya di dalam kewanitaan Mayang tanpa menggesernya seinchi pun.

"Ma-Mayang?"

Dilihatnya bercak merah yang keluar dari sana yang sukses membuat darah Indra seakan berhenti mengalir.

"Oh, tidak! Dia masih perawan. Tuhan ... apa yang sudah kulakukan?" batin Indra meratapi kebodohannya.

Entah untuk beberapa menit berpikir, ia pun kembali melanjutkannya. Tapi kali ini, Indra melakukannya dengan sangat lembut. Hatinya penuh dengan penyesalan, tapi kelelakiannya tetap tak bisa ia kendalikan.

Mayang menutup mata kuat-kuat, sambil menggigit bibir bawahnya. "Hentikan. Kumohon hentikan."

Ya! Indra ingin segera mengentikan aktivitasnya untuk menyantap Mayang. Ia sendiri tidak nyaman dengan keadaan yang salah ini.

Digerakkannya dengan cepat tubuhnya, dan satu desahan panjang Indra mengakhiri ritualnya kali ini.

"Ooouuughht ... Intaaaaan."

Kembali hati Mayang sekalan benar-benar seperti tertusuk ribuan jarum tak kasat mata. Ia yang sakit, tapi Indra menyebut nama perempuan lain dalam pelepasannya.

***

Indra memasuki kamar sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. Tidak dipungkiri, setelah melancarkan aksi bejatnya, ia begitu menyesal.

Hanya karena Mayang menyerahkan ciumannya dengan mudah, ia menuduh istrinya tersebut sebagai perempuan murahan yang sama sekali tidak punya harga diri.

Faktanya, justru Indra sendirilah yang merampas harga diri Mayang. Ia mengambil mahkota berharganya secara paksa, meski mereka sudah berada dalam satu ikatan pernikahan.

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang