Bagian 11

3K 178 22
                                        

Michael melihat Mayang dengan penuh iba. Anak itu tahu jika yang membuat ibu sambung kesayangannya terluka adalah ayah kandungnya.

"Mama makan, ya. Mic yang suapin."

Mayang hanya menggeleng. Bibirnya masih sakit untuk dibuat bicara, tapi bukan itu yang membuatnya tetap diam. Melainkan ia begitu malas merespon semuanya untuk saat ini.

"Permisi, Nyonya. Biar saya kompres lukanya," ucap Ratri dengan membawa sebaskom air panas beserta handuk kecil.

Sama seperti ia menjawab Michael, Ratri pun hanya menerima gelengan Mayang.

"Mama harus sembuh. Mic nggak mau kehilangan Mama lagi."

"Miiic ...." Suara Mayang lirih.

Michael meraih baskom yang dibawa Ratri. Dengan penuh hati-hati ia mengompres luka bekas siksaan Indra.

"Ini sakit?" tanya Michael sambil mengelap lembut lengan atas Mayang.

Mayang menggeleng sambil tersenyum tipis.

Indra yang sedari tadi menyimak interaksi ibu dan anak itu pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Ia telah salah menilai Mayang. Ia sudah menyiksa jiwa dan raganya. Yang lebih penting dari semua itu, sedari tadi ia mendapatkan tatapan buruk dari anak semata wayangnya.

Menyesal?

Tentu. Imdra sangat menyesal. Namun, seberapa pun besar penyesalannya, cintanya pada Intan tetaplah lebih besar.

Mungkin setelah ini ia akan memperlakukan Mayang dengan lebih baik. Namun, untuk menjadikan Mayang sebagai ratu utama di hatinya, tetaplah itu sebuah ketidakmungkinan.

***

"Mau saya bantu?" tawar Indra yang melihat Mayang kerepotan memakai baju.

"Tidak usah."

Mayang duduk di ranjang setelah berhasil memakai baju dengan susah payah.

"Kamu masih marah?"

"Apa perempuan yang tidak punya harga diri seperti saya berhak untuk marah?" Mayang menjawab pertanyaan Mayang dengan sebuah pertanyaan sindiran.

"Besok kita periksa," ucap Indra mengalihkan pembicaraan.

"Tidak usah. Saya tidak apa-apa. Luka kecil seperti ini sudah biasa kan buat saya?"

"Maksud saya ... kita ke psikiater."

Mayang tersenyum sinis. "Saya tidak gila, Pak."

Indra seperti kehabisan kata. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Bukankah ia tidak peduli dengan Mayang? Lalu mengapa sekarang bisa seperti ini?

"Bisa kita perbaiki hubungan kita?" ucap Indra dengan hati-hati.

Seketika Mayang pun menoleh ke arah suaminya, semacam ingin meminta penjelasan lebih lanjut.

"Mic yang meminta pernikahan ini dan saya yang menyetujuinya. Sudah sepantasnya saya memperlakukanmu dengan baik. Saya ingin memulainya dari awal. Izinkan saya untuk memperbaiki semuanya."

"Anda yakin?"

"Demi Michael, semua akan saya lakukan."

Oh, hanya demi Mic.

***

Pagi ini suasana terasa begitu berbeda, lain dari pagi-pagi sebelumnya. Indra menuntun Mayang menuju meja makan. Meski sudah lebih dari sehari, daerah kewanitaan Mayang masih terasa tidak nyaman akibat perakuan keras suaminya.

"Mama sudah sembuh?" tanya Mic dengan penuh semangat.

"Sudah lebih baik, Mic." Bukan Mayang, melainkan Indra yang menjawab.

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang