Jangan lupa vote and comment
***
Indra mengetuk kaca mobil Mayang yang memperlihatkan si empunya sedang menyembunyikan wajahnya di balik kemudi. Sudah dipastikan perempuan tersebut menangis.
"May, buka, May."
Berkali-kali Indra mengetuk kaca dan mencoba membuka handle pintu mobil, tapi usahanya sia-sia. Nampaknya Mayang benar-benar enggan dengan lelaki satu ini.
Hatinya telanjur sakit. Dari pagi Mayang menunggu kedatangan Indra, tapi ternyata suaminya itu sedang bermesraan dengan istrinya yang lain.
Ia paham betul akan posisinya. Tapi sungguh, ini di luar nalarnya. Indra benar-benar tidak menganggapnya.
Mayang menoleh ke kanan, nampak Indra yang sedang memohon untuk dibukakan pintu. Terlihat sangat dari mata Indra, tatapan mata itu penuh dengan penyesalan.
"Please, buka."
Kembali ia menatap ke depan. Menyalakan mobil dan melaju tanpa mempedulikan permintaan sang suami.
"Mayaang!"
Indra tak habis pikir. Perempuannya itu ternyata bisa nekat mengabaikannya.
Bergegaslah Indra mencari mobilnya dan melaju, mencoba menerka arah mobil Mayang.
Tak perlu waktu lama, ia sudah melihat mobil istrinya yang melaju kencang membelah jalanan.
Ia baru tahu kelihaian Mayang dalam hal menguasai jalanan. Indra begitu khawatir melihat kencangnya Mayang dalam mengemudi.
Sedangkan Mayang, perempuan itu tersenyum indah, meski matanya bercucuran air mata.
Kecepatan mobil seperti ini bukanlah apa-apa buat Mayang. Jika mau dan tidak peduli dengan bayinya, ia bisa saja menambah kecepatan mobilnya.
Indra meraih ponselnya untuk menelpon Mayang. Deringan itu hanya dilihat oleh Mayang. Indra semakin panik melihat Mayang semakin melaju.
"Angkat, May ...."
Dan benar. Mayang mengangkat telepon itu.
"Mayang, please. Tepikan mobilnya."
"Kenapa? Nggak mau repot kalau aku sampai kecelakaan?"
"Astaga, May. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."
Mayang mematikan sambungan telepon, dan Indra kembali menelponnya.
Mayang pun terpaksa mengangkat kembali panggilan telepon itu.
"Tepikan mobilnya, May. Berhenti, please."
"Kenapa aku harus berhenti? Aku menyukai ini."
Bukan berhenti, ia malah menambah kecepatan mobilnya.
"Kamu tahu, yang kamu lakukan ini sangat berbahaya. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."
"Nggak usah peduliin aku. Mulai sekarang Mas nggak usah lagi ke tempatku."
"Aku tahu aku salah. Maafin aku. Tapi tolong jangan bahayakan dirimu seperti ini. Setidaknya pelankan mobilnya.
"Aku akan berhenti kalau Mas Indra berhenti membuntutiku."
Sesuai permintaan Indra, Mayang sedikit menginjak rem dan menepikan mobil dengan menabrakkanya ke pembatas bahu jalan.
Bukan Mayang namanya kalau tidak bisa memprediksi tepat kapan mobil berhenti tanpa mengalami benturan parah.
Indra yang melihat itu dari belakang, langsung memberhentikan mobilnya. Ia tidak pernah menduga Mayang bisa senekat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Istri Siri
Fiction généraleMayang, seorang guru TK yang hatinya sudah menyatu dengan anak didiknya, Michael. "Miss Mayang, Miss mau, kan, jadi mamaku? Menikahlah dengan Papa, Mis!" Tanpa anak itu minta pun, Mayang sudah menganggap Michael sebagai anaknya. Hanya saja, jika unt...