Bagian 9

2.5K 158 34
                                    

"Tadi kok seperti ada suara Papa. Papa habis ke sini, ya, Ma?" tanya Mic bangun tidur sambil mengucek matanya.

"Kalo Michael tau tadi Papa ke sini, kenapa nggak disamperin, disalimin? Kok malah nerusin tidur."

"Males!" ketus Mic.

"Eh, nggak boleh gitu. Itu namanya nggak sopan sama orang tua. Anaknya Mama nggak boleh gitu," tutur Mayang sambil membelai lembut rambut Michael yang entah kapan kepalanya sudah ada di paha Mayang.

"Papa sendiri yang jahat. Suka mukul-mukul Mama."

Rupanya kenangan peristiwa tadi padi belum juga hilang di ingatan anak ini.

"Kan Mama sudah ngomong sama Mic, Papa kemarin nggak sengaja. Udah, ih, ayo ke dapur. Temenin Mama masak."

"Serius Michael boleh masak?"

"Iya," jawab Mayang sambil mengangguk mantap.

"Biasanya Mbak Ratri menyebelin itu selalu ngelarang Mic ikut masak," adunya.

"Itu karena Mic cuma gangguin, bukan bantuin."

Akhirnya mereka pun bertempur di dapur setelah sebelumnya mengganti pakaian masing-masing. Untung saja tadi siang Mayang sempat membeli baju ganti untuk Michael, jadi bisa dipakai sekarang.

Mayang membuat menu sayur-sayuran dipadu dengan tepung diet rendah kalori dan dibumbui aneka macam rempah-rempah. Sedangkan Mic membantunya mengambil apa yang Mayang butuhkan.

"Mic, buncis yang sudah Mama cuci tadi tolong bawa sini, ya."

Muka lucu Michael langsung berubah menjadi lebih lucu.

"Kamu kenapa?"

"Mic nggak mau ulat pisang."

Mayang langsung tertawa terbahak. Ia sudah menduganya dari awal, tapi tetap saja wajah polos Michael selalu membuat kejutan baru dan sukses membuat Mayang tertawa.

"Itu buncis, Mic. Nggak boleh makanan halal disamain dengan makhluk menjijikkan."

"Itu menjijikkan, Ma. Mic nggak mau makan buncis."

"Udah ambil dulu sini."

Akhirnya Michael pun mau mengambilnya. Pastinya dengan satu tangan dan ia jauhkan ke mukanya.

Mayang memotong buncis dengan potongan kecil. Sementara anak tirinya itu melihatnya dengan tatapan horor sambil membekap mulutnya.

Nggak apa. Ini namanya latihan!

Setelah semua sudah jadi, makanan pun dihidangkan di meja makan.

"Ayo Mic, cicipin."

"Ulat pisangnya?"

"Buncis dan kawan-kawan, Mic. Bukan ulat pisang."

"Nggak. Geli."

"Tadi kan Mic sudah tahu cara masaknya. Ada dagingnya, wortel, paprika, juga beberapa telur. Ayo dicoba."

Sebenarnya bisa saja Mayang memasak sendiri dan memasukkan buncis sesuai resep tanpa memberi tahu anak itu. Tapi bukan itu yang ia ingin.

Mayang ingin Michael tidak lagi mendiskriminasikan buncis sebagai makanan yang harus disingkirkan. Ia harus tahu dari awal proses memasakan sampai matangnya.

Perlahan Michael pun mencobanya. Digigitnya pelan masakan buatan mereka, daaaan ....

"Enak sekali, Ma."

"Tuh, kan. Mama berhasil, kan, bikin kamu doyan buncis?"

"Ulat daun pisangnya enak."

"Buncis, sayaaaang. Biasain kalau sebut apa-apa itu yang bener."

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang