Bagian 24

2.2K 169 42
                                    

Masih selalu sama, please tinggalin jejak vote + comment

----

"Kamu istirahat. Aku buatin minuman dulu buat kamu," ucap Intan pasca Indra kembali pergi menuju kantor.

"Ini kemauanmu, kan, Sayang? Jadi please, jaga Intan dengan baik. Aku tidak mau ada keributan antara kalian."

"Iya, Mas. Aku nggak akan menyesali keputusanku. Aku dan Intan akan baik-baik saya. Mas Indra nggak usah khawatir."

"Oke. Aku percaya. Kamu memang selalu bisa diandalkan."

Begitulah percakapan antara Indra dan Intan tadi.

"Terima kasih, Bu. Tidak perlu repot-repot."

"Sorry, May. Bisa panggil 'Kak' saja? Anggap aku kakakmu."

Mayang tidak mengerti. Apa benar, di dunia ini ada orang sebaik dia?

"Tapi saya bukan siapa-siapa di sini." Bukan bermaksud merendah untuk meroket, Mayang memang dibuat bingung dengan keadaan ini.

Jika kebanyakan

"Kamu istrinya Mas Indra. Itu artinya ... kamu adikku, ibu dari anakku juga. Dan tidak ada perbedaan antara aku dan kamu di rumah ini."

"Tapi ...."

"Tidak ada kata tapi. Mas Indra sudah memilihmu untuk menjadi istrinya. Itu artinya, dia sudah memikirkan matang-matang tentang kamu. Bukan hanya sekadar permintaan Michael."

"Bu Intan?"

"Aku menerimamu, May. Aku perempuan. Sakit hati itu pasti ada. Tapi aku tidak memilih itu. Kamu orang baik. Aku percaya, kamu juga nggak akan mengambil Mas Indra sepenuhnya dariku. Kita sama-sama perempuan dewasa. Kita bisa berbagi secara adil dan baik. Kita juga bisa, kan, untuk saling menghargai dan menjaga perasaan?"

Mayang mengangguk. "Maafkan saya, Bu."

"Ingat! 'Kak'. Bukan 'Bu'. Dan nggak perlu minta maaf. Kamu sama sekali nggak salah."

Mereka pun berpelukan. Ada rasa lega dan sedih dalam moment yang bersamaan.

"Udah. Kak Intan istirahat saja.

***

Sore menjelang. William menikmati kopi pahitnya di halaman belakang, di temani dengan beberapa ikan koi yang sedang berebut makanan.

" Apa kabar, Kak?"

Tanpa melihat orangnya terlebih dahulu, pria senja itu juga tahu siapa di balik suara tersebut.

"Bisa, biasakan salam sebelum masuk rumah orang?" ucap William penuh penekanan.

Lastri pun mengucap salam meski terlambat.

"Apa maumu?"

"Maksud kakak?"

"Aku mengenalmu sejak masih bayi. Tidak usah berbasa basi. Apa maumu datang ke sini?"

Itulah William Erlangga. Ia memang tidak suka dengan orang yang tidak to the point, tak terkecuali adik kandungnya sendiri, Lastri.

"Menantu kesayanganmu sudah ada di rumah Indra. Kakak sudah menjenguknya?"

"Mayang?" tanya William meyakinkan.

"Siapa lagi memangnya? Dibanding Intan yang statusnya juga keponakanmu, Kakak lebih menyayangi Mayang."

"Itulah yang aku tidak suka darimu. Baik Intan maupun Mayang, mereka sama-sama anak-anakku. Aku tidak membedakan di antara mereka. Lagian ... bukannya kamu yang dulu maksa Indra untuk menikahi Mayang?"

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang