Bagian 27

2.1K 179 67
                                    

Tekan Vote - Baca - Lalu tinggalkan jejak komentar, ya. ❤❤❤

***

"Gimana kondisi kamu?"

"Sudah lebih baik."

"Kandunganmu?"

"Aku belum periksa lagi."

Tika mengembuskan napas kasar. Ia tidak punya saran apapun pada sahabatnya ini.

"Kamu belum kasih tau Pak Indra tentang kandunganmu?"

Mayang menggeleng.

"May, kalau kamu memang tidak kuat, ngomong baik-baik sama suamimu. Minimal untuk pergi dari rumah ini."

"Aku ingin cerai, tapi posisiku lemah, Kak. Dia tidak mau menceraikanku. Statusku cuma istri siri. Aku tidak bisa melayangkan gugatan perceraian."

Mereka saling berpelukan. Sungguh, Tika pun tak tahu harus berbuat apa.

***

Saat hendak menyelimuti tubuhnya dan menjemput tidur malamnya, pintu kamar terdengar ada yang mengetuk.

"Boleh aku masuk, May?"

Belum dapat jawaban, ayah dari Michael ini langsung membukanya.

Tanpa permisi, Indra merebahkan tubuhnya di samping Mayang. Terlihat Mayang mengambil jarak.

"Kamu sangat ingin keluar dari rumah ini?"

Mayang mengangguk.

"Lalu aku?"

Ia tidak menjawab. Rasanya percuma menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah terpampang nyata. Ada Mic dan Intan di rumah ini. Lalu apa maksud Indra bertanya demikian? Bukankah ini hanya bualan semata?

"Aku mencintaimu. Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu percaya?"

Ingin ia menjawab untuk menceraikan istri pertamanya, tapi itu tidak mungkin. Jika itu sampai terlontar dari mulut Mayang, ia tidak akan mengampuni dirinya sendiri karena telah menghancurkan keutuhan sebuah keluarga.

"Ceraikan saya." Pelan, tapi cukup jelas tertangkap di Indera dengan Indra.

Lelaki itu menatap tajam manik mata Mayang, mencari sebuah kebohongan atau setidaknya gurauan, tapi ia tidak menemukannya.

"Dengar, Mayang. Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah menceraikanmu, sampai kapanpun."

Mayang membalikkan tubuhnya menghadap ke tembok. Meski tidak nyaman dengan kehadiran Indra, ia hanya diam. Lebih tepatnya, tidak ada tenaga untuk berdebat.

Indra melingkarkan tangannya ke tubuh Mayang, dan perempuan itu pun tidak menolak. Indra merasakan tubuh Mayang yang makin berisi.

"Ah, sepertinya cuma efek anti-depresan saja," pikir Indra.

***

Pagi menyapa. Intan tidak menemukan Indra di sebelahnya.

"Ternyata kamu tidur di kamar Mayang, Mas." Intan bermonolog setelah ingat malam tadi suaminya izin untuk menemui madunya.

Meski ia tolak mati-matian, tetap saja di hatinya ada rasa cemburu. Terlebih anaknya jauh lebih dekat dengan Mayang ketimbang dirinya.

Namun, Intan tahu situasi. Ini bukan sepenuhnya salah Mayang. Ia tahu jika perempuan itu juga korban di sini.

Menyalahkan Mic?

Ah, tidak! Anak kecik tahu apa? Ia hanya ingin mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang sempat hilang.

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang