Di ruangan 5x5 meter, perempuan itu menatap benda pipih persegi panjang yang sedang ia pegang. Baru saja ia mengaktifkan ponselnya, ratusan puluhan notifikasi sudah datang menyambutnya.
[Kamu di mana may?]
[Mayang]
[Aku minta maaf]
[May]
[Pulang may]
[Mic nyariin kamu]
[Mayang]
[Aku tau aku salah. Aku minta maaf]
[Please kamu pulang]
[Aku rindu]
[Jangan siksa aku dengan rasa bersalah ini]
[Kamu nggak bisa pergi gitu aja]
[Di perutmu ada darah dagingku]
[Mayang please, jangan bikin aku gila]
Itu baru dari orang, belum dari yang lainnya. Ia membaca pesan tersebut dengan senyum yang entah apa artinya. Bibirnya tersenyum, tapi air matanya meleleh.
Sedetik kemudian panggilan telepon ia dapati. Ponselnya berdering. Pasti si pengirim pesan tahu jika ia dalan kondisi online.
Ia membiarkan panggilan tersebut tanpa ingin me-reject atau mengangkatnya.
"Maafkan Mama, Nak. Hati ini masih terlampau sakit. Mama harap kamu mengerti."
Setelah bermonolog sambil mengusap perut, segera ia copot sim card dari ponsel dan mengguntingnya menjadi empat bagian.
***
Indra terperanjat kala melihat deretan chat yang dikirmnya berubah menjadi ceklis biru. Buru-buru ia menelpon Mayang.
Deringan pertama ....
Kedua ....
Ketiga ....Sampai ponsel tersebut berhenti berdering, ia tidak mendapatkan apa-apa.
[Angkat may. Please. Kita perbaiki semuanya]
Sayang, pesan tersebut kembali mengalami ceklis satu. Indra benar-benar frustasi dibuatnya.
"Gimana, Mas? Mayang udah bisa dihubungi?"
Ia hanya menggeleng kemudian meninggalkan Intan.
"Baru seminggu, Mas. Tapi kamu sudah sehancur ini." Intan menatap punggung suaminya penuh rasa iba.
Indra melajukan mobilnya ke arah klinik pribadi Satria. Demi Mayang dan demi anaknya, ia akan mengubur sementara rasa malunya.
Kebetulan tidak ada pasien. Mungkin ia juga belum siap untuk bersikap profesional pada pasien-pasiennya.
"Kenapa lu kemari?"
Indra diam.
"Kenapa lu kemari?"
Sama. Tidak ada jawaban.
Tangan Satria mengepal dan melayangkannya ke rahang Indra. Tidak ada perlawanan.
"Masih punya muka lu kemari."
"Beri tahu gue dimana anak istri gue. Gue tahu mereka ada sama lu, Sat!"
"Apa? Anak istri? Apa gue nggak salah dengar?"
"Okey. Mantan istri. Dimana lu senbunyiin Mayang dan anak gue?"
Satria membuang muka.
"Janin yang ada di perut Mayang itu anak gue, kan? Ngapain lu nyari-nyari anak gue?"
"Itu anak gue!"
"Malam dimana lu ngusir Mayang, lu nggak ngakuin janin itu, kan? Lu anggap Mayang main gila sama gue, kan? Lu pikir janin itu hasil dari perselingkuhan kami, kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Istri Siri
Fiksyen UmumMayang, seorang guru TK yang hatinya sudah menyatu dengan anak didiknya, Michael. "Miss Mayang, Miss mau, kan, jadi mamaku? Menikahlah dengan Papa, Mis!" Tanpa anak itu minta pun, Mayang sudah menganggap Michael sebagai anaknya. Hanya saja, jika unt...