Pagi menyapa. Mic dan Indra sudah kembali pada aktivitas masing-masing, meninggalkan Mayang sendiri bersama segelas susu vanilla.
Tadi, sebelum berangkat, Mayang sempat memberitahu Indra jika semalam Intan telepon. Suaminya itu seakan tidak suka dengan tindakan lancang Mayang yang berani membuka ponselnya.
Lagi-lagi, ia kalah dengan Intan. Ia tidak tahu mengapa bisa selemah ini. Ternyata benar, jatuh cinta hanya membuat orang menjadi bodoh.
***
Mayang mengedarkan pandangannya. Resto ini terkesan sederhana, tapi Mayang sangat menyukainya.
"May?"
"Eh? Satria?"
"Sama siapa, May?"
"Sendiri."
"Boleh aku temani?"
Mayang mengangguk.
Hening. Tak ada obrolan.
-
-
-"May, kalau Indra tidak bisa memberi kebahagiaan buatmu, aku siap jadi tujuan pelarianmu."
Kalimat itu tidak direspon oleh Mayang. Baginya, Indra adalah hidupnya. Yaa meski dulu ia sempat cinta mati pada lelaki yang ada di hadapannya.
Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana cara mendapatkan cinta Indra tanpa harus merendahkan dirinya.
Tapi ... Bagaimana caranya?
"Kamu mengabaikanku, May?'
Mayang sadar sikapnya salah.
"Maaf. Aku masih istri sah Mas Indra dan aku mencintainya."
"Aku tidak menyuruhmu mencintaiku. Aku hanya menawarkam diri untuk menjadi pelarianmu jika kamu sudah tidak sanggup dengan ini semua.
Mayang tak habis pikir, kenapa lelaki di hadapannya ini begitu bucin? Sudah tau ia menolaknya, tapi malah menawarinya sebagai pelarian.
Dasar lelaki otak dungu.
Setelah mencercap minumannya ia pun balik berpikir. Jika Satria dungu karena mencintainya, bagaimana dengam dirinya yang mencintai Indra yang jelas-jelas sudah ada Intan di hatinya.
Siapa yang lebih dungu di sini?
"Aku nggak tau, Sat. Aku nggak tahu apa yang harus aku perbuat."
"Berjuanglah jika kamu memang masih mau merebut hati Indra. Tapi aku sudah berjanji dengannya, jika aku kembali melihatmu menangis, akan kurebut kamu, dengan atau tanpa persetujuanmu."
Mayang memalingkan muka. "Egois."
"Egoisku masih bisa dipahami akal. Kalau egoismu? Dia sudah bahagia bersama keluarganya. Tapi kamu masih saja ingin mendapat tempat. Ingat anakmu, May. Jangan egois."
Mereka kembali sibuk dengan makanannya..
"Kata Kak Tika, aku harus berjuang."
"Ya sudah. Berjuanglah. Berjuang, ya. Jangan ngemis. Ingat! Dirimu terlalu berharga untuk Indra yang cuma menjadikanmu sebagai yang ke dua. Tapi yang ke dua nggak sadar-sadar juga." Satria sengaja menyindir mantan kekasihnya.
"Aku sudah pernah meminta cerai pada Mas Indra. Tapi dia tidak mau."
"Kalau gitu, suruh dia ceraikan Intan."
"Gila, kamu!"
Mereka pun terbahak.
"Eh, aku duluan, ya, Sat. Mau ke rumah Kak Intan."
"Ngapai kamu ke sana?"
"Berjuang," ucap Mayang sambil jalan meninggalkan Satria.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Istri Siri
General FictionMayang, seorang guru TK yang hatinya sudah menyatu dengan anak didiknya, Michael. "Miss Mayang, Miss mau, kan, jadi mamaku? Menikahlah dengan Papa, Mis!" Tanpa anak itu minta pun, Mayang sudah menganggap Michael sebagai anaknya. Hanya saja, jika unt...