Bab 37

2.3K 167 31
                                    

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam, Pak William. Masuk, Pak."

Setelah beberapa menit, Aisyah sudah kembali bersama minuman hangat yang dibuatnya.

"Mari diminum," ucap Iwan. Ayah Mayang.

Ya. William sekarang ada di rumah Mayang. Ini adalah wujud tanggung jawabnya untuk mencari sang menantu. Tidak ada laporan positif dari anak buahnya, dan mungkin Tuhan menyuruh dia untuk mencari Mayang sendiri.

"Ini Pak ada bingkisan kecil untuk Bapak dan Ibu. Semoga kalian suka."

"Wah, terima kasih sekali," jawab Iwan.

Sejauh ini keadaan masih baik-baik saja. William pesimis dengan upayanya kali ini.

"Oh iya, Pak. Mayang dan Nak Indra kok tidak ikut ke sini. Mereka sehat kan, Pak?"

Cukup jelas pertanyaan Aisyah. Pertanyaan sekaligus jawaban maksud kedatangannya kemari.

Beberapa detik William sempat nge-lag.

'Ee... I-iya. Mereka sehat. Alhamdulillah mereka baik-baik saja. Mayang tadi nitip salam, dia bilang sibuk sekali sampai belum bisa menengok orang tuanya."

"Ah, anak itu. Masih sama seperti dulu. Tidak bisa memecah perhatian jika sudah serius dengan satu titik."

"Benar sekali, Pak. Kalau sedang asyik sama Michael, Indra pun jadi tidak kebagian perhatian."

Mereka pun tertawa. Dalam tawanya, William menyimpan nyeri yang tak bisa terdefinisikan.

***

"Jangan pernah membuat Mayang terluka. Jika memang ia sudah tidak lagi kau kehendaki kehadirannya, kembalikan pada kami secara baik-baik."

"Iya, Pa. Saya janji akan menjaga Mayang dengan baik."

Melihat foto pernikahan yang ada di tangannya, membuat ingatan Indra terlempar pada moment di mana dulu iya mengucap janji untuk menjaga putri seseorang dari ayahnya.

"Aku kehilangan anak-anakku. Bukan hanya satu, tapi tiga. Apa ini karmaku, Intan?"

"Mas cuma kehilangan anak di rahimku. Aku yakin Mayang akan menjaga anak-anak Mas Indra dengan baik. Mas nggak kehilangan mereka."

Andai kamu tahu, Intan, apa saja yang sudah kulontarkan pada Mayang malam itu. Mungkin kamu juga akan pergi meninggalkanku.

"Mas Indra udah coba nyari Mayang di rumah orang tuanya?"

"Tidak mungkin orang bersembunyi di tempat yang sangat mudah diprediksi seperti itu."

"Justru yang kita nilai tidak mungkin itulah yang bisa menjadi peluang besar."

Seperti ada harapan baru, Indra langsung meluncur ke rumah orang tua Mayang.

Sesampainya di sana ....

"Nak Indra. Mari masuk."

Kenapa sambutan mereka seperti tidak terjadi apa-apa?

"Kemarin Pak William ke sini, sekarang Nak Indra. Semuanya baik-baik saja, kan?"

Pupus sudah. Mayang tidak di sini.

"Iya, Ma. Kami semua baik-baik saja," jawab Indra tanpa mampu berkata jujur.

"Alhamdulillah. Salam ya buat Mayang. mama kangen."

Aku juga tak kalah rindu. "Tentu."

Ia undur diri dengan raut kekecewaan yang tidak bisa ia tutupi. Kini ia tidak tahu harus mencari mantan istri sirinya kemana lagi.

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang