Sesampai di rumah, Mayang langsung menuju kamar tamu yang sudah ia labeli menjadi kamarnya.
"Eh, mau ke mana kamu?"
"Ke kamar. Istirahat."
"Kamar kamu bukan di situ. Pindah sekarang!"
"Nggak. Saya lebih nyaman di sini. Lagian, mana ada baby sitter tidur sekamar dengan majikannya." Mayang mencoba menyindir Indra.
"Mau sampai kapan ngambeknya, Nyonya Indra?" Kali ini Indra yang memberanikan diri memberi gelar tersebut pada Mayang.
"Nyonya Indra? Nyonya Indra kan cuma Bu Intan."
"Miss Mayang sekarang kan juga Nyonya Indra."
Mayang serius tidak mengerti. Beberapa hari yang lalu Indra masih begitu mengagungkan Intan, tapi sekarang ia justru membagi gelar Nyonya padanya.
Jebakankah?
Atau cuma becanda?"Kamu masih ingat, kan, kejadian di sekolah tadi. Kamu udah janji tidak akan meninggalkan saya. Sekarang, saya minta kamu pindah kamar ke atas."
"Nggak usah. Mama kamarnya di sini aja. Biar dekat sama Michael. Kalau Mic mimpi buruk kan Mama bisa cepet-cepet datang ke kamar Mic." Anak itu tiba-tiba menyambar dialog ayah ibunya.
Kalau sudah berurusan dengan Mic, Pak Direktur ini sudah dipastikan kalah telak.
"Ya sudah. Kamu di situ saja. Kalau butuh apa-apa, panggil saja Ratri."
"Iya, Pak."
Setelah Indra berjalan ke kamarnya, Michael menghampiri Mayang. "Ma, temenin Mic di kamar, yuk."
"Mama mandi dulu, ya. Abis itu kita makan bersama. Baru nanti kita bisa main."
"Iya, deh."
***
Mayang membersihkan dirinya. Rasanya begitu lelah, tapi juga bahagia. Ia seperti sudah bisa sedikit meluluhkan hati Indra. Ia tidak ingin jauh-jauh bermimpi untuk memiliki hati Indra seutuhnya. Ia hanya ingin dianggap sebagai istri, meski hanya istri siri.
Saat Mayang sedang sendiri, ia sempat memikirkan status pernikahannya. Ia belum tahu kenapa Indra menikahinya secara siri. Toh, saat itu ia sedang tidak lagi dalam masa ikatan pernikahan.
Jika nanti ia hamil, kira-kira Indra bersedia atau tidak untuk mengakui janin itu? Apa anaknya nanti akan mendapat keistimewaan seperti Michael?
Atau ia malah akan membuang dan menceraikannya? Secara negara, istri siri sama sekali tidak berhak atas apapun. Indra bisa dengan mudah mengusirnya.
Mau nggak mau, ia harus mulai memikirkan ini. Pasalnya, berbuatan bejat Indra malam itu sukses menyirami rahim Mayang, tanpa penghalang apapun.
"Mamaaa ...."
"Iya, Sayang."
"Boleh masuk?"
"Silakan."
Michael langsung duduk di pangkuan Mayang. Ia sudah begitu biasa dengan ibu tirinya ini. Semoga saja akan terus seperti ini. Mayang tidak bisa membayangkan kalau Mic tiba-tiba memusuhinya.
Kalau itu terjadi, tidak ada lagi yang harus dipertahankan. Kehadiran ia di sini adalah karena Mic.
"Mama sibuk?"
"Enggak. Kenapa, Mic?"
"Mic kangen Mamaaa ...." Nada bicara Michael sudah terdengar parau.
Mayang pun mengerti, siapa Mama yang dimaksud Michael.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Istri Siri
General FictionMayang, seorang guru TK yang hatinya sudah menyatu dengan anak didiknya, Michael. "Miss Mayang, Miss mau, kan, jadi mamaku? Menikahlah dengan Papa, Mis!" Tanpa anak itu minta pun, Mayang sudah menganggap Michael sebagai anaknya. Hanya saja, jika unt...