Bagian 22

2.9K 170 19
                                    

Intan dan Indra duduk bersandar di kepala ranjang kamar mereka, sambil sesekali bercengkerama.

"Kenapa kamu mau ngelakuin itu?" tanya Indra pada istrinya.

"Ngelakuin apa, Mas? Nerima Miss Mayang?"

Indra mengangguk.

"Di sini Miss Mayang itu korban. Nggak adil jika aku membencinya. Anak kita bisa melihat ketulusannya. Dan kamu ... kamu saja bisa terjebak cinta pada Miss Mayang. Lalu apa masalahnya?"

"Sayang, pernikahan poligami itu nggak mudah. Aku mungkin bisa adil buat kalian. Tapi kalian? Apa bisa tidak ada rasa iri dan cemburu di hati kalian?"

Intang menggeser posisinya, mencari posisi ternyaman. "Mas, iri dan cemburu, itu urusan kami. Urusan Mas Indra, cukup memberi perhatian dan nafkah yang sama pada kami."

Indra tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Intan telanjur menyukai Mayang. Bahkan Indra pun demikian. Cintanya pada Intan sedari kecil kini harus ia bagi oleh istri sirinya, Mayang.

Intan dan Indra. Mereka adalah sahabat sejak kecil. Bukan hanya sahabat, ternyata mereka juga saudara sepupu.

Intan yang orangnya kalem dan penyabar, seringkali dijahili teman sekelasnya. Dan Indra adalah dewa penolong Intan.

Lastri mendidik Intan dengan sangat keras. Ia bahkan tidak boleh menangis di situasi apapun.

Berbeda dengan Indra, ia akan mendekap cinta kecilnya dan mempersilakan Intan menangis sepuasnya dalam pelukan Indra.

Bibit-bibit percintaan mereka sudah kental sejak kecil. william dan Lastri pun mengerti akan hal itu.

"Kita jodohkan saja dia, Kak."

"Tidak, Lastri! Mereka cuma cinta monyet."

"Kak Willy nggak melihat ketulusan cinta di mata mereka?"

"Mau kamu apa, sih, Las?! Mereka masih cukup kecil. Pendidikannya masih panjang. Nantinya mereka juga akan bertemu dengan teman lawan jenisnya dan mengubah rasa hati yang sekarang."

"Nggak boleh, Kak. Indra tetap menjadi milik Intan."

"Indra anakku. Dan aku menyerahkan penuh jodohnya kelak pada Indra sendiri. Kamu! Jangan berani mencuci pikiran anakku."

Dalam ilmu mewaris (Faroidl), hak waris anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan. Hal itulah yang membuat Lastri sedikit menaruh iri hati pada William.

Ia ingin mengeruk harta William lewat anak dan cucunya. Seculas-culasnya Lastri, ia tetap mencintai Intan dan Michael. Itulah sebabnya ia mengizinkan pernikahan abu-abu itu terjadi. Bukan untuk Indra, apalagi Mayang. Itu semua karena mengabulkan permintaan cucu tercintanya, masa depannya, aset berharganya.

"Kalau aku ternyata benar-benar mencintai Mayang?"

"Tidak usah 'kalau', saat ini pun aku udah bisa melihat cinta itu di kedua mata Mas Indra. Kita tumbuh bersama dari kecil, Mas. Luar dalammu aku tahu."

Indra memnerikan segelas air putih untuk istrinya. Ia tahu, keadaan Intan tidak sebaik dengan apa yang ia ucapkan.

"Aku merampas cintamu, Mas. Aku merampas dunia masa mudamu. Aku merampas semuanya. Dan kini aku sadar. Hidup tidak cuma tentang aku, tapi juga orang lain. Kebahagiaanmu, Michael, dan juga Miss Mayang."

Suami dari Intan dan Mayang itu memegang lembut kepala intan dengan kedua tangannya. "Sudah. Kamu sudah cukup banyak bicara kali ini."

Mulut Indra menyibak rambut Mayang yang menutupi telinga sambil berkata, Sekarang, waktunya mendesah, Sayang."

Hanya Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang