Tekan Vote nya, yuk!
***
Sudah bisa ditebak aktivitas apa yang dilakukan Indra dan Intan di kamar, tidak ada yang lain lagi, selain bercocok tanam.
Sementara Mayang, ia terbaring di ranjang tidurnya ditemani Michael yang serius menyusun lego di lantai kamar.
"Ma, kapan aku punya adek?" tanya Mic tiba-tiba.
Mayang membetulkan posisinya. "Mic mau punya adek?"
Anak itu menjawab dengan anggukan.
"Adek dari Mama Intan, atau Mama Mayang?" Mayang bertanya kembali.
"Dua-duanya," jawab Michael polos.
"Kalau udah punya dua-duanya, apa adek dari Mama Mayang bakal Mic sayangi seperti adek dari Mama Intan?"
"Iya, dong. Bakal Mic ajak main dua-duanya."
Bukan Mayang ingin membuat pusing Mic, bukan pula ia ingin mendoktrin anak dari suaminya tersebut. Ia hanya merasa jika pun nanti Mayang dan Intan sama-sama punya bayi, anak kandungannya lah yang akan kalah perhatian.
Lihatlah. Baru sekarang saja ia sudah ditinggal Indra ke atas dengan ratunya.
Mayang tipe orang mandiri. Pribadinya tegas, bukan lemah. Tapi saat ini, ia seperti kehilangan jati dirinya. Ia menyadari dirinya begitu lemah dengan keadaan ini. Bahkan detik ini ia begitu ingin dipeluk sang suami.
"Menjijikkan sekali," ucap Mayang yang benci dengan pikirannya sendiri.
Pribadi yang independent tidak seharusnya berpikir menjijikkan begini.
Hasrat minta peluk? Pikiran apa, itu?
"Apa, Ma?"
Oh, no! Ternyata umpatannya didengar Mic.
"Nggak, Sayang. Tadi Mama tiba-tiba ingat ada kecoa di kamar mandi," kilah Mayang.
***
"Mayang ... menurutku, lebih baik kamu resign saja. Kesehatan mentalmu lebih penting dari semuanya," ucap Intan di tengah obrolan keluarga poligami satu atap ini.
"Nggak, Kak. Aku menikmati pekerjaanku. Aku bahagia bisa bertemu anak-anak yang periang tanpa dosa. Wajah ceria mereka adalah mood booster untukku."
Mayang sangat menghargai perhatian kakak madunya ini, tapi berpisah dengan anak-anak didik yang sudah menjadi penyemangat setiap harinya, ia rasa itu bukan sebuah keputusan yang baik.
"Itu dulu, May, sebelum semua orang tahu kalau kamu istri ke dua Mas Indra. Itu sangat nggak baik buat kamu, Mic, dan keluarga ini."
Intan adalah tipe pemikir yang andal. Sejak kejadian di sekolah kemarin, ia begitu menghawatirkan kondisi Mayang. Ia sangat paham bagaimana kaum hawa begitu membenci pelakor.
Masalahnya, Mayang bukan pelakor. Ia tidak merebut apapun dari siapapun.
Bukan hanya itu. Ia tidak ingin mental anaknya terganggu. Biar bagaimanapun juga, Mic masih kecil. Ia hanya tau jika Miss Mayang adalah Mama barunya, itu saja. Intan takut jika selentingan mulut orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan mengubah kesucian hati buah hatinya.
"Apa maksud Kak Intan? Aku nggak baik buat Mic? Aku nggak baik buat keluarga ini?"
Oh, god! Sepertinya Mayang salah paham.
Ataukah memang hormon yang dimiliki ibu hamil yang membuatnya sesensitif ini?
"Bukan begitu, May. Okey! Fine kalau kamu menganggap kamu akan baik-baik saja. Tapi coba perhatikan Mic dan Mas Indra. Sebagai tenaga pendidik, kamu tentu paham psikologi anak. Apa dengan keluarga yang seperti ini, akan sehat buat Mic?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Istri Siri
Fiksi UmumMayang, seorang guru TK yang hatinya sudah menyatu dengan anak didiknya, Michael. "Miss Mayang, Miss mau, kan, jadi mamaku? Menikahlah dengan Papa, Mis!" Tanpa anak itu minta pun, Mayang sudah menganggap Michael sebagai anaknya. Hanya saja, jika unt...