Happy Reading!
Typo bertebaran!
***
Di malam hari tepatnya di kediaman keluarga Wicaksono, kini para anggota keluarga tengah menyantap makan malam secara bersama-sama.
Terlihat semua anggota keluarga makan dalam keadaan hening, hanya suara dentingan sendok dengan piring yang terdengar.
Di meja makan tersebut, berisi empat orang anggota keluarga. Yang salah satunya adalah cowok yang memakai kaos berwarna putih dengan celana bokser rumahan yang tak lain dan tak bukan adalah Dirga. Si pemilik kucing bernama Bisnis.
"Dirga mau nambah, Sayang?" Tanya Sania saat melihat piring anaknya sudah mulai kosong.
"Ngga usah Mah, Abang udah kenyang," tolaknya secara halus.
"Ya sudah. Kalau Caca mau nambah?" Tanya wanita paruh baya itu pada anaknya yang satunya.
"Ngga mah, Caca juga udah kenyang," jawab gadis kecil berumur empat tahun itu.
"Ya sudah kalau begitu. Oh iya Bang, jangan lupa si Bisnis dikasih makan," ujarnya lagi pada sang putra sulung.
"Kamu beneran namain kucing kamu itu pake nama Bisnis, Bang?" Tanya sang kepala keluarga yang sedari bungkam, fokus dengan makanannya yang belum tandas.
"Yoi, Yah. Keren 'kan nama kucing Abang?" Tanya Dirga setelah meneguk segelas air putih.
"Kamu ini memang ada-ada aja, Bang. Itu tadi sore si Vito sama Elang sampe kepo banget. Dikira kamu beneran ngurusin bisnis perusahaan tau," ujar Sania saat mengingat kejadian tadi sore saat kedua teman anaknya berkunjung ke rumah.
"Biarin, Bun. Abang puas banget liat muka cengo mereka pas tau kalo yang Abang maksud ngurusin bisnis itu ngurusin kucing, bukan ngurusin bisnis perusahaan," ujarnya seraya terkekeh pelan.
"Abang, nanti Bisnis boleh kan, maen sama Halimau punya Caca?" Tanya bocah kecil yang duduk di sebelah Dirga dengan suara cadelnya itu.
"Emangnya Caca ngga takut kalo nanti Harimau punya Caca dimakan sama si Bisnis?" Tanya sang bunda pada gadis kecilnya itu.
"Emangnya Bisnis bisa makan Halimau, Abang?" Tanya sang adik pada sang abang dengan ekspresi wajah yang terlampau polos.
Membuat orang-orang yang berada di meja makan itu harus menahan gemas saat melihat tingkah polos gadis kecil itu.
"Bisa dong, Harimau kan mirip sama tikus. Nah tikus itu kan musuhnya Bisnis, jadi kalau Harimau punya Caca ngga mau dimakan sama Bisnis, Caca jangan biarin Harimau lepas dari kandang," ujar Dirga menjawab pertanyaan adiknya itu.
"Gitu, Bunda?" Tanya Caca memastikan pada sang ibunda.
"Iya, sayang," jawab Sania seraya mencubit pelan pipi chubby anaknya itu lantaran merasa begitu gemas.
"Caca udah kasih makan Harimau belum hayoo?" Tanya sang ayah tiba-tiba.
"Oh iya, Caca lupa, Ayah," ujar gadis itu seraya menepuk keningnya. Setelahnya, ia buru-buru turun dari kursi, dan berlari entah ke mana.
"Lucu banget sih adek gue," ujar Dirga saat melihat tingkah menggemaskan adiknya itu.
"Siapa dulu dong yang bikin," ujar sang ayah sombong, yang sontak langsung mendapat sebuah cubitan di pinggangnya. "Ayah!" Peringat sang bunda.
Setelah itu, sang bunda bangkit dari duduknya dan membereskan peralatan makan yang kotor.
"Ayah, makanan Halimau Ayah taluh di mana?" Tanya sang putri bungsu yang tiba-tiba kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenius Girl (On Going)
Teen Fiction⚠️Revisi setelah tamat. ⚠️Cerita ini dapat menyebabkan nyengir-nyengir dan bengek secara berkelanjutan. ⚠️Bagi Anda yang alergi dengan humor receh, bisa lambaikan tangan ke malaikat izrail. ⚠️Sekian, terima vote komen. Bagaimana jika kamu yang nota...