16. Dihukum

276 187 25
                                    

Happy Reading!

Typo bertebaran!

***

Kini Adeeva terlihat tengah berdiri tepat di depan tiang bendera. Di sebelahnya juga berdiri seorang siswa dengan seragam yang dikeluarkan, serta atribut yang sama sekali jauh dari kata lengkap.

Siapa lagi jika bukan Dirga? Murid laki-laki yang kerap kali membuat onar bersama dengan dua temannya.

Jika biasanya cowok itu dihukum bersama kedua temannya, namun kali ini beda lagi. Lantaran yang sedang dihukum bersamanya ini adalah siswi pindahan dari SMP yang digadang-gadang adalah siswi dengan kemampuan otak yang jauh di atas rata-rata.

Kejadian ini terjadi lantaran sebelumnya saat Dirga berhasil menyamakan langkah kakinya dengan Adeeva, saat di perjalanan hendak menuju ke kelas, mereka secara kebetulan berpapasan dengan guru yang sepertinya tengah berpatroli mengelilingi koridor sekolah.

Dan secara otomatis mereka pun akhirnya tertangkap basah jika mereka datang terlambat ke sekolah.

Akibatnya, guru itu memberikan sebuah hukuman pada kedua siswa-siswinya untuk berdiri di depan tiang bendera dengan mengambil posisi hormat.

Sebenarnya bisa saja Dirga kabur dari hukuman itu seperti biasanya, namun ia tak akan tega membiarkan calon masa depannya itu menjalankan hukuman seorang diri.

"Seneng deh, bisa dihukum berdua sama kamu," celetuk Dirga tiba-tiba.

Adeeva hanya melirik sekilas pada cowok yang lebih tinggi darinya itu, setelahnya ini kembali memandang ke sembarang arah.

"Yang, kalo kamu seneng ngga, dihukum bareng aku?" Tanya Dirga memancing Adeeva agar mau mengobrol dengannya.

"Tidak." Bukan, bukan jawaban singkat seperti itu yang Dirga harapkan keluar dari mulut gadis di sampingnya itu.

"Ngga? Kamu ngga seneng gitu, dihukum bareng cowo ganteng ini? Gini-gini aku itu jadi rebutan cewek-cewek lho," ujar Dirga membanggakan dirinya sendiri.

Tetapi memang benar sih, Dirga itu sebenarnya masuk dalam jajaran cowok tampan di SMA Cendrawasih.

Tak sedikit pula para siswi di SMA ini yang mengejar-ngejar Dirga, contohnya adalah Vivian. Siswi kelas dua belas yang sering kali berusaha mendekati adik kelasnya itu.

Kejadian itu bukan tanpa alasan. Hal itu dimulai ketika Dirga baru saja masuk ke SMA ini sebagai murid baru, ia sempat menolong Vivian yang pada saat itu terlihat celingak-celinguk mencari tebengan.

Dengan mengingat nasehat bundanya yang mengatakan ia harus menolong sesama, terutama seorang perempuan, akhirnya pada saat itupun ia menawarkan diri untuk memberikan tebengan pada kakak kelasnya itu, dikarenakan ia merasa kasihan karena pada saat itupun secara kebetulan kondisi cuasa tengah mendung.

Tapi sialnya, kebaikannya itu disalah-artikan oleh Vivian. Karena pada keesokan harinya, gadis dengan rambut yang sengaja dicat warna pirang itu mulai gencar mendekatinya.

Begitupun dengan hari-hari selanjutnya hingga berlanjut sampai sekarang. Siapapun siswi yang berani mendekati Dirga, maka akan berhadapan langsung dengan gadis yang mendapat julukan nenek lampir itu.

Seperti yang ia lakukan pada Adeeva beberapa hari yang lalu, saat Dirga dan Adeeva tengah makan bersama di kantin.

Oleh karena itu, tak ada siswi lain yang berani mendekati Dirga secara terang-terangan lantaran takut terkena amuk kakak kelas yang berjuluk nenek lampir.

Kembali ke keadaan saat ini. Terlihat Adeeva sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, seakan menghitung berapa lama lagi ia harus berdiri di bawah sinar matahari yang entah kenapa pagi ini terasa begitu terik.

"Woy, Ga! Lagi ngapain lo?" Saat mendengar suara teriakan itu, tanpa perlu menengok pun Dirga sudah tau betul siapa yang memanggilnya itu.

"Lagi sirkus nih," ujar Dirga asal.

"Wih, sirkus kok ngga ada badutnya?" Tanya orang itu lagi.

"Kan lo yang jadi badutnya," balas Dirga.

"Enak aja, ganteng gini dibilang badut!" Sewot orang yang tak lain adalah Vito.

"Lo 'kan emang badut, Vit. Yang suka ngehibur cewe pas doi lagi sedih. Eh pas giliran tuh cewe ngrasa seneng, malah larinya ke yang lain," tukas Elang yang tadi datang bersama Vito. Di mana ada Vito, di situ pasti ada Elang.

"Sadboy," ejek Dirga.

"Eh, by the way, any way, busway. Kok lo tumben-tumbenan mau dihukum ginian?" Tanya Vito heran.

Pasalnya ia sendiri sangat tau kalau temannya yang satu ini selalu mangkir dari yang namanya hukuman.

"Yaelah, pake nanya lagi! Ya jelas lah, mau nemenin ayang beb. Kan biar sosweet tuh, dihukum berdua sama ayang," ujar Elang menimpali.

"Yaelah, bucin amat lo, Dir," ujar Vito.

"Bucin bukannya bumbu dapur?" Tanya Elang tiba-tiba, yang membuat kepalanya itu mendapat sebuah toyoran. "Itu micin, bego!" Ujar Vito.

"Bukan temen gue," ujar Dirga pelan saat melihat tingkah yang begitu random dari dua temannya itu.

Kringgg ....

Bel tanda pergantian jam pelajaran berbunyi, hal itu membuat Adeeva yang sedari-tadi bungkam, sontak menghembuskan nafasnya lega lantaran ia sudah bisa untuk kembali ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.

Baru saja ia hendak beranjak meninggalkan lapangan, tapi pergerakannya terhenti saat ada sebuah tangan yang mencekal pergelangan tangannya.

"Mau ke mana?" tanya Dirga.

"Ke kelas," balas Adeeva dengan sebelah Alis yang terangkat. Ia pikir, kemana lagi jika bukan ke kelas?

"Ngga mau ke kantin aja? Kamu pasti haus kan?" Tawar Dirga pada gadis itu.

"Tidak. Lagipula saya membawa air minum dari rumah," jawab Adeeva. Setelahnya ia benar-benar beranjak dari tempat ia berdiri. Meninggalkan Dirga yang hanya mampu terdiam melihat kepergiannya.

"Ehem, aku haus nih mas Dirga. Mau juga dong, ditawarin minum kaya Deeva," ujar sebuah suara yang terdengar menjijikkan di telinga Dirga.

"Haus?" tanya Dirga. Elang yang ditanya pun segera mengangguk-anggukkan kepalanya semangat.

"Mau minum?" Elang menganggukkan kepalanya lagi.

"Tuh, air pel banyak!" Setelah berkata demikian, Dirga langsung berlari meninggalkan Elang yang menatap tak percaya pada Dirga yang telah menjauh.

"Dedek Elang haus? Mau minum? Minum tuh air pel!" Ujar Vito mengikuti perkataan Dirga barusan. Setelahnya ia tertawa puas, menertawakan wajah Elang yang tampak masam itu.

"Apa yang kalian lakuin ke aku itu, JAHAD!" Ujar Elang mendramatisir keadaan.

Sedangkan Vito yang melihat tingkah Elang langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari meninggalkan Elang yang tampak misah-misuh sendirian di tengah lapangan.

"Elang Bagaskara, kenapa kamu ada di luar saat jam pelajaran!" Teriak guru yang melihat keberadaan Elang yang berada di tengah lapangan seorang diri.

"Abis ngepel lapangan, Pak," ujar Elang asal, sebelum kemudian ia berlari tunggang langgang meninggalkan area lapangan.

***

To Be Continue...

Untuk part ini sekian dulu yah, kita lanjut di next part dengan alur yang lebih seru.

Spam next di siniii

03/03/2022

Jenius Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang