Jangan lupa budayakan vote sebelum atau sesudah baca yaw!
Happy Reading!
***
"Sayang, sarapan dulu sini!" Panggil Valerie pada Adeeva yang terlihat tengah buru-buru menuruni tangga. Bahkan tak jarang sesekali gadis itu mempercepat langkahnya dengan melangkahi dua undakan tangga sekaligus.
"Deeva sudah telat, Mah," ujar Deeva menolak untuk sarapan terlebih dahulu.
"Jangan berangkat dulu. Sebentar, Mamah buatkan roti selai yah? Nanti Deeva bisa makan di mobil," ujar sang mamah seraya menyuruh anak gadisnya itu untuk duduk terlebih dahulu selagi menunggunya mengoleskan selai coklat pada roti.
"Oh iya, nanti kamu berangkatnya sama mang Alo, yah. Papahmu sudah berangkat pagi-pagi soalnya," ujar sang mamah lagi memberitahu.
"Sudah, Mah? Deeva buru-buru," ujar Adeeva dengan tak sabaran.
"Kamu semalam pasti begadang buat belajar, kan?" Ujar sang mamah seakan sudah tahu alasan mengapa anaknya yang biasanya rajin ini, kali ini justru bangun lebih siang dari biasanya.
"Semalam niatnya Deeva cuma mau belajar sebentar tentang materi yang kemarin diulas oleh guru. Tapi Deeva malah keasikan belajar," ujar Adeeva. "Sudah belum, Mah?" Ujar gadis itu lagi.
"Kamu ini, dibilang jangan begadang!" Ujar sang mamah merasa geram dengan anaknya ini yang susah sekali diperingati jika tidak boleh belajar terlalu keras. "Nih rotinya, jangan lupa dimakan ya, Sayang," sambung Valerie seraya menyerahkan tupperware berwarna hijau, senada dengan tas punggung yang dikenakan oleh anaknya.
"Ya sudah, Deeva pamit dulu yah, Mah. Assalamualaikum," pamit Adeeva seraya menyalimi tangan sang mamah.
Ia juga menyempatkan diri untuk menyematkan sebuah kecupan singkat di pipi sang mamah.
Setelahnya ia langsung berlari begitu saja buru-buru menuju ke sopirnya yang terlihat sudah menunggunya daritadi.
"Daritadi, Mang?" Tanya Adeeva hanya untuk sekedar basa-basi, karena sesungguhnya ia sudah yakin bahwa pria yang sudah belasan tahun mengabdikan dirinya sebagai sopir keluarganya ini telah menunggunya cukup lama.
"Lumayan, Neng. Tumben Neng Deeva kesiangan?" Jawab sang sopir seraya membukakan pintu mobil untuk anak majikannya ini.
Setelahnya ia segera masuk dan duduk di depan kemudi, dan kemudian menjalankan mobil berwarna putih itu dengan kecepatan sedang.
Adeeva pun tak memerintahkan sopirnya itu untuk menambah laju kecepatan kendaraan. Karena ia paham, keselamatan lebih penting daripada apapun.
Toh ia memang sudah telat, jadi tak apa telat sekalian. Untuk apa berkendara dengan kecepatan tinggi, jikalau saat sampai di sekolah gerbang tetap saja sudah ditutup.
Setelah kurang lebih lima belas menit berkendara, akhirnya mobil berjenis alphard itu kini berhasil sampai dengan selamat di depan pintu gerbang SMA Cendrawasih.
Mengetahui bahwa mobil telah berhenti, buru-buru Adeeva melepas seatbelt yang ia kenakan. Tak lupa ia juga berpamitan pada sopir yang telah mengantarkannya itu, "Mang, Deeva masuk dulu, yah." Setelahnya, gadis itu mencium punggung tangan pria yang sudah tampak lanjut usia itu, dan buru-buru membuka pintu mobil.
Benar seperti apa yang telah pikirkan tentang pintu gerbang yang pastinya sudah tertutup. Terbukti dengan pagar yang menjulang tinggi itu telah tertutup rapat tanpa menyisakan celah sedikitpun untuk meloloskan diri.
Saat ini hendak berjalan guna mendekati gerbang tersebut, ia dikagetkan dengan seseorang yang menarik tangannya begitu saja.
Hal itu sontak membuatnya terkejut, dan segera menengok ke arah orang yang tengah menarik pergelangan tangannya menuju ke area belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenius Girl (On Going)
Teen Fiction⚠️Revisi setelah tamat. ⚠️Cerita ini dapat menyebabkan nyengir-nyengir dan bengek secara berkelanjutan. ⚠️Bagi Anda yang alergi dengan humor receh, bisa lambaikan tangan ke malaikat izrail. ⚠️Sekian, terima vote komen. Bagaimana jika kamu yang nota...