Jangan lupa klik bintang di pojok kiri yaa!
Happy Reading!
Typo bertebaran!
***
Saat memasuki rumahnya, Adeeva disambut dengan sang mamah yang menampilkan raut wajah cemas. "Kamu kok lama, Sayang? Mamah sampe khawatir takut kamu kenapa-napa di jalan."
Gadis berhoodie itu tersenyum menenangkan, "Deeva baik-baik saja, Mah. Tadi cuma ada sedikit masalah di jalan," ujarnya.
"Masalah gimana? Kamu dihadang preman? Apa begal? Apa rampok?" Tanya Valerie bertubi-tubi.
"Bukan itu, Mah. Tadi mobil yang Deeva pakai itu mogok karena kehabisan bensin. Deeva lupa periksa tangki bensi saat mau pergi," balas Adeeva seraya menyerahkan roti pesanan sang mamah. "Nih, roti yang Mamah ingin."
Valerie langsung saja menerima uluran kantong plastik berisi roti itu, "Terima kasih, Sayang. Maaf yah, Mamah jadi ngrepotin kamu," ujar alerie tampak tak enak hati.
"Mah, Deeva itu anak Mamah. Sudah sepatutnya Deeva selalu menuruti keinginan Mamah," ujar gadis itu menyanggah ucapan sang Mamah.
Kemudian gadis itu segera berpamitan untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua, "Deeva ke kamar dulu ya, Mah. Jangan lupa dimakan rotinya." Setelahnya, gadis dengan sendal jepit itu berlalu menaiki tangga.
***
"Yah, pinjem handphone Ayah dong."
Ucapan itu sontak membuat laki-laki setengah baya yang tengah fokus menatap layar laptop seketika beralih menatap sang putra sulung dengan raut wajah kebingungan. "Mau ngapain kamu pinjem handphone Ayah?" ujar Angga curiga.
"Yaelah, Abang cuma mau minta hospot doang Yah. Ngga usah panik gitu dong mukanya. Pasti Ayah takut Abang buka riwayat chat Ayah yang isinya simpenan, kan?" ujar Dirga jahil.
Angga yang mendengar hal itu sontak saja melemparkan kue kering yang ada di meja, "Sembarangan kalo ngomong! Nanti kalo bunda denger bisa-bisa Ayah disuruh tidur di luar!" sentaknya. "Lagian 'kan di rumah kita ada wifi, trus kamu ngapain repot-repot mau hospot ke Ayah?" sambungnya.
"Wifi di rumah lemot, Ayah," ujar cowok dengan rambut yang berantakan itu.
"Lemot gimana, orang ini Ayah pake di laptop lancar-lancar aja kok, ngawur kamu mah, Bang." Angga masih tampak tak percaya dengan apa yang putranya itu katakan.
"Ck, justru itu, Ayah. Karena Ayah pake, dan Abang juga mau pake. Jadi karena pakenya secara barengan, sinyal Abang jadi lemot," ucap Dirga mencoba mencari alasan agar ayahnya percaya dan mau meminjamkan handphone padanya.
Angga tampak berpikir sejenak, "Emang bisa gitu?"
"Bisa lah, Yah. Wifi kalo dipake sama orang banyak, biasanya jaringannya suka lemot. Kayaknya wifi kita dibobol tetangga deh, Yah," ujar Dirga.
"Wah, ngga bisa dibiarin nih, Yah. Ayah harus buru-buru ganti password supaya ngga dibobol lagi," ujar Dirga lahi mencoba untuk memprovokasi Angga.
Sedangkan laki-laki paruh baya dengan stelan baju rumahan itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Bener juga sih."
"Jadi boleh ngga nih, Abang pinjem handphone Ayah? Abang mau nugas nih," ujar Dirga tak sabaran.
Angga pun akhirnya menyerahkan benda pipih berwarna gold itu pada putra sulungnya tanpa merasa curiga sedikitpun.
Sedangkan Dirga langsung saja menerima handphone yang diulurkan oleh ayahnya.
Laki-laki muda itu tampak mengotak-atik benda pipih kepunyaan ayahnya, sebelum kemudian ia menyerahkan kembali benda itu pada sang empunya, "Ini Yah, Abang udah selese."
Angga yang tadi sudah kembali fokus ke layar laptop, kembali mengalihkan pandangannya pada sang putra. "Kok cepet banget, Bang?" ujarnya bingung.
"Ya kan cuma tinggal nyalain data sama hospot. Yaudah, Abang ke kamar dulu ya, Yah. Makasih Ayah!"
Setelahnya cowok itu buru-buru meninggalkan ruang tengah dengan ekspresi wajah yang menahan tawa. Buru-buru ia memasuki kamarnya, dan mengunci pintu rapat.
"Tiga," guman Dirga menghitung mundur.
"Dua."
"Satu!"
"AYAHHHHHHHHHH!"
"DIRGAAAAAAAAAA!"
"BWAHAHAHAHAAAA!"
Suara pekikan yang sudah ia tebak berasal dari sang ibunda dan kemudian disusul dengan suara teriakkan sang ayah yang menyebutkan namanya sontak saja membuat Dirga tertawa lepas.
Puas telah berhasil menjaili sang ayah yang sepertinya malam ini akan tidur di luar. Poor ayah Angga!
***
Keesokan harinya saat jam istirahat berlangsung, kini Dirga dan kedua temannya tampak tengah duduk di bangku kantin yang biasa mereka tempati. Namun kali ini sepertinya ada yang terlihat berbeda.
"Muka lo lesu amat, Ga," ujar Vito saat melihat wajah temannya itu tampak lesu tak bersemangat.
"Uang jajan gue dipotong," balas Dirga lesu.
"Lho? Kenapa bisa dipotong?" Elang tiba-tiba menimpali perkataan Dirga.
"Gue semalem abis ngerjain ayah gue," ujar Dirga kembali mengingat kejadian semalam.
"Ngerjain apaan emang? Ngga ada kapoknya lo ngerjain om Angga terus." Vito tampak tak habis pikir dengan kelakuan cowok yang terlihat lesu itu.
"Semalem gue 'kan pinjem handphone ayah gue tuh, niatnya emang mau minta hospot. Tapi ngga tau kenapa gue tiba-tiba kepikiran buat ngerjain ayah gue," tukas Dirga.
"Emang kali ini ngerjain kaya gimana lagi?" Elang terlihat penasaran dengan hal apa yang dilakukan oleh temannya itu.
"Gue iseng buka WhatsApp ayah, terus gue bikin status pasang foto ayah, trus captionnya kaya gini, duda nih bos, senggol dong!"
Vito yang mendengar ucapan Dirga, langsung saja menimpuk kepala cowok itu dengan sendok yang kebetulan tengah ia pegang.
"Lo ngatain gue bego, ternyata lo juga ngga jauh bego dari gue," ujar Elang disusul dengan suara tawa yang berderai seakan menertawakan nasib temannya yang tengah mendapat hukuman dari sang ayah.
"Jadi itu alasannya sekarang lo cuma pesen air putih?" Vito melirik sekilas pada sebotol air mineral yang dipesan oleh Dirga. Dirga yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya lesu.
"Uang jajan gue dipotong selama seminggu sama ayah gara-gara semalem ayah jadi disuruh tidur di sofa sama bunda. Mau minta tolong sama bunda juga percuma," ujar cowok itu sembari membuka tutup botol air mineral yang ia pesan.
"Mampus!" ejek Elang.
"Jahat lo berdua mah, waktu gue banyak duit gue selalu bayarin kalian. Sekarang giliran gue ngga punya duit, kalian malah ngga mau bayarin gue balik!" Dirga tampak memandang kesal pada kedua temannya yang tidak setia kawan itu.
"Maap-maap aja ini mah ya, Dir. Gue bukan ngga setia kawan. Tapi gimana mau bayarin lo, orang uang jajan gue aja pas-pasan," ujar Vito membela dirinya.
"Yoi tuh. Uang jajan gue juga cuma dikit," timpal Elang di sela-sela makannya.
"Dikit apaan, gue tau yah kalo bokap lo itu sultan! Jadi ngga mungkin om Ares cuma ngasih uang jajan sedikit!" Dirga tampak terlihat tak percaya dengan ucapan Elang.
"Ya emang sih, bokap gue ngasih duit jajan lumayan. Tapi ini gue lagi nabung buat beli motor baru," balas Elang.
"Ah, gue pokoknya ngga like sama kalian!" Dirga tampak memberenggut kesal.
Diam-diam ia melirik sepiring mendoan yang tadi dipesan oleh Elang. Dan secara tiba-tiba, cowok itu langsung merampas piring penuh gorengan itu, dan langsung ngacir begitu saja meninggalkan kedua temannya.
"WOY, GA! GORENGAN GUE"
***
To Be Continue ....
07/03/2202
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenius Girl (On Going)
Teen Fiction⚠️Revisi setelah tamat. ⚠️Cerita ini dapat menyebabkan nyengir-nyengir dan bengek secara berkelanjutan. ⚠️Bagi Anda yang alergi dengan humor receh, bisa lambaikan tangan ke malaikat izrail. ⚠️Sekian, terima vote komen. Bagaimana jika kamu yang nota...