Bacanya pelan-pelan yah. Part ini mungkin sedikit lebih panjang dari part-part sebelumnya. So, happy reading!
Typo bertebaran!
***
"Hai cewe!" Sapa Vito pada Adeeva yang terlihat tengah sibuk menonton video pembelajaran di ponselnya.
Ia dan Dirga baru saja sampai di kelas setelah berlari meninggalkan Elang sendirian di parkiran sekolah.
"Cewa cewe cewa cewe! Calon masa depan gue ini, Vit. Jangan lo ganggu!" Semprot Dirga pada temannya itu yang sontak membuat Vito tampak misah-misuh.
"Pawangnya galak amat," gumam Vito pelan.
"Yang, gue mau nanya deh," ucap Dirga pada Adeeva yang membuat Adeeva langsung mem-pause video yang tengah ia tonton sejenak, kemudian ia mengalihkan perhatiannya pada cowok yang duduk di sebelahnya itu.
"Kenapa?"
"Nomor yang semalem kamu kasih, itu beneran nomor kamu apa nomor sedot wc sih, Yang?" tanya Dirga memastikan. Pasalnya, pesannya itu dari semalam hanya menunjukkan centang dua abu-abu.
Saat pagi pun sebelum berangkat sekolah, ia menyempatkan diri untuk mengecek handphone nya berharap gadis itu telah membalas pesannya, namun ternyata nihil.
Tidak ada notifikasi pesan dari kontak yang ia sematkan di urutan chat paling atas.
Yang ada hanya notifikasi tidak penting dari grup chat yang berisikan ia dan kedua teman gilanya itu.
"Gilaaa, udah tuker-tukeran nomor WhatsApp aja nih. Gerak cepet amat lo, Ga," ujar Vito tiba-tiba menimpali.
"Diem, bego! Gue lagi ngga ngomong sama lo. Asal nyamber aja kaya geledek!" Sewot Dirga.
"Santai dong. Kok lo hari ini sensian amat, Ga? Lagi PMS yah lo?" Balas Vito ikutan kesal.
Tanpa meladeni ucapan tak berguna dari Vito, Dirga kembali memusatkan perhatiannya pada gadis di sampingnya itu. "Gimana, Yang?" Tanya Dirga menuntut.
"Oh itu, saya belum mengecek WhatsApp saya sejak semalam. Kamu ada kirim pesan ke saya?" tanya Adeeva.
"Ada lah. Abis kamu ngasih nomor kamu, aku langsung chat kamu. Eh taunya malah ngga dibales-bales sampe pagi," ujar Dirga seraya memanyunkan bibirnya ke depan.
Pletak ....
Suara itu berasal dari pulpen yang sengaja dilempar ke arah Dirga, dan tepat mengenai sasaran.
"Si monyet, ngapain lo lempar-lempar pulpen ke muka ganteng gue?" Kesal Dirga pada sang pelaku pelemparan yang kini tengah tersenyum polos seraya menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Ya sorry, Ga. Gue cuma enek liat muka lo yang tadi sengaja manyun-manyunin bibir. Jijik tau ngga sih, Ga," balas Vito.
"Weiss ... lagi ngomongin apa nih kalian berdua. Keliatannya kaya seru banget," timpal Elang yang baru saja tiba di kelas.
"Seru mata lo katarak!" Nahkan, sepertinya Dirga memang sedang PMS. Lihat saja barusan, Elang yang baru saja datang pun terkena semprot juga oleh Dirga.
Bel tanda masuk jam pelajaran berbunyi. Sehingga memotong pertikaian kecil antara tiga sahabat itu. Setelahnya, para murid terlihat buru-buru masuk dan duduk ke tempatnya masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak!" Sapa guru laki-laki dengan kumis tebal.
Namanya pak Eko, namun anak-anak sering memanggilnya mas Adam. Lantaran kumis yang pak Eko miliki itu menyerupai kumis milik salah satu suami penyanyi dangdut di tanah air yang kebetulan mempunyai kumis serupa dengan guru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenius Girl (On Going)
Teen Fiction⚠️Revisi setelah tamat. ⚠️Cerita ini dapat menyebabkan nyengir-nyengir dan bengek secara berkelanjutan. ⚠️Bagi Anda yang alergi dengan humor receh, bisa lambaikan tangan ke malaikat izrail. ⚠️Sekian, terima vote komen. Bagaimana jika kamu yang nota...